KIMIA ANALITIK
ACARA
KARAKTERISASI BAHAN ALAM PENGHASIL PIGMENT HIJAU
KELOMPOK
Penanggung jawab:
Ika Nurafni Friliyani (A1M013050)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pigmen merupakan
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk karakterisasi bahan alam
penghasil pigment hijau dengan teknik kromatogrfi kertas dan UV-VIS.
Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphien
berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet
(1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya ia
berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak
tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam
kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan
menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian
dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat
sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak
tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom,
perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi
resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar,
2008, hal: 137).
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu
fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi
bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap.
Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari
sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh
daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki
solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu
dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang
kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil,
solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan
kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila
senyawa berwarna, tentu saja noda-nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi
antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak
secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang
bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu
pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada
lempeng kaca atau lembaran plastik (Kromatografi Kertas, 2010).
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang
kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul komponen berinteraksi secara lemah
dengan fase diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan
fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi
komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila dua atau
lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau fase gerak yang
hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan (Hendayana,
1994).
Menurut Mulja (1995), berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka
kromatografi dibedakan menjadi 4, yaitu:
1.
2.
3.
adalah cairan. Kromatografi dengan dasar filtrasi ini sangat dipengaruhi oleh
perbedaan bentuk (struktur dan ukuran molekul).
4.
selanjutnya
lebih
dikenal
sebagai high
performance
liquid
kertas digunakan
untuk memisahkan
campuran
dari
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap
pelarut.
Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya
senyawa
murninya
dan
mengetahui
kuantitasnya
yang
digunakan.Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk memisahkan senyawasenyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis
KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada
sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina) merupakan fase diam. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang
merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.
Cara Penggunaan kromatografi lapis tipis
Pada cara penggunaan KLT hampir sama dengan penggunaan Kromatografi
kertas, hanya saja pada KLT fase diamnya menggunakan plat gelas/ logam/
Aluminium foil sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas saring.
4. Kromatografi gas
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponenkomponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati
suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.
Prinsip kerja kromatografi gas
Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan
tertentun
dialirkan
secara
konstan
melalui
kolom
yang
berisi
fase
diam. Komponen sampel akan terabsorbsi oleh fase diam dengan kecepatan
berbeda.
Cara penggunaan kromatografi gas
Sampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah diatur. Setelah sampel
menjadi uap, akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Sehingga
komponen akan terabsorbsi oleh fase diam sampai terjadi pemisahan.Komponen
yang terpisah menuju detektor akan menghasilkan sinyal listrik yang besarnya
proporsional. Sinyal listrik tersebut akan diperkuat oleh amplifier. Kromatogram
akan dicatat oleh rekorder berupa puncak.
Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas
dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat :
TLC sheet
Spectrometer
Erlenmeyer
Gelas arloji
Blender
Kain saring
Lampu UV
Bahan :
Daun Ketapang
Wortel
Daun Leunca
Pelarut air dan aseton
B. Prosedur Kerja
1. Ekstraksi bahan
IV.
Sampel
Solvent
T. sampel
T.solvent
Rf
Aseton
Aseton
Aseton
Aseton
Aseton
1.5
4.3
2.0
4.5
4.2
5.4
5.4
5.4
5.4
5.4
0.278
0.796
0.370
0.830
0.780
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN