Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN POTENSI RENDANG NENG KEKE SEBAGAI SALAH SATU

UMKM DI KOTA PAYAKUMBUH DALAM MENGHADAPI


MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
Yuda Jatnika
1321025
Jurusan Analis Kimia, Politeknik ATI Padang,
yudajatnika@gmail.com

ABSTRAK
Untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015, seluruh negara ASEAN harus
melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga terampil secara
bebas dan arus modal yang lebih bebas namun banyak para pelaku UMKM dan
IKM di daerah daerah yang belum memahami apa dan seperti apa ASEAN
Economic Community (MEA) 2015. Daya saing Indonesia masih relatif lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN terutama Singapura,
Malaysia, Brunai Darussalam dan Thailand. MEA 2015 menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi UMKM di Indonesia khususnya Rendang Neng Keke sebagai
UMKM yang telah berdiri lebih dari satu dekade di Kota Payakumbuh.
Kata kunci: UMKM, Payakumbuh, AEC 2015.
PENDAHULUAN

Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang
berbasis produksi, dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas,
sesuai dengan kesepakatan ASEAN.1 Jumlah IKM Indonesia merupakan yang
paling besar dibanding negara-negara lain di ASEAN.2 Indonesia memiliki 57,9
juta pelaku UMKM dengan kontribusi terhadap PDB 58,92 persen dan kontribusi
penyerapan dalam tenaga kerja 97,30 persen.3 Pemberdayaan UMKM yang
diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu
meningkatkan kinerja UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya
saing tinggi.4
Kota Payakumbuh memiliki strategi dalam menghadapi MEA 2015 dengan
mendukung pengembangan IKM yaitu Mengembangkan kota wisata yang
1

Rizal Afandi Lukman, Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Hilirisasi
Industri dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional. Hotel Bidakara, Jakarta:
12 Februari 2013.
2
Dhaniswara K Hardjono, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta dalam acara Strategi
Perlindungan hukum UKM saat MEA. Hotel Grand Syahid Jaya, Jakarta Pusat. Kamis, 25
September 2014.
3
Abdul Kadir Damanik, loc. cit.
4
Novindra. Peran Pemerintah terhadap Industri Kecil dan Menengah di MEA. Departemen
Ekonomi sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Prtanian
Bogor.

terintegrasi dan didukung oleh produk UMKM.5 Menjadi sebuah pertanyaan besar
bagi UMKM di Indonesia khususnya Kota Payakumbuh, sudahkan siap
menghadapi persaingan perdagangan tersebut, dengan keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki oleh UMKM kebanyakan. Untuk itu dalam tulisan ini mencoba
memparkan kajian mengenai salah satu industri kecil di Kota Payakumbuh yaitu
IKM Rendang Neng Keke serta potensi dan kesiapannya menghadapi MEA 2015.
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat Ekonomi ASEAN
ASEAN Economic Community (AEC) dicanangkan sebagai suatu model
integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Jika ditinjau dari tujuan diberlakukannya,
AEC merupakan realisasi dari keinginan yang tercantum dalam Visi 2020 untuk
mengintegrasikan ekonomi negara-negara Asean dengan membentuk pasar tunggal
dan basis produksi bersama. Visi 2020 menyatakan, dalam pelaksanaan AEC,
negara-negara anggota harus memegang teguh prinsip pasar terbuka (open market),
berorientasi ke luar (outward looking), dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar
(market drive economy) sesuai dengan ketentuan multilateral. Jika AEC
diberlakukan akhir 2015, Asean akan terbuka untuk perdagangan barang, jasa,
investasi, modal, dan pekerja (free flow of goods, free flow of services, free flow
of investment, free flow of capital, dan free flow of skilled labor).6
Deklarasi Komunitas Ekonomi ASEAN bertujuan membentuk ASEAN
sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang menggerakkan para pelaku usaha,
suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, kawasan ekonomi yang
berdaya saing tinggi serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global
(Tedjasukmana: 2014). Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang
berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan
manfaat AEC 2015 di antara negara-negara ASEAN.7
Definisi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Menurut Sudaryanto (2014) dalam perekonomian Indonesia UMKM
merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan
terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Lebihh lanjut, UMKM telah
memiliki payung hukum serta kriteria-kriterianya telah ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Menurut Rahmana dalam (Sudaryanto, 2014:6), beberapa lembaga atau
instansi bahkan memberikan definisi tersendiri pada Usaha Kecil Menengah
(UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri
5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Payakumbuh Tahun 2013
Djuansyah, dkk. Media Industri No. 2-2013. Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian
Perindustrian.
7
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian. Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Hilirisasi Industri
dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional. Hotel Bidakara, Jakarta: 12
Februari 2013.
6

Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994. Definisi UKM yang


disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.8
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menerangkan bahwa
yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah
entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp.200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000. Sementara itu, Usaha
Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang
memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp.200.000.000 s.d. Rp.10.000.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai
perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang
mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau
aset/aktiva setinggitingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan).
Jumlah IKM Indonesia merupakan yang paling besar dibanding negaranegara lain di ASEAN9. Indonesia memiliki 57,9 juta pelaku UMKM dengan
kontribusi terhadap PDB 58,92 persen dan kontribusi penyerapan dalam tenaga
kerja 97,30 persen. Untuk tingkat ASEAN, sebanyak 96 persen erusahaan bergerak
di sektor UMKM dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 30 hingga 57 persen,
kemudian kontribusi terhadap tenaga kerja sebesar 50 sampi 98 persen10.
Potensi UMKM di Kota Payakumbuh
Payakumbuh dengan luas 80,43 km2 yang setara dengan 1.19% dari luas
propinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki posisi yang sangat strategis karena
berada pada titik penghubung Kota Padang dan Kota Bukittinggi sebagai pusat
pertumbuhan wilayah juga merupakan pintu gerbang untuk keluar masuk ke dan
dari Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau serta Batam yang berkembang
pesat dalam sektor perdagangan.
Dalam misi menjadikan Payakumbuh sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
baru berbasis ekonomi kerakyatan di Sumatera Barat, Kota Payakumbuh
menggunakan strategi Mengembangkan kota wisata yang terintegrasi dan
didukung oleh produk UMKM. Strategi ini dituangkan dalam arah kebijakan
dimana beberapa poinya berpihak pada pelaku UMKM yaitu nomor (12)
Meningkatkan keterampilan dan manajemen pelaku usaha UMKM, (13) Pelatihan
pemanfaatan teknologi bagi pengusaha industri, (26) Membangun kemitraan antara
pemko dengan dunia usaha dan (27) Meningkatkan kemitraan bisnis bagi UKM
dengan pengusaha dalam negeri/asing. Straegi tersebut merupakan salah satu misi
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Payakumbuh
Tahun 2012 2017.11
Pesatnya perkembangan UMKM di kota Payakumbuh terutama pada
Industri Makanan khas khususnya bisnis rendang telur juga memiliki peranan

J. Tumanggor. Materi Kuliah Manajemen Industri Kecil. Politeknik ATI Padang. Agustus 2015.
Dhaniswara K Hardjono, loc. cit.
10
Abdul Kadir Damanik, loc. cit.
11
Ibid halaman 15
9

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.12 Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota
Payakumbuh sebagai berikut:
Tabel 1.1 : Perkembangan Usaha dari tahun 2008-2012 di Kota Payakumbuh
No
Tahun
Usaha Usaha
Usaha Menengah
Jumlah
Perkembangan
Mikro
Kecil
& Besar
(Persen)
1
2008
1.606
313
6
1.925
2
2009
1.997
1.278
95
3.370
75,06
3
2010
2.274
2.260
95
5.629
4,82
4
2011
4.210
2.087
87
6.384
13,41
5
2012
5.878
1.851
196
7.925
24,13
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh,
dalam (Sara: 2014)
Tabel 1.2 : Perkembangan UKM Rendang Telur di Kota Payakumbuh dari Tahun
2008-2012.
No
Tahun
Jumlah
Perkembangan (Persen)
1
2008
16
2
2009
19
18,75
3
2010
21
10,52
4
2012
25
19,04
5
2012
30
20
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh,
dalam (Sara: 2014)

Profil Rendang Neng Keke


Rendang Neng Keke merupakan salah satu industri kecil dan menengah
yang berada di kota Payakumbuh, tepatnya di Jl. Prof. M. Nasrum No. 3 Sungai
Durian Lampasi Payakumbuh. IKM ini berdiri pada tahun 2003 dengan modal
awal kurang lebih satu juta rupiah. Nama rendang Neng Keke berasal dari
gabungan nama ibu pemilik dan anak terakhir yakni ibu Yurneli (ibu Neng) dan
Keke (Wahyudi, 2014:41).
Rendang Neng Keke memiliki kerja tetap sebanyak dua orang yaitu Ibu
Yurneli (Ibu Neng) dan anaknya Keke, namun apabila ada pesanan yang banyak,
Ibu Neng biasanya memakai tenaga kerja dari luar sebanyak 2 orang dengan gaji
Rp. 50.000/orang untuk membuat santan dan merendang, akan tetapi untuk
membuat adonan atau dadar tetap dilakukan oleh anak terakhirnya yakni Keke.13
Rendang Neng Keke pada awalnya hanya memproduksi rendang telur saja ,
namun seiring berjalannya waktu IKM ini mulai memproduksi rendang suir,
rendang paru dan galamai ketika ada pesanan. Harga jual untuk produk rendang
telurnya adalah sebesar Rp. 40.000 / kg. Bahan baku yang digunakan oleh Rendang
Neng Keke untuk membuat rendang telur diperoleh langsung dari pasar
12

Nenti Oucis Sara. Analisis Usaha-Usaha Pemasaran dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Usaha
Kecil Menengah (Kasus Bisnis Rendang Telur di Kotamadya Payakumbuh) dalam Jurnal FISIP,
Universitas Riau Volume 1 No. 2. Oktober 2014
13
Wahyudi. Analisis Marketing Mix Rendang Neng Keke. Makalah Diagnosis IKM di Kota
Payakumbu. Program TPL IKM Kemenperin. Akademi Teknologi Industri Padang. April 2014.

Payakumbuh yakni berupa tepung tapioka, telur ayam ras dan santan kelapa.
Pemasaran produk rendang Neng Keke setiap produksi dipasarkan di pasar
Payakumbuh dan apabila ada pesanan dapat dipasarkan sampai ke luar daerah
seperti Pekanbaru, Bangka Belitung, dan Jakarta dengan menggunakan jasa
pengiriman, dimana ongkos kirim dibebankan kepada pembeli.14 Rendang Neng
Keke sudah memiliki berbagai macam perizinan antara lain : P-IRT15
(No.2.01.1376.01.153)
TDI16
(No.20/IND-TDI/IV/PYK-2013),
TDP17
(No.030251003402), SITU18 (No.201/III/SITU/BPMD-PTSP/PYK-2013), dan
HO19 (No.201/III/HO/BPMD-PTSP/PYK-2013)
Proses Produksi
Alat-alat yang digunakan pada proses produksi antara lain sebagai berikut :
Mixer
: digunakan untuk mengocok telur
Baskom
: wadah menghomogenkan bahan bahan
Sendok kayu besar : untuk mengaduk adonan
Cangkir plastik
: untuk mengambl adonan ketika proses mendadar
Kuali dan kompor : digunakan untuk mendadar adonan
Parutan kelapa
: digunakan untuk memarut kelapa
Timbangan 15 kg : untuk menimbang dadar yang akan direndang
Sendok peniris
: untuk meniriskan rendang telur sesudah direndang
Kayu bakar
: sebagai bahan bakar ketika proses merendang
Kuali dan tunggku : digunakan untuk proses merendang dadar telur
Sealler
: digunakan ketika pengemasan produk
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada proses pembuatan rendang telur
untuk sekali produksi adalah sebagai berikut :
Tepung tapioka
: 12,5 kg
Telur ayam ras
: 120 butir
Kelapa
: 60 buah
Cabe
: 1,5 kg
Air
: secukupnya
Bawang putih
: 2 kg (1 kg untuk mendadar dan merendang)
Bawang merah
: 1 kg (untuk merendang)
Lengkuas
: 2 kg (untuk merendang)
Asam pedas
: 1 kg (untuk merendang)
Jahe
: 2 kg (untuk merendang)
Daun salam
: secukupnya (untuk merendang)
Daun kunyit
: secukupnya (untuk merendang)
Daun jeruk
: secukupnya (untuk merendang)
Sereh
: secukupnya (untuk merendang)
Minyak goreng
: (untuk merendang)
14

Wahyudi, loc. cit.


Surat izin dagang, Pangan Industri Rumah Tangga, yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota.
16
Surat Tanda Daftar Industri
17
Surat Tanda Daftar Perusahaan
18
Surat Izin Tempat Usaha
19
Surat Izin Gangguan
15

Dadar telur
dimasukkan ke
dalam bumbu
rendang yang telah
siap pada wajan.

Proses
Penggorengan dan
Pengadukkan hingga
dadar telur
mengeras

Proses Pengemasan

Rendang telur

Proses Penirisan

Gambar: Diagram Alir Pembuatan Rendang Telur, diadaptasi dari Wahyudi (2014)

Proses Pembuatan Rendang Telur20


Adapun proses pembuatan rendang telur Neng Keke adalah sebagai berikut :
Pembuatan dadar telur
1) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Dikocok 120 butir telur ayam ras sampai benar benar homogen (berbusa)
3) Dimasukkan 1 kg bawang putih yang telah dihaluskan, 1,5 kg cabe yang
telah dihaluskan dan kemudian diaduk hingga rata
4) Dimasukkan 12,5 kg tepung tapioka dan air secukupnya kemudian diaduk
kembali hingga homogen
5) Dioleskan minyak di atas permukaan kuali dan dimasukkan 1 cangkir
adonan yang sudah homogen kemudian dituangkan ke seluruh permukaan
kuali yang sudah panas
6) Dadar diangkat ketika dadar sudah terpisah dari kuali dan balik ke
permukaan sebelah untuk meratakan dadar yang sudah masak
7) Dinginkan dadar kemudian diberi sedikit tepung tapioka dipermukaan
dadar, supaya tidak lengket
8) Kemudian dipotong kecil kecil dengan ukuran segi empat
Pembuatan bumbu rendang
1) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Kemudian dimasak santan kelapa dan diaduk terus hingga mendidih
3) Dimasukkan bumbu bumbu (bawang putih 1 kg, jahe 2 kg, lengkuas 2 kg,
asam pedas 1 kg) dan daun daun kunyit, salam, sereh, jeruk kemudian
diaduk kembali
4) Proses dihentikan sampai minyak terpisah dari santan
Pembuatan rendang telur
1) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Kemudian dimasukkan bumbu santan rendang yang sudah dibuat 3 gayung
dan ditambahkan minyak goreng 2 gayung kira kira berukuran 2 liter
kemudian diaduk
20

Wahyudi, op. cit.halaman 35

3) Dimasukkan 3,5 kg dadar telur sedikit demi sedikit kemudian diaduk


kembali hingga dadar mengembang dan warna sudah kecoklatan
4) Diangkat dan ditiriskan di peniris kemudian ditaruh didalam baskom besar
5) Selanjutnya dilakukan proses perendangan kembali dari poin 2 sampai poin
4 sampai dadar habis direndang
6) Rendang telur yang sudah siap direndang kemudian dikemas
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menganalisis
strategi potensi UMKM di Kota Payakumbuh kususnya Rendang Neng Keke dalam
menghadapai pasar bebas ASEAN. Karya ilmiah ini juga dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan kajian literatur atau studi putaka. Pendekatan
teori/konsep dilakukan dengan merujuk dari beberapa sumber, seperti buku, jurnal
ilmiah, dan internet. Semua uraian gagasan yang ada digabungkan dalam satu
susunan kerangka pemikiran.
PEMBAHASAN
Permasalahan IKM Rendang Neng Keke dalam Menghadapi MEA 2015

Melihat besarnya peranan UKM nasional dalam perekonomian, kiranya


semua pihak harus senantiasa melakukan upaya-upaya penguatan UKM agar bisa
meningkatkan persoalan-persoalan klasik hingga saat ini, seperti persoalan UKM
yang selalu tersendat dalam masalah permodalan. Akses yang terbatas terhadap
bank, serta penerapan sistem kehati-hatian perbankan yang masih dirasakan
berlebihan sering kali menjadi kendala untuk mengembangkan usaha.21 Walaupun
sudah cukup banyak program pemerintah sejak era Orde Baru hingga sekarang
untuk mendukung perkembangan UMKM di tanah air, kinerja UMKM dan
kondisinya di tanah air secara umum masih jauh dari yang diharapkan. 22 Rendang
Neng Keke juga mengalami masalah serupa yaitu kurangnya permodalan untuk
mengembangkan usahanya, pelatihan untuk penerapan sistem dalam produksi dan
pengembangan SDM, peningkataan kapasitas produksinya, serta pembaharuan alat
produksi.
Daya saing produk Indonesia secara umum relatif lebih lemah dibandingkan
dengan negara-negara industri utama ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan
Thailand.23 Dengan berlakunya ASEAN Economic Community nanti, standar mutu
produk akan menganut standar ASEAN. Selama ini, produk-produk UKM yang
memiliki peluang pasar luas di ASEAN, terkendala oleh standar mutu.24 Sejalan
dengan hal tersebut, Rendang Neng Keke telah memilik beberapa domumen
perizinan seperti PIRT, TDI, TDP, SITU, HO. Dokumen-dokumen tersebut untuk
pemasaran di Sumatera Barat sudah dirasa cukup, namun untuk skala nasional dan
21

Rosan P Roeslani, op. cit. Halaman 10


Tulus T.H. Tambunan. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Peluang dan Tantangan. Advancing
Indonesias Civil Society in Trade and Investment Climate (ACTIVE) Programe. Tim Kadin
Indonesia. Policy Paper No. 15 Maret 2013 halaman 17.
23
Ibid halaman 18
24
Rosan P Roesani, loc. cit.
22

ASEAN setidaknya diperlukan SNI, GMP, ISO dan HACCP sebagai salah satu
syarat agar produk Rendang Neng Keke dapat bersaing.
Dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak mempunyai sumbersumber daya untuk mencari, mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka
sendiri.25 Selain itu promosi yang dilakukan oleh UMKM rendang di Kota
Payakumbuh cenderung bersifat pasif.26 Hal tersebut juga sejalan dengan
pemasaran IKM Rendang Neng Keke, masih sangat tergantung pada mitra atau
rekanan dagang, misalnya pedagang keliling, atau pengumpul untuk memasarkan
produk-produknya, selain itu juga pada konsumen yang datang langsung ke tempat
produksi IKM ini.
Potensi Rendang Neng Keke Menghadapi MEA 2015
Sudaryanto mengemukakan bahwa terdapat beberapa strategi untuk
memberdayakan UMKM dalam menghadapi AEC 2015 yang dapat diadopsi oleh
Rendang Neng Keke diantaranya:
1. Peningkatan kualitas produk serta standarisasi.
Rendang Neng Keke, memilliki potensi untuk memasarkan beberapa
produk khas Sumatera Barat khusunya Kota Payakumbuh yaitu rendang
telur, rendang suir, rendang paru, dan juga galamai kepada masyarakat
ASEAN, tentunya dengan penerapan standar internasional terlebih dahulu
seperti GMP dan HACCP. Produk-produk UMKM Indonesia dapat
dijadikan andalan dalam perdagangan internasional, diantaranya produk
kerajinan, poduk hasil pertanian dan produk lainnya.27
2. Penciptaan iklim usaha UMKM.
Rendang Neng Keke dapat berkoordinasi bersama pemerintah daerah
khususnya Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan serta
UKM sejenis di kota Payakumbuh. Tujuan program ini adalah untuk
memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara
ekonomi, sehat dalam persaingan, dan nondiskriminatif bagi kelangsungan
dan peningkatan kinerja usaha kecil menengah.
3. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM.
Salah satu upaya untuk mendukung usaha untuk Rendang Neng Keke
diantaranya membuat website untuk memasarkan produk melalui internet.
Program ini bertujuan untuk mempemudah, memperlancar, dan
memperluas akses UKM kepada sumberdaya produktif agar mampu
memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal
serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan efisiensi.
4. Penegembanagn kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM.
Pelatihan serta seminar untuk menigkatkan moviasi usaha bagi karyawan
Rendang Neng Keke dapat meningkatjan kualitas SDM yang dimiliki IKM
ini. Program ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semanga

25

Ibid halaman 16
Sara, op. cit. halaman 3
27
Edy Suandi Hamid, Rektor Universitas Islam Indonesia, dalam Simposium Nasional : Menuju
Purworejo Dinamis dan Kreatif, di Yogyakarta, tahun 2010.
26

kewirausahaan dan meningkatkan daya saing UKM, sehingga pengetahuan


serta sikap wirausaha semakin berkembang dan produktivitas meningkat.
Menurut Hamid (2010) selain upaya dari pihak UMKM, perlu juga kebijakan
yang nyata dari pemerintah daerah untuk meningkatkan produknya dengan daya
saing tinggi, diantaranya :
1. Infrastruktur
Pemerintah harus membangun infrastuktur dan memperbaiki infrastruktur
yang telah ada agar biaya produksi bisa lebih efisien.
2. Perizinan
Selama ini, kalangan investor banyak yang mengeluh terkait perizinan
pendirian usaha yang memakan waktu lama, selain itu perlu adanya
sinergisitas kebijakan dan penerapan perizinan satu pintu secara maksimal
serta meminimalisir praktek pungutan liar.
3. Permodalan
Masalah permodalan merupakan tugas pemerintah selaku regulator untuk
bisa memberikan kredit secara maksimal bagi UKM dengan cara pemberian
kredit malalui bank-bank pemerintah dengan bunga yang relatif rendah.
Sebagai wujud nyata, Kadin Indonesia membentuk lembaga kemitraan
pembiayaan Palapa Nusantara Berdikari yang telah dan akan melakukan
akselarasi penyaluran dana kepada UKM di daerah-daerah. Palapa
Nusantara Berdikari akan membina badan usaha atau pelaku UKM yang
memiliki potensi untuk melakukan ekspor. Pembinaan ini dilakukan dari
yang tadinya tidak bankable menjadi bankable.28
4. Kontrol Produk Asing
Penerapann berbagai regulasi sebagai upaya proteksi pasar domestiknya
dengan menghambat masuknya produk dari negeri lain masuk ke negaranya
melalui isu terkait standarisasi, lingkungan, ketenagakerjaan hingga isu-isu
sosial. Meski demikian pelaku UKM daerah harus meningkatkan daya
saingnya agar produknya lebih baik, dapat memasuki pasar, tetap diterima
dan merebut konsumen dalam negeri, terlebih pembeli dari luar negeri.29
5. Mencintai Produk Dalam Negeri
Aktif menggunakan produk-produk dan jasa asli Indonesia merupakan salah
satu upaya dalam mendorong pengembangan kewirausahaan untuk
mendorong keberlanjutan ekonomi nasional.30 Hal ini penting untuk bisa
meningkatkan daya saing produk UMKM lokal di tengah serbuan produk
dari negara-negara ASEAN lain.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
disimpulkan bahwa Rendang Neng Keke meskipun memiliki beberapa kekurangan
pada berbagai bidang namun masih memiliki potensi untuk menghapai AEC 2015
tentunya dengan upaya perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan serta
28

Safari Aziz, op.cit. halaman 12


Adhar Hazairin, loc. cit.
30
Eddy Kuntadi, Ketua Umum Kadin DKI Jakarta dalam Seminar Nasional Standarisasi: Peranan
Pengusaha Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 di Jakarta tahun 2014.
29

menjalankan strategi-strategi agar dapat meningkatkan kualitas dan daya saing di


pasar ASEAN. Dengan demikian barulah mampu mencapai tujuan maksimal yakni
kemajuan UMKM dalam negeri dan kuatnya persaingan produk lokal indonesia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak J. Tumanggor, ST, M.Pd
serta semua pihak yang telah membantu dan mendoakan sehingga rampungnya
karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djuansyah, dkk. 2013. Media Industri: Mengukur Kesiapan Industri Nasional
jelang AEC 2015. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Gedung
Kementerian Perindustrian.
Hamid, Edy Suandi. 2010. Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Simposium Nasional : Menuju
Purworejo Dinamis dan Kreatif. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Hardjono, Dhaniswara K. 2014. Strategi Perlindungan hukum UKM saat MEA.
Jakarta: Kementerian Koperasi, dan UMKM Republik Indonesia.
Kuntadi, Eddy. 2014. Seminar Nasional Standarisasi: Peranan Pengusaha Daerah
dalam Menghadapi MEA 2015. Prosiding. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Lukman, Rizal Afandi. 2013. Tinjauan Persiapan Menuju ASEAN Economy
Community 2015: Hilirisasi Industri dalam Rangka Mencapai Target
Pertumbuhan Industri Nasional. Jakarta: Kementerian Perindustrian.
Novindra. Tanpa Tahun. Peran Pemerintah terhadap Industri Kecil dan Menengah
di MEA . Jurnal. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Sara, Nenti Oucis. 2014. Analisis Usaha-Usaha Pemasaran dalam Menghadapi
Persaingan Bisnis Usaha Kecil Menengah (Kasus Bisnis Rendang Telur
di Kotamadya Payakumbuh). Jurnal FISIP Volume 1 No. 2. Oktober
2014. Jurnal. Pekanbaru: Universitas Riau.
Sudaryanto. Ragimun. dan Rahma Rina Wijayanti. 2014. Strategi Pemberdayaan
UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean. Jakarta: Jurnal. Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.
Tambunan, Tulus T.H. 2013. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Peluang dan
Tantangan. Jakarta: Kamar Dagang Indonesia.
Tedjasuksmana, Budianto. 2014. Potret UMKM Indonesia Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal. Surabaya: Universitas
Katolik Widya Mandala. ISSN NO : 1978 6522.
Tumanggor, Jalantua. 2015. Manajemen Industri Kecil. Materi Perkuliahan.
Padang: Politeknik ATI Padang.
Tyas, Ari Anggarani Winadi Prasetyoning dan Vita Intan Safitri. 2014. Penguatan
Sektor UMKM Sebagai Strategi Menghadapi MEA 2015 Jurnal. Padang:
Universitas Esa Unggul.
Wahyudi. 2014. Analisis Marketing Mix Rendang Neng Keke, Kota Payakumbuh.
Makalah Diagnosis IKM. Padang: Akademi Teknologi Industri Padang.

Anda mungkin juga menyukai