Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TERSTRUKTUR

OSEANOGRAFI BIOLOGI
Review Jurnal

Judul Jurnal :

The Coral Killing Sponge Chalinula Nematifera


(Porifera: Haplosclerida) Along The Eastern Coast
Of Sulawesi Island (Indonesia)

Oleh :
Ersha Derystia Putri
NIM. H1K013039

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

The Coral Killing Sponge Chalinula Nematifera (Porifera:


Haplosclerida) Along The Eastern Coast Of Sulawesi Island
(Indonesia)
Spons Pembunuh Karang Chalinula nematifera (Porifera: Haplosclerida)
di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sulawesi (Indonesia)
Ersha Derystia Putri (H1K013039)
(Review)
Spons memiliki peran pada ekosistem terumbu karang. Peran
fundamental yang dimiliki spons yaitu dalam pembentukan struktur
terumbu karang, tidak hanya pada bagian proses biokonstruksi dan
bioerosi, tetapi juga mengarah pada interaksi fungsional yang
kompleks. Spons dan koral berinteraksi secara ketat, terkadang
spons

tumbuh

melebihi

koral

bahkan

mengalahkan

hingga

membuat karang mati. Spons termasuk competitor yang kuat,


tetapi hanya beberapa spons yang mampu mengalahkan karang.
Chalinula nematifera merupakan salah satu spesies spons yang diketahui merupakan
ancaman yang potensial terhadap terumbu karang, karena spesies ini dapat tumbuh
menutupi jaringan karang atau membunuh karang itu.
Penelitian dilakukan dengan metode survei visual dengan bantuan alat
SCUBA di 13 stasiun dengan lama waktu penyelaman di setiap stasiun 1 jam. Setiap
ditemukannya keberadaan Chalinula nematifera, karang yang tertutup olehnya
diidentifikasi hingga tingkat genus, kemudian mengenai morfologi karangnya dan
interaksi dengan spesies spons tersebut. Laju pertumbuhan Chalinula nematifera juga
diamati pada 2 jenis spesies karang yaitu Stylophora sp. Dan Acropora sp. pada

kedalaman 12 m di Pulau Bangka, Sulawesi Utara. Pengamatan laju pertumbuhan C.


nematifera dilakukan dengan mengikatkan tali plastik pada cabang karang yang
ditumbuhi spons tepat di perbatasan antara karang dan spons. Hal ini dilakukan untuk
menandai batas awal perhitungan laju pertumbuhan. Kemudian pengukuran dilakukan
31 dan 67 hari kemudian dengan menggunakan jangka sorong (modifikasi dari
Chaves-Fonnegra & Zea 2011). Laju pertumbuhan dihitung dalam cm per hari.

Chalinula nematifera tersebar luas di daerah penelitian (Tabel 1). Spons ini
ditemukan tumbuh pada koloni karang yang masih hidup maupun yang sudah mati di
kedalaman 5-32m. C. nematifera yang ditemukan tumbuh di koloni karang hidup
dengan bentuk pertumbuhan massive-encrusting dan branching. Karang hidup yang
ditumbuhi oleh C. nematifera akan memiliki bekas yang mudah terlihat, biasa juga
disebut dengan white band. White band atau garis putih ini terdapat di area dimana
adanya kontak langsung dengan spons, terlihat seperti batas tipis antara spons yang
tumbuh dengan jaringan karang hidupnya. Di Pulau Bangka, spons ini ditemukan

tumbuh pada 4 spesies karang Acropora sp. (Figure 2AD, F), Stylophora sp.,
Seriatopora sp. and Pachyseris sp. (Figure 2E).

Figure 2.

Laju pertumbuhan C. nematifera setelah 31 hari pada karang Acropora sp.


yaitu 0,03-0,29 cm/hari dengan rata-rata 0,17 cm/hari dan pada karang Stylophora sp.
yaitu 0,03 cm/hari. Setelah 67 hari, laju pertumbuhan pada karang Acropora sp.
hanya dapat dihitung pada 7 cabang, dikarenakan spesimen-spesimen lain baik pada
karang Acropora sp. maupun Stylophora sp. sudah benar-benar tertutup oleh C.
nematifera, patah atau hilang. Setelah mengingat dan mempertimbangkan dari 7
cabang yang tersisa serta keseluruh periode monitoring, rata-rata laju pertumbuhan
yaitu 0,22 cm/hari.

Di daerah antara Lembeh dan Wakatobi, kerusakan pada terumbu karang


akibat pengeboman cukup besar, jika C. nematifera memang dapat hidup pada
terumbu karang yang sudah mati makan hal ini akan meningkatkan penyebaran dan
pertumbuhan dari spesies tersebut. Penelitian ini juga menunjukan laju pertumbuhan
C. nematifera yaitu 50mm/bulan, yang termasuk lebih tinggi dibandingkan dengan
laju pertumbuhan spesies spons lainnya, spesies ini juga mampu menyebar dan
menjadi lebih dominan dibandingkan dengan karang, dan dapat menjadi ancaman
bagi karang dan terumbu karang.

Anda mungkin juga menyukai