Anda di halaman 1dari 7

MITIGASI BENCANA

BANJIR
- Tindakan sebelum terjadi banjir
Sebelum terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan beberapa lokasi yang bisa
kita jadikan sebagai tempat penampungan jika terjadi bencana.
1. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir.
2. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota keluarga akan
berkumpul usai bencana terjadi.
3. Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan seperti: Makanan
kering seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai
cadangan, Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga,
fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor telepon penting.
4. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
5. Buat sumur resapan bila memungkinkan.
6. Tanam lebih banyak pohon besar.
7. Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.
8. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir.
9. Membangun sistem peringatan dini banjir.
10. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
11. Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah hingga
batas ketinggian banjir jika memungkinkan.
12. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.
13. Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
14. Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air.

- Tindakan Saat Terjadi Banjir


1. Jangan panik.
2. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan bencana banjir diminta
memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan
berhati- hati untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk

mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan
masyarakat yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar
biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
4. Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera selamatkan diri dengan
berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi.
5. Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya.
6. Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
7. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.
8. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga tidak rusak atau hilang
terbawa banjir.
9. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.
10. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
11. Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
12. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
13. Menggunakan air bersih dengan efisien.

- Tindakan Sesudah Terjadinya Banjir


Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana antara lain:
1. Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi mereka yang kehilangan tempat
tinggalnya.
2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
3. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
4. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah(SPAL).
5. Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan pemberantasan penyakit, pelayanan
kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan makanan.
6. Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerjapada saat terjadi banjir.
7. Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
8. Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman misal bangunan yang rusak
atau pohon yang miring.
9. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat kamu yang memerlukan
bantuan.
10. Mencari anggota keluarga.
11. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan menyalakan listrik kecuali

telah dinyatakan aman.


12. Membersihkan lumpur
13. Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur terbuka karena
sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk
kesehatan.

KEKERINGAN

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana, Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana
kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Pra bencana
a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di
lingkungan tinggal kita.
d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau
ubin keramik.
f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen dan konservasi air
Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan
pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus
diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai
kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan
sekaligus juga tindakan konservasi air.
Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah
hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah
hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung
(dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau.
Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga
sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada
musim hujan.
1) Rorak
Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80 cm, yang
digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak
akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam tanah, sehingga
pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi.

Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau infiltrasinya
rendahdan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.
2) Saluran buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga disebut
sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran buntu, air tidak
boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan terganggunya pernapasan
akar tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada akar.
3) Lubang penampungan air (catch pit)
Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari kekurangan air.
Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air, sehingga kelembaban tanah di
dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang
air selama berhari-hari karena akan menyebabkan kematian tanaman.
4) Embung
Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung
sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama
musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan
tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat
digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama
musim kemarau.
Kapasitas embung berkisar antara 20.000 m3 (100 m x 100 m x 2 m) hingga 60.000 m3. Embung
berukuran besar biasanya dibuat dengan menggunakan bulldozer melalui proyek pembangunan
desa. Embung berukuran lebih kecil, misalnya 200 sampai 500 m3 juga sering ditemukan, namun
hanya akan mampu menyediakan air untuk areal yang sangat terbatas. Embung kecil dapat dibuat
secara swadaya masyarakat.
Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan air tidak
terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air akan banyak
hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini akan
memerlukan biaya tinggi.
5) Bendungan Kecil (cek dam)
Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari sungai kecil
tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air menjadi lebih
tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau
diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan
lainnya.
6) Panen air hujan dari atap rumah

Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama
musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya
digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang
cukup tinggi

Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu
perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.
a. Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):
1) Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
2) Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
3) Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk.
4) Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
5) Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.
6) Penyiapan cadangan pangan.
7) Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.
8) Persiapan tindak darurat.
9) Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
10) Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
11) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
12) Penyediaan pompa air.
b. Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
1) Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.
2) Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
3) Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai.
4) Penggunaan air secara hemat.
5) Penciptaan alat sanitasi hemat air.
6) Pembangunan prasarana daur ulang air.
7) Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
2. Saat terjadi Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang
ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui:
a. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
b. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
c. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
d. Penyediaan pompa air.
e. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

a.

b.

c.

d.
1)
2)
3)
4)
5)

6)
3.

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara
lain dengan upaya:
Dampak Sosial:
1) Penyelesaian konflik antar pengguna air.
2) Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.
Dampak Ekonomi:
1) Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi fungsi
embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.
2) Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.
3) Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan melalui
diversifikasi usaha.
4) Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan sistem
pemasaran.
5) Mengatasi masalah transportasi air a.l dengan menggunakan alternatif moda transportasi lain
atau melakukan stok bahan pokok.
Dampak Keamanan:
1) Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
2) Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.
Dampak Lingkungan:
Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
Meningkatkan daya dukung sumber air dalam menerima beban pencemaran dengan cara
pemeliharaan debit sungai.
Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.
Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran udara dengan
tidak melakukan kegiatan yang berpotens i menimbulkan kebakaran yang menimbulkan
terjadinya pencemaran udara.
Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa
pembakaran.
Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat
bencana kekeringan antara lain:
a. Bantuan sarana produksi pertanian.
b. Bantuan modal kerja.
c. Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.
e. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

f. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.


g. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
h. Penertiban penggunaan air

Anda mungkin juga menyukai