Anda di halaman 1dari 7

Borang Portofolio DHF

No. ID dan Nama Peserta :


dr. Riyan Ardiansyah
No. ID dan Nama Wahana :
RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK
Topik :
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien :
An Rismawati
No. RM :
126498
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Julia Nengsih
Tempat Presentasi :
Ruang komite medic RSUD JARAG SASAMEH BUNTOK
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Demam tinggi 4 hari, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri pada persendian, nyeri
Deskripsi :
ulu hati, rumple leed (+)
Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Dengue Haemorrhagic Fever
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data

Nama : An Rismawati
Pasien :
Nama Klinik :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :

No. Registrasi :
Telp :

Terdaftar sejak :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : DHF grade I, demam tinggi, mual, muntah, nyeri kepala,
nyeri ulu hati, nyeri pada persendian, rumple leed +, trombositopenia, peningkatan
hematokrit
2. Riwayat Pengobatan : Parasetamol
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Keluarga/ Lingkungan : anak pertama dari 2 orang bersaudara, tinggal bersama
orang tua tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini.
5. Riwayat Pekerjaan : 6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama orang tua dan lingkungan
kurang bersih.
1

7. Lain-lain :
Rumple leed (+)
Hb: 13,7 gr/dL
Hematokrit: 43,6%
Trombosit: 19.000/mm3
Leukosit : 7,1/ mm3

Daftar Pustaka :

Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.

Chen Khie, Pohan Herdiman, Sinto Robert. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
Berdarah Dengue. Medicinus 2009 ; 22 : 3-8.

Pedoman Tata Laksana DBD. Dinkes Sulawesi Selatan. Diunduh dari: www.dinkessulsel.go.id Pada tanggal: 05 April 2015.

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis DHF
2. Tata laksana pasien DHF dan mengatasi kegawatannya

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus-menerus,
tidak berkeringat, tidak menggigil. Demam tidak disertai kejang.

Sakit kepala dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

Sesak nafas tidak ada.

Batuk pilek tidak ada.

Sakit perut 4 hari sebelum masuk RS, terutama di ulu hati.

Mual dan muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah 5x, sebanyak
gelas, berisi apa yang dimakan. Muntah tidak menyemprot.
2

Nafsu makan turun semenjak sakit.

Buang air kecil terakhir 1 jam yang lalu, jumlah dan warna biasa.

Buang air besar konsistensi dan warna biasa

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tinggal bersama keluarga. Tidak ada anggota
keluarga /yang menderita sakit seperti ini.

2. Objektif :
Vital sign

Umur

: 12 tahun

BB

: 27 kg

TB

: 125cm

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran

Frekuensi Nadi : 72 x/menit, teraba kuat angkat

Frekuensi Nafas : 20 x /menit

Suhu

Sianosis (-), pucat (-), ikterik (-)

: CMC/ GCS: E4M6V5

: 39,6o C

Pemeriksaan sistemik

Kulit : teraba hangat, petekie positif dengan rumple leed

Mata

Mulut : bibir dan mukosa mulut basah

Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorax : jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen :
I

:Anemis (-) Ikterik (-)

: distensi tidak Ada

Au : bising usus (+) normal


Per : timpani
Pa : supel, nyeri tekan (+) di epigastrium H/L teraba
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Pemeriksaan Laboratorium :

Hb

Hematokrit : 43,6 %

Eritrosit

: 5,42 juta/ mm3

Leukosit

: 7,100/ mm3

Trombosit : 19.000/mm3

: 13,7 g/dl

3. Assesment (penalaran klinis) :


DHF adalah infeksi demam akut yang disebabkan oleh 4 serotype virus, termasuk
genus flavivirus disebut virus dengue. Merupakan virus yang paling banyak menginfeksi
manusia dengan penyebaran diseluruh dunia pada daerah tropis dan hangat, dimana iklim
sesuai dengan vector yang utama yaitu aedes aegypti. Demam dengue ditandai dengan
demam yang tidak spesifik. Di Indonesia didapatkan bahwa virus terbanyak adalah serotype 3
lalu disusul dengan 2, dimana serotype 3 memberikan gejala klinis dan komplikasi paling
berat. Merupakan penyakit demam akut yang ditandai dengan demam yang tinggi, uji
tourniquet positif, manifestasi perdarahan lain berupa petekie, ekimosis, purpura, perdarahan
mukosa, hematemesis atau melena, hepatomegali, trombositopenia, hemokonsentrasi dan
perembesan plasma. Bila kriteria diatas disertai manifestasi kegagalan sirkulasi berupa nadi
lemah dan cepat, tekanan nadi menurun (< 20mmHg), hipotensi (sesuai umur), kulit dingin
dan lembab, dan pasien tampak gelisah maka disebut sebagai DSS (Dengue Syock Sindrome).
Tiga keadaan utama patofisiologi yang terjadi :
1.
aktivasi sisten komplemen sehingga

dikeluarkan

zat

anafilaktik

yang

menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah ekstravasasi plasma


darah ke extra vaskuler kekurangan volume plasma darah hipovolemia
2.
3.

bisa menjadi shock


Agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia
keadaan homeostatic yang tidak normal akibat dari gangguan vaskuler karena
4

kerusakan endotel pembuluh darah yang menyebabkan aktivasi system


pembekuan darah kelainan koagulasi
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan
muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan
muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan farings
hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya
ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Demam tinggi
dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Bentuk perdarahan yang paling
sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada
bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia
halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatumole, yang biasanya
ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang
ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya
membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan.
Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun
pembesar hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok. Masa kritis dari penyakit
terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang
sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus
dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus
berat penderita dapat mengalami syok.
SSD
Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :

Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun

Hipotensi, kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.

Derajat spektrum klinis DHF dibagi sebagai berikut (WHO 1997)


1. Derajat I (ringan) : manifestasi perdarahan teringan yaitu uji rumple leed positif,
2. Derajat II (sedang) : ditemukan perdarahan spontan dan kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit)
3. Derajat III (berat) : terjadi saat suhu menurun antara hari ke-3 sampai ke-7, pasien
mulai gelisah, terdapat tanda-tanda renjatan dini.
4. Derajat IV (sangat berat) DSS: tanda syok yang berat (nadi tidak terba dan tekanan
darah tidak terukur)
5

Tatalaksana
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan
untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi
substistusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam

pemberian terapi cairan,hal

terpenting yang perlu diperhatikan adalah pemantauan baik secara klinis maupun secara
laboratoris.
Terapi nonfarmakologis meliputi: tirah baring dan pemberian makanan dengan gizi yang
cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi pencernaan.

Penatalaksanaan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan memperbaiki sirkulasi dan
mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID).

Sistem triase dalam sitem penatalaksanaan DBD di rumah sakit


Penatalaksanaan Demam Dengue
Penatalaksanaan kasus DD bersifat simptomatis dan suportif meliputi :
-

Tirah baring selama fase demam akut

Antipiretik atau sponging untuk menjaga suhu tubuh tetap dibawah 40 C, sebaiknya
diberikan parasetamol

Analgesik atau sedatif ringan mungkin perlu diberikan pada pasien yang mengalami
nyeri yang parah

Terapi elektrolit dan cairan secara oral dianjurkan untuk pasien yang berkeringat lebih
atau muntah.

Kriteria memulangkan pasien :


1

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Tampak perbaikan secara klinis

Hematokrit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit diatas 50.000/ml

Tidak dijumpai adanya distress pernafasan (akibat efusi pleura atau asidosis).

Anda mungkin juga menyukai