Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air
diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan
tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.Informasi mengenai besarnya
debit aliran sungai membantu dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya
debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan
juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada
musim kemarau.Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam
keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi
dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim
kemarau panjang.Oleh karena itu, dalam praktikum ini belajar melakukan pengukuran debit
sungai untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat
waktu tertentu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran sungai di Cikuda
dengan metode apung dan current meter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Debit Aliran
Debit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu.Dalam system SI besarnya debti dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit
aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu
perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung
dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan
(fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local.
2.2 Pengukuran Debit
Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan
melalui empat katagori ( Gordon et al., 1992):
1. Pengukuran volume air sungai

2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas
penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam
aliran sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran
air lambat) atau flume ( aliran cepat).
Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan
alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan
velocity-area method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran
sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak
pencatat ( monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada
dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan
alirannya.Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan
lairan air sunagi.Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang
kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air selama selang
waktu tetentu..Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa
bagian dengan leber permukaan yang berbeda.Kecepatan aliran sungai pada setiap bagian
diukur sesuai dengan kedalaman.Ketentuan pengukurannya disajikan dalam tabel berikut.
Kedalaman
(m)

Pengamatan

Kecepatan rata-rata

kecepatan

0.0 0.6

0.6d

= V 0.6d

0.6 - 3.0

0.2d

= 0.5 (V 0.2d + V 0.8d )

0.8d
3.0 - 6.0

0.2d

0.6d
0.8d
>6

0.2d
0.6d
0.8d
b
Tabel 1 Penentuan kedalaman sungai
Dimana d adalah kedalaman sungai

Setelah kecepatan aliran sungai dan luasnya didapatkan, debit aliran sungai dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan matematis berikut.
Q = AV
Dimana Q adalah debit ( m3/dt)
V adalah kecepatan (m/dt)
A adalah luasan sungai (m2)
Dalam melakukan pengukuran debit sungai perlu diperhatikan angka kecepatan aliran
rata-rata, lebar sungai, kedalaman, kemiringan, dan geseran tepid an dasar sungai.Geseran
tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan aliran terbesar pada bagian tengah dan
terkecil pada bagian dasar sungai.Faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah jarijari hidrolik r (hydraulic radius).
R = A/Wp
dimana : A luasan penampang melintang (m2)
Wp = keliling basahan (wetted perimeter)
Cara pengukuran lainnya selain dengan menggunakan alat Current meter, dalam
pengukuran kecepatan aliran sungai juga dapat dilakukan dengan metode apung (floating
method).Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan
aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung
tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah
ditentukan.Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda
apa saja sapanjang dapat terapung dalam aliran sungai.Pemilihan tempat pengukuran
sebaiknya pada bagian sungai yang relatiflurus dengan tidak banyak arus tidak
beraturan.Jarak antara dua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurangsekurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik.Pengukuran dilakukan
beberapa klai sehingga dapat diperoleh kecepatan rata-rata permukaan aliran sungai dengan
persamaan berikut.
Vper = L/ t
Dimana : L = jarak antara dua titik pengamatan (m)
t = waktu perjalanan benda apung (detik)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Current meter
2. Stopwatch
3. Meteran
4. Tali
5. Bambu atau tongkat berskala
6. Pensil
7. Kertas
8. Benda yang dapat terapung
3.2 Prosedur
a. Prosedur pelaksanaan praktikum ini untuk pengukuran kecevatan aliran sungai dengan
menggunakan alat current meter adalah sebagai berikut:
1. ukur dimensi sungai meliputi lebar sungai, dan bagi lebar sungai menjadi
beberapa segmen tergantung keadaan sungai tersebut.
2. hitung kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala
3. tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman tertentu sesuai kedalaman
sungai (lihat tabel 1)
4. dengan menggunakan stopwatch, hitunglah kecepatan sungai melalui angka
yang ditampilkan dalam monitor current meter. Lama waktu pencatatan
adalah 1 menit.
5. Ulangi langkah hingga tiga kali pengukuran.
6. Lakukan pengukuran pada segmen, yaitu segmen 2 dan 3
7. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap segmen pengukuran
dengan cara menjumlahkan nilai pengamatannya.
8. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas penampang sungai dengan
kecepatan rata-rata aliran sungai.
b. Prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode apung ( floating method)
adalah sebagai berikut:
1. Ukurlah panjang sungai dengan meteran yang akan dijadikan sebagai lintasan
benda.Jarak atau panjang sungai sekurang-kurangnya memberikan waktu
perjalanan selama 20 detik.
2. Jatuhkan benda yang dapat terapung pada titik pengamatan 1 dan waktu mulai
dihitung.Hentikan pencatat waktu ketika benda telah sampai pada titik
pengamatan 2.
3. Catat waktu yang ditempuh benda tersebut.

4. Lakukan pengamatan beberapa kali minimalnya tiga kali percoban


5. Hitung rata-rata waktu yang diperlukan benda selama percobaan tersebut.
6. Hitung kecepatan aliran sungai dengan mengalikan antara jarak titik
pengamatan dengan waktu tempuh rata-rata.Kemudian kalikan kecepatan
aliran tersebut dengan angka tetapan 0,75 ( keadaan dasar sungai kasar).
7. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas sungai dan kecepatan aliran yang
didapatkan dari perhitungan pada langkah 6.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Perhitungan luas penampang sungai
Luas A1

= 0,5 ( 3 x 2,8) = 4,2 m2

Luas AII

= 3 x 2,8 = 8,4 m2

Luas AIII

= 0,5 ( 3 x 2,8) = 4,2 m2

Luas total sungai =16,8 m2


b. Hasil percobaan dengan metode floating method
No

Benda

1
2
3
4
5
6

1
1
1
2
2
2

Waktu

Panjang sungai

(sekon)
(m)
17
22
16
22
17
22
15
22
17
22
24
22
Kecepatan rata-rata benda 1 dan 2

Kecepatan

Kec.rata-rata

m/s
1,29
1,37
1,29
1,47
1,29
0,92

m/s
1,32
1,22
1,27

Perhitungan :
Q = V x A = (0,75 x 1,27 m/s) x 16,8 m2
Q = 16,002 m3/s
c. Hasil percobaan dengan Current meter
No

Kecepatan( m/s )
Segmen1
Segmen 2
Segmen 3
1
0,4
0,8
0,5
2
0,4
0,8
0,5
3
0,2
0,7
0,5
Kec rata- 0,33
0,77
0,5

Kecepatan ratarata
(m/s)
0,53

rata
Perhitungan :
Q = A x V = 16,8 m2 x 0,53 m/s
Q = 8,90 m3/s
4.2 Pembahasan
Pengukuran debit sungai yang dilakukan pada saat praktikum menggunakan dua
metode, yaitu metode apung ( floating method) dan menggunakan alat current
meter.Berdasarkan data dan hasil perhitungan kedua metode tersebut menghasilkan debit
yang jauh berbeda dengan selisih antara keduanya mencapai 7,101 m 3/s.Tentunya hal tersebut
dikarena kedua debit didapatkan dari dua pengukuran yang berbeda.Dalam prakteknya di
lapangan banyak factor-faktor yang mengakibatkan ketidakakuratan dalam perhitungan debit
aliran sungai.
Pada pengukuran dengan metode apung, karakteristik sungai yang tidak beraturan,
baik dari segi kedalaman, kecepatan arus maupun medn yang berat sehingga menyulitkan
praktikan dalam menetukan lokasi yang tepat untuk pengukuran.Hasil praktikum dengan
menggunakan metode apung ini kecepatan aliran yang didapatkan relative dengan selisih
konstan, yaitu 1m/s namun pada pengukuran terakhir berubah signifikan, kecepatannya jauh
lebih lambat dari perngukuran sebelumnya, yaitu pada pengukuran dengan benda dua
pengamatan ketiga didapatkan kecepatan aliran sungai mencapai 0,92 m/s yang jauh lebih
kecil secara berturut-turut sebesar 0,37; 0,55 dari pengamatan 2 dan 1 dengan benda yang
sama.Hal tersebut dikarenakan aliaran air yang tidak beraturan sehingga sesekali benda yang
terapung di aliran permukaan sungai terjebak oleh cekungan arus sehingga perjalanan benda
dari pengamatan 1 dan 2 tidak lancer yang mengakibatkan waktu tempuhnya jauh dari
pengamatan yang lain.Penggunaan benda sebagi alat yang mengapung di aliran sungai juga
perlu diperhatikan.Hasil pengamatan antara benda 1 dan 2 yang mempunyai perbedaan
ukuran menyebabkan perbedaan kecepatan aliran yang di dapatnya.Pada pengamatan di
dapatkan benda 1 yang ukurannya lebih kecil dari benda 2 ternyata mempunyai kecepatan
rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan benda 2 yang berukuran lebih besar, yaitu
kecepatan rata-rata benda 1 mencapai 1,32 m/s sedangkan pada benda 2 kecepatnnya
mencapai1,22 m/s, terdapat perbedaan yang mencapai 1,1 m/s.Selain itu juga, menurut
referensi jarak pengamatan setidaknya benda untuk mencapai titik akhir pengamatan
memerlukan waktu 20 detik.Namun hasil praktikum hanya ada satu kali pengamatan yang
mencapai waktu lebih dari 20 detik selebihnya kurang dari 20 detik, itu juga benda yang
mencapai waktu lebih dari 20 detik dikarenakan terjebak di pusaran air sehingga waktu

tempuhnya menjadi lebih lama.Dengan demikian, jarak pengamatan yang mencapai 22 m itu
masih kurang untuk suatu pengamatan kecepatan aliran sungai pada keadaan aliran sungai
tersebut, sehingga data yang didapatkan pun kurang akurat.
Berbeda hal nya dengan metode apung, metode pengukuran debit air dengan current
meter ini lebih sulit penggunaannya.Pengukuran kecepatan aliran airnya tidak sesederhana
metode apung, pada metode ini kedalaman sungai menjadi suatu penentu dalam pengukuran,
selain itu juga sungai harus dibagi ke beberapa bagian untuk mendapatkan kecepatan rata-rata
aliran sungai pada dari bagian tepi dan tengah.Sehingga sebelum pelaksanaan pengamatan
perlu memperhatikan beberapa hal, yang utama adalah kedalaman sungai, selain itu juga arus
tidak boleh terhalang oleh suatu benda atau adanya batuan yang menghalangi sebab hal
tersebut akan mempengaruhi terhadap hasil pengamatan.Hasil pengamatan menunjukan
kecepatan aliran sungai pada segmen tengah lebih besar dai pada bagian tepi kiri dan
kanan.Dari hasil pengamatan 1 sampai dengan 3 pada segmen tengah paling besar, yaitu
berkisar antara 0,7 0,8 sedangkan pada bagian kiri dan kanan maksimal kecepatan aliran
sungai mencapai 0,5 m/s.Hal tersebut dikarenakan pada bagian tengah relatif lebih halus
permukaan dasarnya ssehingga air tidak terhalang perjalannya, berbeda dengan yang ada di
tepi yang banyak terhalang bebatuan.Faktor-faktor yang dapat mengurangi keakuratan data
hasil pengamatan adalah terbatasnya peralatan yang tersedia sehingga dalam penetuan titik
pengamatan terhamabat oleh arus yang besar, permukaan dasar sungai yang tidak beraturan
menyebabkan ketidak telitian dalam penghitungan kedalaman air.Namun demikian,jika
dibandingkan dengan hasil pengamatan dengan metode apung, metode current meter lebih
teliti terbukti dengan hasil pengamatan yang jauh jebih kecil.Selain itu juga penggunaan alat
yang cukup baik dapat mengghindari berbagai kesalahan dalam pengukuran dibandingkan
dengan metode apung.Debit aliran sungai yang didapatkan dari hasil pengamatan baik
berdasarkan metode apung maupun menggunakan current meter dapat dijadikan sebagai
informasi yang sangat penting dalam perancangan bangunan air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di Sungai Cikuda Jatinagor dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dengan metode apung sebesar 16,002 m3/s.
2. Debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dengan menggunakan current meter sebesar
8,90 m3/s.

3. Pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan current meter lebih akurat
dibandingkan dengan metode apung.
5.2 Saran
Pada pengukuran debit aliran sungai dengan metode apung sebaiknya dikaji mengenai
pengaruh dimensi benda yang digunakan dan sebelum pengamatan dilakukan sebaiknya
dicoba dahulu berapa waktu tempuh benda dari jarak tertentu hingga dapat menetukan jarak
yang memenuhi syarat pengamatan, yaitu waktu perjalanan benda sekurang-kurangnya 20
detik.Untuk pengukuran dengan current meter perlu diperhatikan tempat pengukuran yang
arusnya tidak terhalang oleh batu atau benda lainnya sehingga kecepatan yang diukur benarbenar kecepatan aliran sungai.
BAB I
PENGUKURAN DEBIT DISALURAN TERBUKA
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak ter elakkan lagi. Tanaman
yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan air yang cukup agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga menghasilkan produksi yang maksimal
tentunya.
Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman
tersebut, pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman
juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematianpada tanaman tersbut.
Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan berakibat
terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air pada tanamn
hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Factor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani
kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi seperti ini diperlukan system
manajemen irigasi yang baik pengelolaan air.
Dalam sebuah saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah sluran irigasi
dalah sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petak
sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman di sebuah lahan tersebut.

Dengan mengetahui besarnya laju aliran per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat
mengontrol laju aliran sesuai dengan yang dibutuhkan.
Oleh karena itu perlunya pengukuran debit aliran pada sebuah saluran irigasi adalah
merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah manajemen irigasi atau dalam
sebuah system keirigasian.
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang
terjadi dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui
potensi suatu sumber daya air disuatu daerah atau wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan
sebuah alat untuk memonitor dan mengefaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan
potensi sumber daya air permukaan yang ada.
I.2 Tujuan
Tujuan dari pengukuran debit saluran terbuka ini adalah :
1.

Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti

2.

Mengukur debit dengan pelampung

3.

Mengukur debit dengan current meter

I.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum pengukuran debit saluran terbuka ini adalah :
1.

Agar mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter

2.

Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan pelampung

3.

Agar mahasiswa dapat menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur

cippoleti
I.4 Tinjauan Pustaka
A. Debit secaraLangsung ( debit sesaat)
Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang
langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringanjaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah
biasa digunakan yaitu:
1.

Alat Ukur Pintu Romijn

Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik


turunkan,yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur
romijin yaitu dengan menggunakan rumus:
Q= 1,71 b h3/2
Keterangan:
Q = debit air ( detik)
b = lebar ambang (m)
h = tinggi permukaan air (m)
2.Sekat Ukur Thompson
Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan karena
bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif
kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:
Q= 0,0138 ( detik)
Keterangan:
Q

= debit air ( detik)

= tinggi permukaan air (m)

3.Alat Ukur Parshall Flume


Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air
diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan
bagian dasar yang direndahkan.
4.Bangunan Ukur Cipoletti
Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis.
Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara
head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya
hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:
Q = C x b x h 3/2
Dimana :

C = konstana 0,0186
B = Penampang Atas
H = Kedalaman (m)
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi
pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n
ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada
grafik akan diperoleh garis hubungan H Q yang paling sesuai untuk masing masing jenis
bangunan ukur.
Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur
romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena
untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
B. Pengukuran debit air secara tidak langsung:
1.Pelampung
Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii)
pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung
permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan
seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran
dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan
aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik)
paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan
berdasarkan rata rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang
kecepatan rata rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu
koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya,
pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat
pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada
keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran
diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata rata kali luas penampang. Pada pengukuran
dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran
penampang melintang ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis
tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama
sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik titik

pertengahan garis garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga
penampang melintang, maka mula mula dibuat penampang melintang rata rata antara
penampang melintang rata rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan
terbawah.
Q=C.V.A
Keterangan:
Q

debit aliran ( detik)

konstanta (0,86)

kecepatan pelampung didapat dari rumus V = S / t


Yaitu jarak dibagi rata-rata waktu

A
2.

luas rata rata alira

Pengukuran dengan Current Meter


Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima

detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat
merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran,
aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh
pembuat alat untuk tiap tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan
aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada
masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah
dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang
diukur.
Debit aliran dihitung dari rumus :
Q = V x A
dimana :
V = Kecepatang aliran (cm/s)
A = Luas penampang (cm)

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan


aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran
tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :
a.

Bentuk saluran

b.

Kekasaran saluran dan

c.

Kondisi kelurusan saluran


Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat

penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili
rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian United Stated Geological
Survey aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi
kecepatan sebagai berikut:
a.

Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.

b.

Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari

permukaan aliran.
c.

Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.

d.

Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan.

e.

Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail

kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung
kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang
melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta l(lebar aliran) dan ke
arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen)
dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya.
Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x Vi
Keterangan : Qi : Debit aliran segmen i
Ai : Luas aliran pada segmen i
Vi : Kecepatan aliran pada segmen ini
I.5 Metoda
I.5.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
a.

Meteran

b.

Current meter

c.

Pelampung

d.

Rambu ukur
I.5.2 Cara Kerja

Cara kerja dari praktikum ini adalah :


a.

Dengan curren meter

1.

Ukur kedalaman air

2.

Hitung luas penampang basah

3.

Ukur kecepatan aliran air dengan current meter pada jarak 1 meter dan kedalaman 0,2

dan 0,8 .
4.

Catat hasil pengamatan

b.

Dengan pelampung

1.

Ukur luas penampang basah

2.

Jalankan (hanyutkan) pelampung dalam jarak tertentu dan catat waktu tempuh

3.

Catat hasil pengamatan

c.

Dengan bangunan ukur cipoleti

1.

Ukur luas penampang bas

2.

Catat hasil pengamat

3.

Cari debit dengan menggunakan rumus

I.5 Hasil dan Pembahasan


I.5.1 Hasil
I.

CURRENT METER
No
1
2
3
4
5

Luas
(m2)
6,149
4,7905
4,3615
3,718
3,2175

Rata-rata Debit = 4.3557 m3/s


II.

PELAMPUNG

Kecepatana ratarata (m/s)


0,907
0,907
0,993
0,878
1,044

III.

Jarak

Luas

Waktu

Debit

30

Rata-rata (m2)
1,9019

Rata-rata (s)
60,12

(m3/s)
0,816

CIPOLETTI
Kedalaman

Luas penampang

Debit

(m)
0,5

Atas (m)
6,85

(m3/s)
0,045

I.5.2 Pembahasan
Dengan menggunakan metode pelampung didapatkan debit air sebesar 0,816 m/s
dan pada metode Current meter diperoleh debit air sebesar 4.3557 m/s.
Selisih debit air pada kedua metode yang digunakan ini adalah 0,35 m 3/s. Hal ini
memperihatkan bahwa apabila metode yang digunakan berbeda, maka akan menghasilkan
debit air yang berbeda pula.
Perbedaan ini disebabkan karena beberapa faktor yakni :
1.

Angin
pada metode pelampung angin sangat berpengaruh besar terhadap cepat atau lambatnya

pelampung bergerak, apabila semakin kuat angin yang menghembus pelampung maka
semakin cepat pula pelampung bergerak dan juga kuatnya angin berhembus juga
mempengaruhi arah gerak pelampung mengikuti arah angin sehingga mengakibatkan
jalannya pelampung tidak lurus dan jarak yang ditempuh bertambah karna berbelok
beloknya pelampungdan sebaliknya ketika hembusan angin tidak kuat maka gerak pelampung
yang dipengaruhi arus air menjadi lebih stabil.
2.

Permukaan air yang tidak rata


Permukaan air yang tidak rata sangat berpengaruh pada sangat pengukuran menggunakan

curren meter disaat kita mau mengukur kedalaman suatu aliran.


3.

Terdapatnya batu-batuan pada bawah permukaan


Batu batu yang ada pada dasar aliran atau bawah permukaan juga sangan berpengaruh

terhadap kedalaman disaat pengukuran menggunakan current meter. Dengan adanya batubatuan tersebut akan menyebabkan perubahan nilai kedalaman.
4.

Luas penampang

5.

Kecepatan aliran

6.

Kedalam

Menurut Kasry (2010) zona tenang adalah perairan yang lebih dalam dimana
kecepatan arus melemah dan material pasir dan material hanyut lainnya cendrung menempel
pada dasar, sehingga terdapat dasar lunak tidak cocok untuk benthos permukaan tetapi cocok
bagi organisme organisme yang membenamkan dirinya, nekton dan beberapa plankton.
I.7 Kesimpulan dan Saran
I.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa praktikan telah
mampu menentukan nilai debit dengan menggunakan alat sederhana yaitu pelampung,
menggunakan current meter dan dengan menggunakan cipoletti. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil yang telah didapatkan yaitu pengukuran dengan menggunakan pelampung
didapatkan nilai debit sebesar 0,816 m3/s, dengan menggunakan current meter nilai debitnya
sebesar 4.3557 m3/s dan dengan menggunakan cipoletti didapatkan nilai debit sebesar 0,045
m3/s. Pengukuran debit aliran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung
dan metoda tidak langsung. Pengukuran debit aliran sangat dibutuhkan untuk mengatur dan
ataupun dalam hal penglolaan jaringan irigasi maupun pengonttrolan.
Dari pengamatan paktikum diatas dapat dilihat bahwa pengukuran debit aliran juga
dapat dilakuka secara sederhana yaitu dengan menggunakan pelampung. Selain tiu
pengukuran debit dengan menggunakan alat ukur current meter juga mempunyai kelemahan.
Sehingga jika dalam sebuah pengamatan yang tidak teliti akan memberikan hasil yang
berbeda juga.
I.7.2 Saran
Agar praktikum dilakukan dengan serius dan sunguh-sunguh, sehingga ilmu yang
dipelajari selama praktikum dapat diserap dengan baik. Dan juga agar praktikum dapat
dilakukan dengan waktu yang maksimal. Selain itu diharapkan juga agar pada saat praktikum
alat yang digunakan disediakan dengan sebaik-baiknya supaya tidak ada praktikan yang tidak
melakukan praktikum dan praktikan bisa mengerti dengan debit pada saluran terbuka kalau
alam perhitungan dan pencatatan data di perlukan juga ketelitian agar tidak ada kesalahan
dalam pengolahan data. Disaat penggunaan alat, diharapkan agar lebih hati-hati dan teliti
supaya tidak terjadi kesalahan dan alat tidak masuk kedalam air.

Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter


PENGUKURAN DEBIT MENGGUNAKAN CURRENT METER
TABEL DATA
DAERA

ULANGA

H
1

N
1
2
3
2
1
2
3
3
1
2
3
PENGOLAHAN DATA
Daerah I :

JUMLAH

WAKTU

PUTARAN
100
100
100
100
100
100
100
100
100

14.41
10.57
11.22
14.00
11.31
10.94
14.50
11.19
11.25

Putaran = 100 + 100 + 100 = 300


Rata-rata waktu = 14.41 + 10.57 + 11.22 = 12.07 detik
N = 300/12.07 = 24.85 putaran/det

Daerah II: Putaran = 100 + 100 + 100 = 300


Rata-rata waktu = 14.00 + 11.31 + 10.94 = 12.08 detik
N = 300/12.08 = 24.83 putaran/det
Daerah III:

Putaran = 100 + 100 + 100 = 300

Rata-rata waktu = 14.50 + 11.19 + 11.25 = 12.31 detik


N = 300/12.31 = 24.37 putaran/det
V pada daerah I
V pada daerah II
V pada daerah III

: 0.120 (24.85) + 0.005 = 2.987 m/s


: 0.120 (24.83) + 0.005 = 2.9846 m/s
: 0.120 (24.37) + 0.005 = 2.9294 m/s

Panjang : 78 / 3 = 26 cm = 0.26 m
Lebar

: 75 cm = 0.75 m

A1 = A2 = A3
A = 0.26 x 0.75 = 0.195 m2
A total = A1 + A2 + A3 = 0.585 m2

Q1 = 0.195 x 2.9846 = 0.582 m3/s


Q2 = 0.195 x 2.9846 = 0.581 m3/s
Q3 = 0.195 x 2.9294 = 0.571 m3/s
Q rata-rata = 0.582 + 0.581 + 0.571 = 0.578 m3/s
PEMBAHASAN
Pada praktium kali ini, praktikan melakukan pengukuran debit dengan Metode
Kontinyu. Metode ini menggunakan alat Currentmeter, dengan cara Currentmeter diturunkan
ke dalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah
mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama. Pada metode ini
terdapat dua metode, diantaranya metode mid area dan metode mean area.
Pada metode mid area, currentmeter diturunkan ke dalam aliran air bendungan
tepat di tengah

perbatasan daerah yang dibatasi, sedangkan pada metode mean area,

currentmeter diturunkan ke dalam aliran air bendungan tepat garis perbatasan daerah yang
dibatasi. Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan metode mid area.
Pengukuran debit aliran dengan metode mid area ini, praktikan melakukan tiga kali
pengulangan untuk setiap daerah yang dibatasi. Pada saat praktikum, currentmeter ditetapkan
berputar sebanyak 100 putaran, dan dicatat waktu yang dibutuhkan untuk 100 putaran
currentmeter tersebut.
Untuk mengukur kecepatan aliran digunakan rumus: V= 0,120 N + 0,005 (m/s),
dimana N adalah jumlah putaran per detik. Setelah diperoleh kecepatan aliran (V), maka
debit aliran dapat dihitung dengan menggunakan rumus debit: Q = V x A (m3/s).
http://myselfishmoment.blogspot.com/2013/01/pengukuran-debit-menggunakancurrent_2.html

Anda mungkin juga menyukai