ABSTRAK
Untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015, seluruh negara ASEAN harus
melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga terampil secara
bebas dan arus modal yang lebih bebas namun banyak para pelaku UMKM dan
IKM di daerah daerah yang belum memahami apa dan seperti apa ASEAN
Economic Community (MEA) 2015. Daya saing Indonesia masih relatif lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN terutama Singapura,
Malaysia, Brunai Darussalam dan Thailand. MEA 2015 menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi UMKM di Indonesia khususnya Rendang Neng Keke sebagai
UMKM yang telah berdiri lebih dari satu dekade di Kota Payakumbuh.
Kata kunci: UMKM, Payakumbuh, AEC 2015.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang
berbasis produksi, dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas,
sesuai dengan kesepakatan ASEAN.1 Jumlah IKM Indonesia merupakan yang
paling besar dibanding negara-negara lain di ASEAN.2 Indonesia memiliki 57,9
juta pelaku UMKM dengan kontribusi terhadap PDB 58,92 persen dan kontribusi
penyerapan dalam tenaga kerja 97,30 persen.3 Pemberdayaan UMKM yang
diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu
meningkatkan kinerja UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya
saing tinggi.4
Kota Payakumbuh memiliki strategi dalam menghadapi MEA 2015 dengan
mendukung pengembangan IKM yaitu Mengembangkan kota wisata yang
1
Rizal Afandi Lukman, Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Hilirisasi
Industri dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional. Hotel Bidakara, Jakarta:
12 Februari 2013.
2
Dhaniswara K Hardjono, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta dalam acara Strategi
Perlindungan hukum UKM saat MEA. Hotel Grand Syahid Jaya, Jakarta Pusat. Kamis, 25
September 2014.
3
Abdul Kadir Damanik, loc. cit.
4
Novindra. Peran Pemerintah terhadap Industri Kecil dan Menengah di MEA. Departemen
Ekonomi sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Prtanian
Bogor.
terintegrasi dan didukung oleh produk UMKM.5 Menjadi sebuah pertanyaan besar
bagi UMKM di Indonesia khususnya Kota Payakumbuh, sudahkan siap
menghadapi persaingan perdagangan tersebut, dengan keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki oleh UMKM kebanyakan. Untuk itu dalam tulisan ini mencoba
memparkan kajian mengenai salah satu industri kecil di Kota Payakumbuh yaitu
IKM Rendang Neng Keke serta potensi dan kesiapannya menghadapi MEA 2015.
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat Ekonomi ASEAN
ASEAN Economic Community (AEC) dicanangkan sebagai suatu model
integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Jika ditinjau dari tujuan diberlakukannya,
AEC merupakan realisasi dari keinginan yang tercantum dalam Visi 2020 untuk
mengintegrasikan ekonomi negara-negara Asean dengan membentuk pasar tunggal
dan basis produksi bersama. Visi 2020 menyatakan, dalam pelaksanaan AEC,
negara-negara anggota harus memegang teguh prinsip pasar terbuka (open market),
berorientasi ke luar (outward looking), dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar
(market drive economy) sesuai dengan ketentuan multilateral. Jika AEC
diberlakukan akhir 2015, Asean akan terbuka untuk perdagangan barang, jasa,
investasi, modal, dan pekerja (free flow of goods, free flow of services, free flow
of investment, free flow of capital, dan free flow of skilled labor).6
Deklarasi Komunitas Ekonomi ASEAN bertujuan membentuk ASEAN
sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang menggerakkan para pelaku usaha,
suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, kawasan ekonomi yang
berdaya saing tinggi serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global
(Tedjasukmana: 2014). Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang
berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan
manfaat AEC 2015 di antara negara-negara ASEAN.7
Definisi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Menurut Sudaryanto (2014) dalam perekonomian Indonesia UMKM
merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan
terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Lebihh lanjut, UMKM telah
memiliki payung hukum serta kriteria-kriterianya telah ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Menurut Rahmana dalam (Sudaryanto, 2014:6), beberapa lembaga atau
instansi bahkan memberikan definisi tersendiri pada Usaha Kecil Menengah
(UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Payakumbuh Tahun 2013
Djuansyah, dkk. Media Industri No. 2-2013. Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian
Perindustrian.
7
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian. Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Hilirisasi Industri
dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional. Hotel Bidakara, Jakarta: 12
Februari 2013.
6
J. Tumanggor. Materi Kuliah Manajemen Industri Kecil. Politeknik ATI Padang. Agustus 2015.
Dhaniswara K Hardjono, loc. cit.
10
Abdul Kadir Damanik, loc. cit.
11
Ibid halaman 15
9
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.12 Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota
Payakumbuh sebagai berikut:
Tabel 1.1 : Perkembangan Usaha dari tahun 2008-2012 di Kota Payakumbuh
No
Tahun
Usaha Usaha
Usaha Menengah
Jumlah
Perkembangan
Mikro
Kecil
& Besar
(Persen)
1
2008
1.606
313
6
1.925
2
2009
1.997
1.278
95
3.370
75,06
3
2010
2.274
2.260
95
5.629
4,82
4
2011
4.210
2.087
87
6.384
13,41
5
2012
5.878
1.851
196
7.925
24,13
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh,
dalam (Sara: 2014)
Tabel 1.2 : Perkembangan UKM Rendang Telur di Kota Payakumbuh dari Tahun
2008-2012.
No
Tahun
Jumlah
Perkembangan (Persen)
1
2008
16
2
2009
19
18,75
3
2010
21
10,52
4
2012
25
19,04
5
2012
30
20
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh,
dalam (Sara: 2014)
Nenti Oucis Sara. Analisis Usaha-Usaha Pemasaran dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Usaha
Kecil Menengah (Kasus Bisnis Rendang Telur di Kotamadya Payakumbuh) dalam Jurnal FISIP,
Universitas Riau Volume 1 No. 2. Oktober 2014
13
Wahyudi. Analisis Marketing Mix Rendang Neng Keke. Makalah Diagnosis IKM di Kota
Payakumbu. Program TPL IKM Kemenperin. Akademi Teknologi Industri Padang. April 2014.
Payakumbuh yakni berupa tepung tapioka, telur ayam ras dan santan kelapa.
Pemasaran produk rendang Neng Keke setiap produksi dipasarkan di pasar
Payakumbuh dan apabila ada pesanan dapat dipasarkan sampai ke luar daerah
seperti Pekanbaru, Bangka Belitung, dan Jakarta dengan menggunakan jasa
pengiriman, dimana ongkos kirim dibebankan kepada pembeli.14 Rendang Neng
Keke sudah memiliki berbagai macam perizinan antara lain : P-IRT15
(No.2.01.1376.01.153)
TDI16
(No.20/IND-TDI/IV/PYK-2013),
TDP17
(No.030251003402), SITU18 (No.201/III/SITU/BPMD-PTSP/PYK-2013), dan
HO19 (No.201/III/HO/BPMD-PTSP/PYK-2013)
Proses Produksi
Alat-alat yang digunakan pada proses produksi antara lain sebagai berikut :
Mixer
: digunakan untuk mengocok telur
Baskom
: wadah menghomogenkan bahan bahan
Sendok kayu besar : untuk mengaduk adonan
Cangkir plastik
: untuk mengambl adonan ketika proses mendadar
Kuali dan kompor : digunakan untuk mendadar adonan
Parutan kelapa
: digunakan untuk memarut kelapa
Timbangan 15 kg : untuk menimbang dadar yang akan direndang
Sendok peniris
: untuk meniriskan rendang telur sesudah direndang
Kayu bakar
: sebagai bahan bakar ketika proses merendang
Kuali dan tunggku : digunakan untuk proses merendang dadar telur
Sealler
: digunakan ketika pengemasan produk
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada proses pembuatan rendang telur
untuk sekali produksi adalah sebagai berikut :
Tepung tapioka
: 12,5 kg
Telur ayam ras
: 120 butir
Kelapa
: 60 buah
Cabe
: 1,5 kg
Air
: secukupnya
Bawang putih
: 2 kg (1 kg untuk mendadar dan merendang)
Bawang merah
: 1 kg (untuk merendang)
Lengkuas
: 2 kg (untuk merendang)
Asam pedas
: 1 kg (untuk merendang)
Jahe
: 2 kg (untuk merendang)
Daun salam
: secukupnya (untuk merendang)
Daun kunyit
: secukupnya (untuk merendang)
Daun jeruk
: secukupnya (untuk merendang)
Sereh
: secukupnya (untuk merendang)
Minyak goreng
: (untuk merendang)
14
Dadar telur
dimasukkan ke
dalam bumbu
rendang yang telah
siap pada wajan.
Proses
Penggorengan dan
Pengadukkan hingga
dadar telur
mengeras
Proses Pengemasan
Rendang telur
Proses Penirisan
Gambar: Diagram Alir Pembuatan Rendang Telur, diadaptasi dari Wahyudi (2014)
ASEAN setidaknya diperlukan SNI, GMP, ISO dan HACCP sebagai salah satu
syarat agar produk Rendang Neng Keke dapat bersaing.
Dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak mempunyai sumbersumber daya untuk mencari, mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka
sendiri.25 Selain itu promosi yang dilakukan oleh UMKM rendang di Kota
Payakumbuh cenderung bersifat pasif.26 Hal tersebut juga sejalan dengan
pemasaran IKM Rendang Neng Keke, masih sangat tergantung pada mitra atau
rekanan dagang, misalnya pedagang keliling, atau pengumpul untuk memasarkan
produk-produknya, selain itu juga pada konsumen yang datang langsung ke tempat
produksi IKM ini.
Potensi Rendang Neng Keke Menghadapi MEA 2015
Sudaryanto mengemukakan bahwa terdapat beberapa strategi untuk
memberdayakan UMKM dalam menghadapi AEC 2015 yang dapat diadopsi oleh
Rendang Neng Keke diantaranya:
1. Peningkatan kualitas produk serta standarisasi.
Rendang Neng Keke, memilliki potensi untuk memasarkan beberapa
produk khas Sumatera Barat khusunya Kota Payakumbuh yaitu rendang
telur, rendang suir, rendang paru, dan juga galamai kepada masyarakat
ASEAN, tentunya dengan penerapan standar internasional terlebih dahulu
seperti GMP dan HACCP. Produk-produk UMKM Indonesia dapat
dijadikan andalan dalam perdagangan internasional, diantaranya produk
kerajinan, poduk hasil pertanian dan produk lainnya.27
2. Penciptaan iklim usaha UMKM.
Rendang Neng Keke dapat berkoordinasi bersama pemerintah daerah
khususnya Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan serta
UKM sejenis di kota Payakumbuh. Tujuan program ini adalah untuk
memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara
ekonomi, sehat dalam persaingan, dan nondiskriminatif bagi kelangsungan
dan peningkatan kinerja usaha kecil menengah.
3. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM.
Salah satu upaya untuk mendukung usaha untuk Rendang Neng Keke
diantaranya membuat website untuk memasarkan produk melalui internet.
Program ini bertujuan untuk mempemudah, memperlancar, dan
memperluas akses UKM kepada sumberdaya produktif agar mampu
memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal
serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan efisiensi.
4. Penegembanagn kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM.
Pelatihan serta seminar untuk menigkatkan moviasi usaha bagi karyawan
Rendang Neng Keke dapat meningkatjan kualitas SDM yang dimiliki IKM
ini. Program ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semanga
25
Ibid halaman 16
Sara, op. cit. halaman 3
27
Edy Suandi Hamid, Rektor Universitas Islam Indonesia, dalam Simposium Nasional : Menuju
Purworejo Dinamis dan Kreatif, di Yogyakarta, tahun 2010.
26