DALIHAN NA TOLU
OLEH :
ANDIKA D. HUTABARAT
14/368401/TK/42556
PEMBAHASAN
SUKU BATAK
2. Batak Simalungun
Suku Batak Simalungun, adalah salah satu etnik Batak yang
terkonsentrasi di kabupaten Simalungun provinsi Sumatra Utara. Wilayah
kediaman suku Batak Simalungun berada di antara 2 etnik batak lainnya,
yaitu suku Karo yang berada di kabupaten Tanah Karo dan suku Toba.
Bahasa Simalungun sendiri memiliki kemiripan dengan bahasa Karo
maupun bahasa Toba.
Sehingga bahasa Simalungun disebut sebagai bahasa batak tengah.
Sebagian orang Simalungun saat ini percaya bahwa asal usul orang
Simalungun, dikatakan berasal dari India, tepatnya dari daerah Assam,
India Selatan, dari suatu tempat yang bernama Asom. Dilihat dari adat
istiadat dan tradisi budaya orang Simalungun banyak memiliki kemiripan
dengan adat istiadat dan tradisi budaya Batak Karo maupun Batak Toba.
Hal ini mengindikasikan kemungkinan besar suku Simalungun beserta
suku Batak Karo dan Batak Toba berasal dari suatu tempat yang sama.
Orang Simalungun berbicara dalam bahasa Simalungun sebagai bahasa
sehari-hari. Pada umumnya orang Batak Simalungun bisa memahami
bahasa Batak Toba, yang menjadi bahasa pengantar pada masa lalu di
wilayah sekitar Danau Toba.
Dalam mitos orang Simalungun, dikatakan bahwa manusia awalnya
dikirim oleh oleh Naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang bisa
berdiam dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur dan sebagainya,
sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun
menyebut roh orang mati sebagai Simagot.
Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-korban pujaan
sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua
sesembahan tersebut. Masyarakat Simalungun adalah patrilineal. Marga
diturunkan kepada generasi berikutnya melalui pihak laki-laki. Orang yang
memiliki marga yang sama adalah berarti sebagai saudara seketurunan
sehingga dipantangkan (tidak diperbolehkan) untuk saling menikah.
Marga-marga pada suku Simalungun terdiri atas 4 marga asli, yaitu:
Damanik Purba Saragih Sinaga Keempat marga di atas berasal dari
marga para Raja-Raja di Simalungun. Selain itu ada juga marga-marga
yang berasal dari luar Simalungun yang sejak dahulu ikut menetap di
wilayah adat Simalungun, kemudian menjadi sub-bagian dari 4 marga di
atas.
3. Batak Karo
Karo adalah salah Suku Bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Karo,
Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar
dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama
Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo)
yaitu Tanah Karo.
Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap
Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam
dan penuh dengan perhiasan emas. Karo dianggap sebagai bagian dari
suku kekerabatan Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak
Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pak-Pak atau Dairi, dan Batak Karo.
Namun kebanyakan masyarakat suku Karo menggap bahwa mereka
bukanlah bagian dari kekerabatan Batak tersebut, tetapi Karo adalah suku
yang berdiri sendiri. Suku Karo juga sering disebut suku Batak Karo. Hal ini
dikarenakan banyaknya marga, kekerabatan, kepercayaan, dan geografis
domisilinya yang dikelilingi etnis-etnis yang dikatakan Batak.
Orang Karo menyebut dirinya kalak Karo, orang diluar Karo dan tidak
mengenal Karo-lah yang kemudian memanggil mereka Batak Karo. Benar
tidaknya Karo ini dikatakan Batak, tergantung pada persepsi Batak yang
ditawarkan.
Sebab, jika konsep Batak yang ditawarkan adalah Batak yang didasarkan
pada hubungan vertikan(geneologi/keturunan darah) seperti yang berlaku
di Toba-Batak, bahwa Si Raja Batak adalah nenek moyang bangsa Batak,
maka Karo bukanlah Batak! Hal ini dikarenakan eksistensi Karo yang
teridentifikasi lebih awal dibandingkan kemunculan Si Raja Batak ini( Karo
jauh sudah ada sebelum kemunculan Si Raja Batak diabad ke-13 Masehi)
yang didasarkan pada fakta sejarah, logika, dan tradisi di Karo dan sukusuku lainnya yang dikatakan Batak.
Namun, jika batak yang didasarkan pada kekerabatan horizontal
(solidaritas, teritorial, dan geografis) maka Karo adalah bagian dari Batak.
4. Batak Pak Pak
Suku Batak Pakpak, adalah suatu kelompok masyarakat yang terdapat di
beberapa kabupaten di provinsi Sumatra Utara dan di sebagian wilayah
provinsi Nanggroe Aceh. Orang Batak Pakpak, berbicara dalam bahasa
sendiri, yaitu bahasa Pakpak. Sedangkan di Kelasen bahasa Pakpak
disebut sebagai bahasa Dairi.
Bahasa Pakpak ini merupakan cabang dari rumpun bahasa Austronesia,
yang termasuk dari salah satu cabang dari rumpun bahasa Batak. Bahasa
Batak Pakpak memiliki kekerabatan dengan bahasa Batak Karo, tapi
bahasa Pakpak juga banyak mirip dengan bahasa Batak Toba. Pemakai
bahasa Pakpak sendiri mengalami penurunan diakibatkan banyaknya arus
pendatang di luar suku Pakpak yang memasuki wilayah mereka.
KEKERABATAN
Dalihan Na Tolu
Inilah salah satu kearifan lokal yang akan di bahas pada makalah ini.
Dalihan Na Tolu merupakan falsafah hidup yang dijunjung oleh
masyarakat Batak. Dalihan Na Tolu memiliki istilah yang berbeda-beda
dalam setiap sub etnis Batak. Dalihan Na Tolu merupakan sebutan dalam
bahasa Batak Toba. Walaupun memiliki istilah berbeda namun isi dan
konsep yang diatur kurang lebih sama. Perbedaan istilah lebih
disebabkan oleh perbedaan struktur bahasa.
Kedudukan yang diatur dalam Dalihan Na Tolu adalah sebagai
berikut.
1.
2.
3.
Somba Marhula-hula.
2.
3.
Elek Marboru
1.
Somba Marhula-hula
Elek Marboru
Adat Batak menentukan sikap terhadap ketiga kelompok tsb, yaitu Somba,
Manat, dan Elek. Kita bisa menjadi bagian dari masing-masing pihak
dalam perjalanan hidup kita menghadapi orang Batak lainnya. Dengan
demikian, semua orang Batak dapat menduduki salah satu posisi tsb,
tidak selalu dalam posisi Boru atau posisi Dongan Tubu. Semua posisi itu
sama kuatnya dan sama pentingnya serta saling melengkapi satu sama
lainnya seperti ketiga batu yang membentuk tungku itu di masa lalu.
Dalihan Na Tolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalihan Na tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak
memiliki ketiga posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula hula, ada
saatnya menempati posisi Dongan Tubu dan ada saatnya menjadi BORU.
B.
C.
KESIMPULAN