Anda di halaman 1dari 28

PERKEMBANGAN EJAAN

DALAM BAHASA INDONESIA

OLEH :
KELOMPOK 5

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Perkembangan Ejaan
dalam Bahasa Indonesia dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh anggota kelompok 5 yang memberi fasilitas dan turut
membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai wujud nyata dalam usaha
melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Penulis
juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.

Penulis,

PENDAHULUAN

Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa


terutama dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksudkan dengan ejaan sendiri
adalah hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk
singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca.
Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi
yang di sampaikan secara tertulis.
Dalam beberapa kurun waktu ini, Indonesia mengalami beberapa
perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972,
Indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Awalnya menggunakan Ejaan Van
Ophuysen, lalu Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Melayu-Indonesia
(Melindo), baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan diresmikan sampai
sekarang ini.
Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi
yang penting yaitu: sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan
peristilahan, serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain
kedalam bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan
perlu di capai terlebih dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek
kebahasaan lain.
Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan ejaan melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/bahasa
percakapan yang tidak formal. Karena sebenarnya penggunaan bahasa pada
dasarnya digunakan sesuai dengan situasi pemakaian.

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ejaan
Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin,
M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah keseluruhan
peraturan

bagaimana

antarhubungan

antara

melambangkan

bunyi

lambang-lambang

ujaran
itu

dan

bagaimana

(pemisahan

dan

penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan


ejaan adalah penulisan huruf, kata, pemakaian tanda baca.
B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosa kata da peristilahan, ejaan mempunyai
fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi
prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain, berfungsi
sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa
2. Landasan pebakuan kosakata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia.
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya
juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk
membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang di
sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di capai jika
segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

PEMBAHASAN

1.

Van Ophusyen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai
berikut.
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa. dinamai.

2.

Soewandi

Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggatikan


Ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan Ejaan Republik.
Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah sebagai
berikut.
a.

Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe
menjadi itu, oemoer menjadi umur.

b.

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum, dan rakjat.

c.

Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2an.

d.

Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3.

Melindo

a. Apakah yang di maksud dengan ejaan melindo ?


Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang di
susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak
Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail.
Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.
Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan
Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di
kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik
antara Indonesia dan malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.
Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.
b. Hal-hal apakah yang terdapat dalam konsep ejaan melindo?
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena
ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan
sistem fonemis.
Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti
pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj,
seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih
baru.
4.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia Soeharto


meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972,

No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan
yang lebih luas. Setelah itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan suray
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan
surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya
mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik
tolak pada pedoman umum itu.
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan
yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan
konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.
1.

Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi
dj djalan, djauh

Ejaan yang Disempurnakan


j jalan, jauh

j pajung, laju

y payung, layu

nj njonja, bunji

ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat

sy isyarat, masyarakat

tj tjukup. Tjutji

c cukup, cuci

ch tarich, achir

kh tarikh, akhir

1. Huruf- huruf dibawah ini, yang seebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f

maaf, fakir

valuta, universitas

zeni, lezat

2. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta atau ilmu
pengetahuan tetap dipakai.
a:b=p:q

sinar-X

3. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- dan ke- (awalan)

di dan ke (kata depan)

Ditulis

di kampus

Ketua

ke kampus

4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Contohnya : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
5. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya : sang kancil, si pengirim, sang pahlawan, si buta
Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan
kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
A.1.

Pemakaian Huruf

Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan pembahasan :


1. Nama-nama huruf

3. Lafal singkatan dan kata

2. Persukuan

4. Penulisan nama diri

1. Nama-nama huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan disebelahnya.
Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong yang biasa dieja
au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan
luncuran w atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang
terdiri atas gabungan huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.

Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank
dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts,
seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, lathin, dan hatsil tidak
digunakan dalam bahasa Indonesia.
2. Lafal Singkatan dan Kata
Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimaan melafalkan suatu singkatan
atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan
oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal, semua
singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan
tang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.
Singkatan/Kata

Lafal Tidak Baku

Lafal Baku

AC

[a se]

[a ce]

Pascasarjana

[paskasarjana]

[pascasarjana]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.
Kata

Lafal Tidak Baku

Lafal Baku

Unesco

[u nes tjo]

[yu nes ko]

3. Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah
kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau
menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara
suku-suku kata tanpa jarak/spasi. Pada pergantian baris, tanda hubung harus
dibubuhkan di pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di
bawah ujung baris hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau
imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat
satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu
pula diketahui bahwa sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal.

4. Penulisan Nama Diri


Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan
dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hokum, nama diri
lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan
khusus itu menyangkut segi adat, hokum, atau kesejarahan, misalnya :
Soepomo Poedjosoedarmo
Dji Sam Soe

A.2. Penulisan Huruf


Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah, yaitu (1) Penulisan huruf besar atau huruf kapital dan
(2) penulisan huruf miring.
1.

Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital


Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi
kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah
penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut.
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Dia bertanya, Kapan kita pulang.
Archimedes berkata, Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat
cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang
seberat zat cair yang di pindahkannya.
b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama
Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu,
dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf
kapital, dirangkaikan dengan kata hubung (-).
Misalnya :
Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati usaha kita.
c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, agama, jabatan, dan pangkat) yang diikuti nama
orang. Misalnya :
Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
Ketua DPR RI Agung Laksono berpendapat bahwa peningkatan
imbalan gaji pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai
negeri itu sendiri.

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya :
Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan,
dan pangkat itu dituliskan dengan huruf capital. Misalnya :

Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


memberikan

sambutan.

Dalam

sambutannya,

Presiden

mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan


ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.
d. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa. Misalnya : bahasa Sunda, bangsa Indonesia.
e. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya :
hari Lebaran

- Masehi

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya :


Asia Tenggara, Banyuwangi, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab,
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya :berlayar ke teluk, mandi di
kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,
kecuali kata seperti dan. Misalnya :

Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi. Misalnya :

menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara


pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan
ketatanegaraan dan dokumen resmi. Misalnya :

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma;
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan;
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Misalnya :
Dr.

Doktor

Prof

Professor

M.A.

Master of Art

Tn.

Tuan

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya :

Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.


Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Misalnya :

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
Sudahkah Anda Tahu?
2.

- Surat Anda telah kami terima

Penulisan Huruf Miring


a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :
majalah Bahasa dan Kesusastraan.
buku Negarakeragama karangan Prapanca.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

A.3. Penulisan Kata


Kita mengenal bentuk kata, dasar, kata turunan, atau kata beribuhan, kata ulang,
dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) dituliskan
serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan
atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya :
Kantor pajak penuh sesak.

- Buku itu sangat tebal

2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau mendapat akhiran
ditulis

serangkai

dengan

kata

yang

langsung

mengikutinya

atau

mendahuluinya. Misalnya :
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
adipati,aerodinamika,antarkota,audiogram,biokimia,dasawarsa,dsb.

Catatan :
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya :
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya :
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindung kita.
3. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya :
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran,
meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum,
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang besangkutan. Misalnya :
alat pandang-dengar, anak-istrisaya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami.
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya :
acapkali,

adakalanya,

akhirulkalam,

alhamdulillah,

astagfirullah,

bagaiman, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, dsb.


4. Partikel
a. Partikel -lah, -kah,

dan -tah ditulis

serangkai

dengan

kata

yang

mendahuluinya. Contohnya :

betulkah, bacalah

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contohnya :

apa pun, satu kali pun

c. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.


Contohnya :

adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendati


pun, maupun,meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun

5. Singkatan dan akronim


a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Contohnya : A.S. Kramawijaya, M.B.A.

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau


organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contohnya :
DPR, SMA.
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik. Contohnya : dst., hlm.
d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap
huruf. Contohnya : a.n., s.d.
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik. Contohnya : cm, Cu
f. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Contohnya : ABRI, PASI
g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contohnya : Akabri, Iwapi
h. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil. Contohnya :pemilu, tilang
6. Angka dan Lambang Bilangan
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya
ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.
a. Fungsi

menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas,

melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada


alamat,

menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,

b. Penulisan

Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf


Lambang bilangan tingkat
Lambang bilangan yang mendapat akhiran an
Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan

Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat

Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh
yang besar

Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya


harus tepat

7. Kata Ganti
a. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya :
kusapa, kauberi
b. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya : bukuku, miliknya
A.4. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atasa dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, lexploitation de lhomme par lhomme, unsurunsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masing
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya
hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata
yang utuh. Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara
utuh disamping kata standar, implement, dan objek.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, yang sering digunakanoleh pemakai bahasa.
Kata Asing

Penyerapan yang Salah

Penyerapan yang Benar

System

sistim

Sistem

Effective

efektip

Efektif

A.5 Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
mencakup peraturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda
titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9)
tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda
petik tunggal, (14) tanda garis miring, (15) tanda penyingkat (apostrof).
1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan. Contoh : Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu
ketukan.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irwan S. Gatot, George W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh : Dwiki Halla
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan. Contoh: Dr. (doktor), Kol. (kolonel)
d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya dipakai satu tanda titik. Contoh : dll. (dan lain-lain)
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh : 0.20.30 jam (20
menit, 30 detik)
f. Tanda

titik dipakai

untuk

memisahkan

bilangan

ribuan

atau

kelipatannya. Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.


g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga


pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh
masyarakat. Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh : Cu (tembaga),
Rp350,00
j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Latar
Belakang Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula.
2. Tanda Koma
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan.
Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma
sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah : Saya membeli udang, kepiting dan
ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan.
Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Contoh :
Oleh karena itu, kamu harus datang.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh : Wah, bukan main.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat. Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, Indonesia.
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara
Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP
Indonesia, 1990), hlm. 22.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh : 33,5 m, Rp10,50
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi. Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya,
Borgx, pandai sekali.
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguhsungguh. Bandingkan dengan : Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu

berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: "Di mana Rex
tinggal?" tanya Stepheen.
3. Tanda Titik Koma
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; kami
belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di
dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Contoh :
Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, lemari.
b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemeriaan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi
Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
5. Tanda Hubung
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagianbagian ungkapan.
Bandingkan:

tiga-puluh dua-pertiga (
puluh-dua pertiga (

) dan tiga-

mesin-potong tangan (mesin potong yang


digunakan dengan tangan) mesin potongtangan
tangan)

(mesin

khusus

untuk

memotong

b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata


berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c)
angka dengan an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau
kata. Contoh : Ke-315 orang berasal dari Mesir
6. Tanda Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya oposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di
antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau diantara
dua nama kota yang berarti ke atau sampai, panajangnya dua ketukan.
Contohnya :
Pemerintahan Habibie tahun Mei 1998 Desember 1999.
7. Tanda Elipsis
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya
untuk menuliskan naskah drama. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah
kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian

yang

dihilangkan,

misalnya

dalam

kutipan

langsung.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.


Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu
untuk menandai akhir kalimat. Contoh : Dalam tulisan, tanda baca harus
digunakan dengan hati-hati ....
8. Tanda Tanya
a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh: Kapan ia berangkat?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya. Contoh :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

9. Tanda Seru
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat. Contoh :
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam
kutipan atau transkripsi drama.
10. Tanda Kurung
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh : Bagian
Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan. Contoh :
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah
Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Contoh : Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a)
produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.
Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919) (dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919), dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.

11. Tanda Kurung Siku


a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh : Sang Sapurba
men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung. Contoh : Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 3538])
perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh :
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat. Contoh :
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan
Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Contoh :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung. Contoh : Kata Tono, "Saya juga minta satu."
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
13. Tanda Petik Tunggal
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain. Contoh :

Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu,
Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak
Hamdan.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing. Contoh : feed-back 'balikan'
14. Tanda Garis Miring
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim. Contoh : No. 7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh :
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda
aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi .
Contoh : 10 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau
garis pembagi dapat dipakai. Contoh:

d. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof)
Tanda penyingkat digunakan untuk menyingkat kata atau penghilangan
bagian kata dan bagian angka tahun. Tanda ini banyak digunakan dalam
ragam satra. Contoh : 1 Januari 88 (88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan
tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan
unsur asing.
Fungsi ejaan antara lain :
Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam
bahasa Indonesia.

B. Saran
Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan
bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di
tentukan yaitu sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan.


Jakarta: Kawan Pustaka.
2. Nasucha, Yakub H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
3. Arifin, Zaenal. Tasai, Amran. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademia Pressindo.
4. http://id.wikipedia.org/

[25 Maret, 2014, 19.30 WIB] .

DAFTAR KELOMPOK

1. Azwar Ahmad

(12071062)

2. Rosyidah Cahyani

(12071042)

3. Maya Sitta Nurkartika

(13071009)

4. Vicky Zulfikar Adhi Putra

(13071019)

5. Eka Rahmawati

(13071022)

6. M. Zainun Naim

(13071054)

7. Rani Wahyu Permata

(13071118)

Anda mungkin juga menyukai