OLEH :
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Perkembangan Ejaan
dalam Bahasa Indonesia dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh anggota kelompok 5 yang memberi fasilitas dan turut
membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai wujud nyata dalam usaha
melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Penulis
juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.
Penulis,
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Ejaan
Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin,
M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah keseluruhan
peraturan
bagaimana
antarhubungan
antara
melambangkan
bunyi
lambang-lambang
ujaran
itu
dan
bagaimana
(pemisahan
dan
PEMBAHASAN
1.
Van Ophusyen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai
berikut.
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa. dinamai.
2.
Soewandi
Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe
menjadi itu, oemoer menjadi umur.
b.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum, dan rakjat.
c.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2an.
d.
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
3.
Melindo
No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan
yang lebih luas. Setelah itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan suray
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan
surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya
mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik
tolak pada pedoman umum itu.
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan
yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan
konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.
1.
Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi
dj djalan, djauh
j pajung, laju
y payung, layu
nj njonja, bunji
ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat
sy isyarat, masyarakat
tj tjukup. Tjutji
c cukup, cuci
ch tarich, achir
kh tarikh, akhir
1. Huruf- huruf dibawah ini, yang seebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f
maaf, fakir
valuta, universitas
zeni, lezat
2. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta atau ilmu
pengetahuan tetap dipakai.
a:b=p:q
sinar-X
3. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- dan ke- (awalan)
Ditulis
di kampus
Ketua
ke kampus
4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Contohnya : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
5. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya : sang kancil, si pengirim, sang pahlawan, si buta
Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan
kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
A.1.
Pemakaian Huruf
2. Persukuan
1. Nama-nama huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan disebelahnya.
Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong yang biasa dieja
au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan
luncuran w atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang
terdiri atas gabungan huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank
dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts,
seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, lathin, dan hatsil tidak
digunakan dalam bahasa Indonesia.
2. Lafal Singkatan dan Kata
Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimaan melafalkan suatu singkatan
atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan
oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal, semua
singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan
tang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.
Singkatan/Kata
Lafal Baku
AC
[a se]
[a ce]
Pascasarjana
[paskasarjana]
[pascasarjana]
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.
Kata
Lafal Baku
Unesco
[u nes tjo]
3. Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah
kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau
menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara
suku-suku kata tanpa jarak/spasi. Pada pergantian baris, tanda hubung harus
dibubuhkan di pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di
bawah ujung baris hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau
imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat
satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu
pula diketahui bahwa sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal.
Jika tidak diikuti oleh nama orang atau wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya :
Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan,
dan pangkat itu dituliskan dengan huruf capital. Misalnya :
sambutan.
Dalam
sambutannya,
Presiden
- Masehi
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan
ketatanegaraan dan dokumen resmi. Misalnya :
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma;
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan;
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Misalnya :
Dr.
Doktor
Prof
Professor
M.A.
Master of Art
Tn.
Tuan
2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau mendapat akhiran
ditulis
serangkai
dengan
kata
yang
langsung
mengikutinya
atau
mendahuluinya. Misalnya :
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
adipati,aerodinamika,antarkota,audiogram,biokimia,dasawarsa,dsb.
Catatan :
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya :
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya :
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindung kita.
3. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya :
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran,
meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum,
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang besangkutan. Misalnya :
alat pandang-dengar, anak-istrisaya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami.
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya :
acapkali,
adakalanya,
akhirulkalam,
alhamdulillah,
astagfirullah,
serangkai
dengan
kata
yang
mendahuluinya. Contohnya :
betulkah, bacalah
menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas,
b. Penulisan
Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat
Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh
yang besar
Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi
7. Kata Ganti
a. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya :
kusapa, kauberi
b. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya : bukuku, miliknya
A.4. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atasa dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, lexploitation de lhomme par lhomme, unsurunsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masing
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya
hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata
yang utuh. Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara
utuh disamping kata standar, implement, dan objek.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, yang sering digunakanoleh pemakai bahasa.
Kata Asing
System
sistim
Sistem
Effective
efektip
Efektif
titik dipakai
untuk
memisahkan
bilangan
ribuan
atau
Contoh :
Oleh karena itu, kamu harus datang.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh : Wah, bukan main.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat. Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, Indonesia.
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara
Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP
Indonesia, 1990), hlm. 22.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh : 33,5 m, Rp10,50
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi. Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya,
Borgx, pandai sekali.
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguhsungguh. Bandingkan dengan : Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: "Di mana Rex
tinggal?" tanya Stepheen.
3. Tanda Titik Koma
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; kami
belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di
dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Contoh :
Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, lemari.
b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemeriaan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi
Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
5. Tanda Hubung
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagianbagian ungkapan.
Bandingkan:
tiga-puluh dua-pertiga (
puluh-dua pertiga (
) dan tiga-
(mesin
khusus
untuk
memotong
yang
dihilangkan,
misalnya
dalam
kutipan
langsung.
9. Tanda Seru
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat. Contoh :
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam
kutipan atau transkripsi drama.
10. Tanda Kurung
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh : Bagian
Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan. Contoh :
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah
Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Contoh : Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a)
produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.
Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919) (dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919), dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
d. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof)
Tanda penyingkat digunakan untuk menyingkat kata atau penghilangan
bagian kata dan bagian angka tahun. Tanda ini banyak digunakan dalam
ragam satra. Contoh : 1 Januari 88 (88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan
tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan
unsur asing.
Fungsi ejaan antara lain :
Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam
bahasa Indonesia.
B. Saran
Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan
bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di
tentukan yaitu sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KELOMPOK
1. Azwar Ahmad
(12071062)
2. Rosyidah Cahyani
(12071042)
(13071009)
(13071019)
5. Eka Rahmawati
(13071022)
6. M. Zainun Naim
(13071054)
(13071118)