Anda di halaman 1dari 15

1

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament)


untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pokok Bahasan Pecahan
Pada Siswa Kelas III SDN 1 Suruhankidul
Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung
Tahun Pelajaran 2012/2013
Sulastri, S.Pd.
Alamat: SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung
Abstrak: Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada
pembelajaran matematika di kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung
menunjukkan bahwa hasil belajar kelas tersebut rendah. Salah satu penyebabnya
adalah selama ini guru cenderung memakai metode ceramah dalam penyampaian
materi, siswa merasa jenuh dengan suasana tersebut. Oleh karena itu perlu adanya
suasana pembelajaran yang baru agar siswa termotivasi belajar sehingga prestasi
belajarnya meningkat.
Salah satu metode pembelajaran yang diyakini bisa mendorong motivasi
siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament).
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiskripsikan
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) untuk meningkatkan
prestasi belajar pokok bahasan pecahan pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul
Kecamatan Bandung Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013
Data yang didapat dari hasil nilai tes siklus pertama dengan nilai rata-rata
kelas 76,81 presentase ketuntasan 81,81% dengan kategori sangat baik. Sedang
nilai tes dari siklus ke dua didapat rata-rata kelas 82,72 presentase ketuntasan
90,90% dengan kategori sangat baik.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pembelajaran kooperatif TGT
(Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar Kelas III SDN 1
Suruhankidul Kecamatan Bandung Tulungagung.
Kata Kunci : Prestasi Belajar, Tipe Pembelajaran TGT, Pecahan
Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern (Kurikulum, 2006:93) sehingga matematika
mempunyai peran penting dalam memajukan kemampuan dan daya pikir seorang
anak. Matematika merupakan alat utama untuk menyusun pemikiran yang jelas,
tepat dan taat azas. Oleh karena itu pembelajaran matematika yang tepat harus
dimulai sejak pendidikan dasar.
Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain model pembelajaran yang kurang tepat dalam menyampaikan materi. Dari
sini maka seorang guru matematika dituntut untuk bisa menciptakan model
pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar dalam proses belajar siswa tidak

2
merasa jenuh dengan materi yang disampaikan serta dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran Kooperatif adalah model TGT (Team
Game Tournament) yaitu pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling
bekerjasama dalam kolompoknya untuk sukses bersama, sedangkan guru
merupakan fasilitator dan aktifitasnya disertai dengan perlombaan (game) yang
menuntut siswa untuk bersaing secara sehat dengan siswa kelompok lain
(Widdiharto, 2008:12).
Adapun tahap-tahap pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) menurut (Widdiharto, 2008:21) adalah: (1) Teacher Presentation, (2)
Pembentukan kelompok heterogen, (3) Team Study, (4) Kelompok Tournament,
dan (5) Team Recognition.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran
kooperatif tipe TGT ( Team Game Tournament ) yang dapat meningkatkan
prestasi belajar pokok bahasan pecahan pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul
Kecamatan Bandung, Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika pembelajaran
Kooperatif tipe TGT ( Team Game Tournament ) diterapkan pada pokok bahasan
pecahan maka prestasi belajar siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan
Bandung Tulungagung akan meningkat.
Hasil Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi: (1)
siswa lebih mudah memahami pelajaran matematika dan dapat meningkatkan
hasil belajarnya, (2) guru, menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelajaran
matematika pokok bahasan yang lain, (3) penulis dapat memberikan pengalaman
sehingga dapat mengetahui bagaimana model pembelajaran matematika dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, (4) kepala sekolah, dapat dijadikan acuan
dalam membuat kebijakan tentang peningkatan mutu sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang telah lalu, dan
perubahan itu terjadi karena adanya proses belajar. (Dimyati, 2006:102).

3
Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil tertinggi dalam
belajar yang tercapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada
saat tertentu. (Sumarno, 2010:33).
Model pembelajaran sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa yang
nantinya akan berdampak pada hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Oleh
karena itu suasana pembelajaran yang menyenangkan akan mendukung siswa
dalam mencapai tujuan belajarnya.
Terdapat

beberapa macam metode belajar kooperatif yang telah

dikembangkan para ahli pendidikan diantaranya adalah Students Team


Achivement Divisions (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw, Team
Assisted Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).
Pada penelitian ini dipilih model pembelajaran TGT dengan asumsi bahwa
untuk anak seusia SD kelas III masih senang dengan permainan dan perlombaan
sehingga diharapkan pembelajaran model TGT ini cocok bagi siswa kelas III.
Adapaun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) secara rinci akan diuraikan sebagai berikut .
1. Teacher Presentations
a.

Dalam awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan, Kompetensi


Dasar atau Indikator yang akan dicapai.

b.

Selain itu guru juga harus memberikan motivasi terhadap materi yang
disampaikan.

2. Pembentukan kelompok heterogen


Dalam pembentukan kelompok jumlah anggota tiap kelompok berkisar antara
4-5 orang yang terdiri atas 1 siswa berkemampuan tinggi 2 siswa
berkemampuan sedang dan 1 siswa berkemampuan rendah, serta jenis kelamin
yang heterogen.
3. Team Study
Di sini siswa duduk dan melakukan diskusi dengan bahan ajar yang sudah
disediakan (dapat berupa LKS) dimana materi diskusi adalah materi yang akan
dibuat tournamen.
4. Kelompok Tournamen
1. Guru menyusun kelompok tournamen sesuai kemampuan anggota team.
2. Menyediakan meja tournamen sesuai jumlah kelompok tournamen.

4
3. Menyediakan kartu soal, kartu jawaban dan kartu poin pada tiap meja
tournamen.
Tim A
A1 A2 A3 A4

Meja 1

Meja 2

Meja 3

Meja 4

B1 B2 B3 B4

C1 C2 C3 C4

Tim B

Tim C

Bagan 1. Pembagian siswa dalam meja turnamen


Keterangan bagan :
1) Masing-masing tim terdiri dari 4-5 siswa dengan aturan yaitu misalkan tim
A terdiri dari 4 siswa yaitu A1, A2, A3 dan A4. Begitu pula tim B, tim C
dan seterusnya. Tim ini disebut sebagai kelompok belajar.
2) A1, B1, dan C1 saling dipertandingkan di meja 1 karena ketiganya
mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan tinggi semua.
3) A2, B2, dan C2 dipertandingkan di meja 2 karena ketiganya mempunyai
kemampuan yang sama yaitu berkemampuan sedang 1 semua.
4) A3, B3, dan C3 dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai
kemampuan yang sama yaitu berkemampuan sedang 2 semua.
5) A4, B4, dan C4 dipertandingkan di meja 4 karena ketiganya mempunyai
kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rendah semua.
5. Team Recognition
Adalah pemberian award kepada tim yang memenuhi kriteria.
Cara Turnamen:

5
Sebelum turnamen diadakan, guru membagi siswa dalam meja-meja
turnamen. Kemudian guru membagikan satu set perangkat turnamen kepada
masing-masing kelompok. Satu set perangkat turnamen terdiri dari : soal
turnamen, kartu soal, lembar jawaban, dan lembar skor turnamen. Untuk lembar
jawaban sebaiknya dipegang oleh guru untuk menghindari kecurangan yang
mungkin dilakukan oleh siswa. Dalam turnamen ini yang bertanding adalah antar
anggota dalam satu meja turnamen bukan antar meja turnamen.
Bentuk turnamen akan diuraikan sebagai berikut .
1. Pada meja turnamen disiapkan satu set perangkat pembelajaran yang sama
untuk semua meja turnamen.
2. Guru menunjuk satu siswa untuk mengocok kartu, nomor soal yang keluar
merupakan nomor soal yang harus dikerjakan dalam meja tersebut. Kemudian
yang bertugas mengocok kartu membacakan pada anggota lainnya dalam satu
meja.
3. Jika soal pertama selesai dikerjakan oleh salah satu anggota dalam meja
turnamen maka segera mungkin menyesuaikan jawaban dengan lembar
jawaban

dengan lembar jawaban yang ada pada guru, jika benar akan

mendapatkan skor. Misalkan pada saat yang bersamaan, ada dua atau lebih
siswa yang bersaman maju ke depan maka yang benar dan tercepat yang
menang dan mendapat bintang.
4. Siswa yang mendapat skor menuliskan skornya pada lembar skor turnamen
yang telah disediakan.
5. Bagi meja yang telah menyelesaikan soal pertama, segera lanjutkan ke soal
berikutnya. Kemudian pertandingan dilanjutkan seperti pada langkah 2 sampai
4.
6. Jika semua kelompok sudah selesai maka guru bertugas mengumpulkan
lembar skor turnamen. Nilai yang diperoleh dalam anggota dalam turnamen
akan digabungkan dengan skor angota kelompoknya yang lain. Kemudian
ditotal dan dirata-rata.
7. Pemberian penghargaan kepada kelompok.
Setelah pertandingan selesai maka skor total kelompok akan dihitung. Tiga
kelompok yang mendapat skor tertinggi akan menjadi juara 1, 2 dan 3. Jika ada
skor yang sama maka akan diadakan turnamen tambahan. Juara 1, 2 dan 3 akan

6
mendapat penghargaan berupa hadiah yang bisa berbentuk benda, sertifikat atau
makanan kesukaan.
Pada penelitian tindakan kelas ini model yang digunakan adalah model
Kemmis dan Mc.Taggart. Model ini dalam perencanaannya menggunakan sistem
spiral refleksi diri yang dimulai dengan: (1) penyusunan rencana, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi
Alur pelaksanaan tindakan kelas disajikan seperti dalam bagan berikut :
Bagan 2. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Kegiatan Pra-Tindakan

Analisa dan temuan


studi Pendahuluan

Pelaksanaan tindakan
siklus ke-n
Rencana tindakan
Siklus ke-n

Pengamatan / Observasi
Siklus ke-n

Belum berhasil

Analisis dan Refleksi


Siklus ke-n
Berhasil

Laporan

Tahap Penelitian
Kegiatan pra-Tindakan
Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa permasalahan diantaranya
prestasi belajar siswa rendah serta kurangnya semangat dalam belajar. Anak lebih

7
suka bermain sendiri daripada mendengarkan materi yang disampaikan oleh
gurunya. Pada kegiatan Pra-Tindakan ini, hal yang akan peneliti lakukan
diantaranya adalah: (1) pemilihan lokasi penelitian, (2) menentukan subjek
penelitian, (3) membuat soal tes awal, dan (4) melakukan tes awal.
Kegiatan Pelaksanaan Tindakan
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah peneliti bersama dengan guru
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa
(LKS), lembar observasi, pembentukan kelompok belajar, penyusunan soal
turnamen.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan langkah pelaksanaan rencana yang telah disusun
peneliti bersama guru. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1)
Guru melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, dan (2) observer mengadakan pengamatan dan menggunakan format
observasi, format lapangan dan melakukan refleksi terhadap tindakan melalui
diskusi.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan pada saat pelaksanaan
pembelajaran.

Tujuan

diadakan

pengamatan

untuk

mengenali,

mendokumentasi semua indikator baik proses maupun hasil perubahan yang


terjadi akibat dari tindakan yang direncanakan.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi kemudian dianalisis pada
tahap ini. Dari data hasil observasi dapat dilihat apakah tindakan yang
dilakukan sudah berhasil atau belum. Hasil yang akan dijadikan acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
Setiap tindakan dikatakan berhasil apabila memenuhi dua kriteria
keberhasilan yaitu kriteria keberhasilan proses dan kriteria keberhasilan hasil
belajar (Suharsimi Arikunto,1997). Kriteria keberhasilan proses ditinjau dari :
1) Penilaian hasil observasi pada aktivitas guru maupun siswa menunjukkan
skor 50% < NR 75% atau taraf keberhasilan baik.(Suharsimi, 1999:36)
2) Tidak ada catatan lapangan perbaikan tindakan.

8
Sedangkan kriteria keberhasilan belajar dapat ditinjau dari hasil tes, telah
memenuhi syarat ketuntasan, diantaranya .
1) Ketuntasan individual : skor 65
2) Ketuntasan klasikal

: persentase 75% ( Suharsimi, 1999:32)

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III semester genap tahun
pelajaran 2012/2013 di SDN 1 Suruhankidul yang beralamat di Desa
Suruhankidul Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung.
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah
data primer. Data primer adalah data yang langsung diperoleh peneliti dari sumber
data, yang meliputi data primer adalah: (1) hasil observasi yang berkaitan dengan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, (2) Hasil kerja di LKS, dan (3) hasil
tes formatif yang tediri dari dua macam yaitu tes sebelum tindakan dan tes
disetiap akhir tindakan.
Prosedur Pengumpulan Data
Data yang didapat dari tes tertulis berupa tes hasil belajar siswa yang
meliputi skor hasil tes pengetahuan prasarat yang diberikan sebelum tindakan,
hasil tes pada setiap akhir tindakan siklus 1 dan siklus 2 digunakan untuk
memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan rumus :

Persentase ketuntasan individu

%X =

X1
x 100%
N

(Suharsimi,1999:32)

%X = presentase ketuntasan individu


X1 = jumlah skor yang dicapai siswa
N

= jumlah skor ideal

Persentase ketuntasan kelas

%X =

X1
x 100%
N

%X = presentase ketuntasan kelas


X1 = jumlah siswa yang tuntas individual
N

= jumlah seluruh siswa

Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil tes awal ( tes pra tindakan )
No. Absen
Siswa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Nama Siswa

L/P

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
Jumlah
Rata-rata
Dari tabel di atas diperoleh bahwa terdapat

Nilai

Persentase
Ketuntasan

P
P
L
L
L
L
L
P
P
L
L
L
L
L
L
L
P
P
P
P
P
P

40
40%
50
50%
40
40%
70
70%
70
70%
30
30%
90
90%
40
40%
80
80%
70
70%
75
75%
35
35%
60
60%
70
70%
70
70%
60
60%
50
50%
75
75%
80
80%
70
70%
100
100%
100
100%
1425
64,77
62,50%
9 siswa atau 40,90%yang tidak tuntas

belajar dan 13 siswa atau 59,09% yang tuntas belajar.


Siklus ke-1
Pada siklus satu materi yang akan diajarkan adalah mengenai
membandingkan antara dua pecahan dengan alokosi waktu 2 kali pertemuan.

10
Pertemuan pertama untuk menyampaikan materi dan diskusi dan pertemuan ke
dua untuk game dan tes.
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Siklus 1
No
Absen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kode Nama Siswa

Skor

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
Jumlah
Rata-Rata

70
70
50
90
70
50
90
80
100
80
70
60
90
70
80
60
90
70
80
70
80
100
1690
76,81

Presentase
Ketuntasan
70%
70%
50%
90%
70%
50%
90%
80%
100%
80%
70%
60%
90%
70%
80%
60%
90%
70%
80%
70%
80%
100%

Kriteria
Ketuntasan
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

Dari hasil tes pada siklus 1 ini bisa diperoleh bahwa nilai siswa meningkat
dari tes sebelumnya yaitu dengan rata-rata kelas 76,81. Dengan ketuntasan
81,81% yang berarti kelas tersebut telah mencapai ketuntasan secara klasikal.
Ketuntasan belajar tidak mencapai 100% karena masih ada 4 orang siswa yang
mendapat nilai antara 50-60.
Refleksi
Dari hasil pengamatan pada siklus ke-1 ini bisa dilihat bahwa hasil tes
yang diperoleh siswa lebih meningkat dibanding dengan hasil tes awal. Walaupun
hasil tes masih belum begitu memuaskan karena masih ada 4 siswa yang
mendapat nilai antara 50-60 dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang
harus diperbaiki. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus ke-1 dapat diketahui

11
bahwa pada siklus ini ditemukan kekurangan-kekurangan sebagai berikut: (1)
Kurangnya aktifitas siswa saat kerja kelompok dikarenakan siswa tidak terbiasa
belajar kelompok, (2) Masih ada siswa yang bingung dengan pengarahan materi
oleh guru karena berbicara sendiri dengan temannya, (3) Banyak siswa yang
bingung mencari temannya saat siswa pindah ke meja turnamen, dan (4) Masih
ada siswa yang meminta bantuan kepada temannya saat permainan game.
Dari hasil refleksi ini diberikan tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan perbaikan tersebut antara lain: (1)
Lebih memberikan semangat atau motivasi kepada siswa untuk saling bekerja
sama demi keberhasilan kelompok, (2) Berusaha menenangkan siswa terlebih
dahulu sebelum guru memberikan pengarahan, (3) Meminta siswa untuk mencatat
dan menghafal anggota kelompoknya di meja turnamen, dan (4) Guru bersama
peneliti harus ikut mengawasi jalannya game.
Siklus ke-2
Hasil belajar siswa pada sisklus 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus 2
No
Absen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Nama Siswa

Skor

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U

70
70
50
80
100
60
100
70
80
80
80
70
100
90
100
70
70
90
100
90
100

Presentase
Ketuntasan
70%
70%
50%
80%
100%
600%
100%
70%
80%
80%
80%
50%
100%
90%
100%
70%
70%
90%
100%
70%
100%

Kritria
Ketuntasan
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

12
22

V
Jumlah
Rata-Rata

100

100%

Tuntas

1820
82,72

Dari tabel di atas diperoleh bahwa nilai tes pada siklus 2 ini meningkat
dari pada sebelumnya baik sebelum diberi tindakan maupun pada siklus 1.
Terdapat 2 siswa yang belum tuntas belajar dan 20 siswa tuntas belajar. Rata-rata
kelas yang diperoleh adalah 82,72. Walaupun tidak 100% siswa tuntas dalam
belajar tetapi ada peningkatan dalam siklus 2 ini.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada materi ke-2 ini di dapatkan
bahwa proses pembelajaran secara keseluruhan berjalan lancar dan baik, serta
kurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sudah dapat diperbaiki.
Sehingga dengan berakhirnya pembelajaran materi ke-2 ini, maka tindakan yang
dilakukan dianggap sudah cukup dan efektif, sehingga tidak akan dilanjutkan
dengan tindakan selanjutnya.
Pembahasan
Sesuai dengan hasil nilai tes, bisa dilihat pada tabel hasil belajar siswa
nampak bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus ke-1 nilai ratarata kelas diperoleh 76,81 dan presentase ketuntasan kelas 81,81% meningkat
daripada sebelum diberi tindakan yang hanya sebesar 64,77 terdapat 4 siswa yang
belum tuntas belajar dan 18 siswa yang tuntas belajar. Siklus ke-2 nilai rata-rata
kelas yang diperoleh adalah 82,72 dan presentase ketuntasan kelas 90,90%
terdapat 2 siswa yang belum tuntas belajar dan 20 siswa yang tuntas belajar
Dari data tersebut maka terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata dan
prestasi siswa yang tuntas belajar. Dengan demikian dapat dikatan bahwa siswa
mengalami kemajuan belajar dalam hal pemahaman materi pecahan yang
dibuktikan dari hasil hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang meningkat.
Berdasarkan refleksi pada siklus ke-1 diperoleh adanya siswa yang belum
tuntas belajar disebabkan karena saat disampaikan materi pelajaran oleh guru ada
beberapa siswa yang ramai.Serta kurangnya aktifitas siswa saat kerja kelompok
karena tidak terbiasa belajar kelompok.
Sedangkan pada siklus ke-2 proses berjalan dengan lancardan ini
dibuktikan dengan perolehan hasil belajar yang memuaskan yaitu terdapat 90,90%

13
siswa yang tuntas belajar. Terdapat 2 siswa yang tidak tuntas belajar dan 20 siswa
yang tuntas belajar.
Berdasarkan observasi pada siklus ke-1 diperoleh skor 53 untuk kegiatan
guru dalam pembelajaran Kooperatif dengan kategori baik dan skor 70 untuk
kegiatan siswa dalam pembelajaran Kooperatif dengan kategori baik. Walaupun
ada beberapa butir observasi yang belum bisa dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan pada siklus ke-2 diperoleh skor 67 untuk kegiatan guru dalam
pembelajaran Kooperatif dan skor 74 untuk kegiatan siswa dalam pembelajaran
Kooperatif.Dapat dikatakan pada siklus ke-2 ini kegiatan pembelajaran Kooperatif
dapat dikategorikan sangat baik
Dari pembahasan ini menunjukkan bahwa pembelajaran TGT (Team Game
Tournament) salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Namun demikian dari proses penelitian yang dihasilkan maka ada
hal-hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melaksanakan
pembelajaran tipe TGT karena pembelajaran tipe ini membutuhkan banyak waktu
dalam pelaksanaannya serta suasana kelas juga sangat ramai sehingga adanya
standar kompetensi yang sudah diterapkan dan harus dicapai oleh siswa dan dilain
pihak waktu yang disediakan juga terbatas oleh karena itu perlu memilih materi
yang tepat untuk pembelajaran tipe TGT ini.
Kesimpulan
Dari paparan data-data pembahasan serta temuan penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament)
dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul
Kecamatan Bandung Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes pada siklus 1 dan siklus 2 yaitu
pada siklus 1 presentase ketuntasan kelas didapat 81,81 % dan siklus 2 ketuntasan
kelas mencapai 90,90%. Dari siklus 1 dan siklus 2 didapat peningkatan 10,1%.
Saran-Saran
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, agar proses pembelajaran lebih
berkualitas dan hasil belajar siswa lebih optimal, maka disampaikan saran: (1)
bagi guru kelas, hendaknya perlu mempertimbangkan untuk menjadikan
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) ini agar diterapkan

14
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan (2) bagi siswa, untuk meningkatkan
prestasi belajar maka siswa diharapkan untuk lebih giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah . Jakarta : Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Handoko, Tri.2006. Terampil Matematika 3. Yudistira
Lie, Anita.2002. Cooperatif Learning (Mempraktikakan Pembelajaran Diruangruang Kelas). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mariyam, Siti.2006. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII SMP Negeri 10 Malang dengan Metode Pembelajaran
Kooperatif TGT (Team Game Tournament). Malang : Universitas Negeri
malang.
Nurhadi dkk. 2005. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and
Learning / CTL ) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : Universitas
Negeri Malang.
Rachman, Saiful dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surabaya : SIC kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.
Salam, Burhanuddin. 2004. Cara Belajar yang Sukses di PT. Jakarta : Rineka
Cipta.
Simanjuntak, Lisnawati. 2009. Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukahar, Sumarno. 2010. Matematika 3 Mari Berhitung untuk Sekolah Dasar
Kelas 3. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sukidin dkk. 2008. Manajemen Penelitian Kelas. Jakarta : Insan Cendekia
Widdiharto, Rahmadi. 2008. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.
Jogyakarta: PPG Matematika Jogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai