Anda di halaman 1dari 10

P E R C O B AAN 9

SISTEM KARDIOVASKULER
I.

TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :

Menjelaskan

pengertian

tekanan

darah

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya.

Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah.

Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter-parameter


hematologi.

II.

TEORI DASAR
Sistem sirkulasi teridiri dari tiga komponen dasar:
a.
Jantung, yang berfungsi sebagai pemompa yang melakukan tekanan
terhadap darah agar dapat mengalir ke jaringan.
b.
Pembuluh darah, berfungsi sebagai saluran yang digunakan agar darah
dapat didistribusikan ke seluruh tubuh.
c.
Darah, berfungsi sebagai media transportasi segala material yang akan
didistribusikan ke seluruh tubuh.
Sistem peredaran darah atau

sistem

kardiovaskular

adalah

suatu

sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga
menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada dua jenis
sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran
darah tertutup. sistem peredaran darah,yang merupakan juga bagian dari kinerja
jantung dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini
menjamin

kelangsungan

hidup

organisme,

didukung

oleh

metabolisme

setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan
tubuh.
Tekanan darah
Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006). Tekanan darah merujuk kepada
tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa
oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120 /80 mmHg.Nomor
atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung,
dan

disebut

tekanan sistole.

Nomor

bawah

(80)

menunjukkan

tekanan

saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat
yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam
keadaan duduk atau berbaring (Frandson, 1992).

Gambar 1.1 Arteri pada ekstrimitas atas (Saladin, 2003) 2003)

Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan


titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis,
arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis
posterior (Michael, 2006).
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)

Fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan


dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan,
yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih
lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil
akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah
total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa
siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat
keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary
trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta
masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah
dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.

Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga
tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada
ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan

Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang
tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV
ESV
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase
ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka
dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama
kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi
di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih
antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude
atau pulse pressure (Stegemann, 1981).
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Organ
jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung
sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan
pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat sebagai
jalan lewatnya darah. Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Secara Langsung
a. Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung
b. Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi maka
tekanan darah akan menjadi turun
c. Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya
maka tekanan darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang
tersimpan.
2. Secara tidak Langsung
a. Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis) dapat terganggu karena berbagai hal
(stress, olahraga, bekerja, obat perangsang atau penenang).
b. Makanan yang dikonsumsi
c. Umur dan jenis kelamin
d. Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 10 0C
(dikenal sebagai hokum Vant Hoff)
(Darmawan ,1987)

III.

ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
B. BAHAN

IV.

PROSEDUR
A. PEMBULUH DARAH DAN TEKANAN
a. Pengukuran tekanan darah
Cara Palpatori
Cara Auskultasi
b. Hyperemia
Hyperemia pasif atau Reaktif
Hyperemia aktif atau Fungisional
B. DARAH
a. Anatomi
Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan
Cara pengisian pipet
Karakteristik dan morfologi darah
a) Pengukuran sel darah merah
b) Pengukuran sel darah putih
c) Hematokrit
b. Fisiologi
1. Penentuan Hb
Metode Tallquist
Metode Sahli
2. Waktu pendarahan
3. Waktu koagulasi
4. Penggolongan darah

V.

HASIL PENGAMATAN
A. PEMBULUH DARAH DAN TEKANAN
a. Pengukuran tekanan darah
Cara Palpatori
Posisi
Duduk
Berbaring
Kaki 900 Tubuh
Berdiri
Kerja Otak
Gerak Badan selama 1
menit

Cara Auskultasi

Tekanan Darah perempuan


115 mmHg/75 mmHg
115 mmHg/63mmHg
97 mmHg/67 mmHg
100 mmHg/78 mmHg
90 mmHg/65 mmHg
110 mmHg/ 60 mmHg

Tekanan Darah Laki-La


120 mmHg/75 mmHg
115 mmHg/75 mmHg
115 mmHg/ 71 mmHg
110 mmHg/71 mmHg
100 mmHg/69 mmHg
100 mmHg/65 mmHg

Perempuan

Laki-laki

110 mmHg/70 mmHg

110 mmHg/75 mmHg

Auskultasi

b. Hyperemia
Hyperemi
a
Pasif

Ukuran

Warna

Suhu

Membesar

Ungu

Dingin

Aktif

Membesar

Merah

Panas

B. DARAH
a. Anatomi
Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan
Cara pengisian pipet
Karakteristik dan morfologi darah
a) Pengukuran sel darah merah
b) Pengukuran sel darah putih
c) Hematokrit
c. Fisiologi
1. Penentuan Hb
Metode Tallquist
Metode Sahli
2. Waktu pendarahan
3. Waktu koagulasi
4. Penggolongan darah
VI.

PEMBAHASAN
Pada praktikum sistem kardiovaskular untuk percobaan yang pertama yaitu
mengukur tekanan darah dalam berbagai aktivitas/posisi badan. Dibandingkan
pula perbedaan tekanan darah antara perempuan dengan laki-laki. Tekanan darah
merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler seseorang.
Pada praktikum sistem kardiovaskular untuk percobaan yang pertama
yaitu

mengukur

tekanan

darah

dalam

berbagai

aktivitas/posisi

badan.

Dibandingkan pula perbedaan tekanan darah antara perempuan dengan laki-laki.

Tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk


menilai sistem kardiovaskuler seseorang.
Pada percobaan tekanan darah yang pertama dengan menggunakan
pengukuran darah metode tidak langsung yaitu cara palpatori dan cara auskultasi.
Cara palpatori pemeriksaan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan
parsial dari manset yang diploma, setelah beberapa saat tak akan teraba.
Kemudian manset dikempiskan perlahan-lahan , hanya dapat mengukur tekanan
sistolik. Sedangkan Cara auskultasi yaitu Mempergunakan stetoskop untuk
mendengarkan suara jantung pada lokasi arteri bronchialis.
Pada percobaan auskultasi , ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi
dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet
membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri
terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer.
Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di
mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan
yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau
tekanan sistolik. Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan
cepat dan

mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan

turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian
tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik
dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu.
Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama
meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri
tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena
darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba
dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai
aliran laminar

dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970).

Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut
dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran
darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.

Pada saat percobaan palpatori yang menggunakan perabaan pada


pergelangan tangan di arteri radialis dextra. Di pasang manset udara pada lengan
kanan atas dengan posisi selang karet berada tepat ditengah lipatan siku Jari ke II
dan III menekan pada pergelangan tangan tujuannya untuk mengetahui tekanan
systole. Kemudian diberikan tekanan parsial yang berasal dari manset udara yang
dipompa pada saat itu denyut nadi pada arterri radial dextra tidak teraba. Buka
skrup pembuka penutup pada pompa udara secara perlahan-lahan. Saat denyut
pertama teraba kembali maka denyut tersebutlah yang disebut tekanan systole.
Pemeriksaan secara palpasitori digunakan hanya untuk mengukur tekanan sistole.
Palpatori dilakukan dengan beberapa aktivitas meliputi duduk , berbaring , kaki
naik 900 C tubuh , berdiri , kerja otak , dan gerak badan selama 1 menit. Pada saat
duduk , di dapati tekanan darah perempuan dan laki-laki normal yaitu 120
mmHg/80 mmHg karena Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah
cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor
simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui
saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen.
Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan
seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi
jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks
kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002 dalam Anggita, 2012). Pada saat
berbaring maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang
duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi
pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke
jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak,
maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti
denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah,
oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit. Saat Kaki di naikan 900C tubuh
yang terjadi mengalami penurunan dalam sistole dan diastole di karena banyaknya
darah yang mengalir menuju jantung. Saat posisi berdiri yang terjadi detak jantung
akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan
lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak
jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke
posisi berdiri. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak.

Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam
vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup
berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun.
Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian
tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk
kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu
adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari
kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada
katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika
pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke
jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel
tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu
menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah
berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju.
Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang
maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002
dalam Anggita, 2012). Saat Kerja otak yang terjadi memompa darah menuju otak
dan mengalami peningkatan saat memompa sehingga terjadi detak jantung
mengalami tekanan. Saat di gerakan badan selama 1 menit yang terjadi terjadi
detak jantung yang cepat dikarenakan oleh kerja otot pada tubuh yang memacu
kerja pompa darah di jantung semakin cepat akibat kebutuhan oksigen yang lebih
banyak ketika berlari.
Pada percobaan ke hiperemia , Hiperemia adalah suatu kondisi di mana
darah akan sesak di daerah tertentu dari tubuh. Hiperemia di bagi menjadi pasif (di
sengaja)

dan aktif. Kondisi jari setelah diikat dengan seutas tali dapat

dikategorikan sebagai hiperemia pasif atau reaktif. Terjadi karena penyumbatan


pembuluh darah. Sumbatan di pembuluh darah merugikan mempengaruhi aliran
darah, sehingga menyebabkan darah mengumpul di bagian-bagian tertentu dari
tubuh. Seseorang yang hanya memiliki sebuah episode iskemia (berkurangnya
pasokan darah yang mengarah ke kekurangan oksigen) lebih mungkin untuk
mendapatkan dipengaruhi oleh kondisi ini. Sumbatan di pembuluh darah
menurunkan tingkat oksigen dalam darah, sehingga meningkatkan tingkat sisa
metabolisme. Limbah ini juga dapat mulai mengumpulkan di organ, yang pada

gilirannya mungkin lebih menghalangi aliran darah. Tanda karakteristik lain dari
jenis ini adalah bahwa seseorang dapat mengamati tanda merah pada
menghilangkan band ketat (ikatan tali) ditempatkan di sekitar tangan seseorang
atau kaki. Kondisi ini bisa menjadi parah pada orang yang terkena penyumbatan di
arteri koroner.
Kondisi setelah jari direndam dengan air panas disebut dengan hiperemia
aktif, yang juga disebut hiperemia latihan atau hyperemia fungsional, adalah jenis
dimana peningkatan aliran darah ke bagian tertentu dari tubuh terjadi karena
peningkatan aktivitas metabolik dari jaringan atau organ. Hal ini bisa terjadi ketika
otot-otot dalam kontrak tubuh. Hal ini juga terjadi karena kombinasi dari hipoksia
pada jaringan (berkurangnya pasokan darah) dan produksi metabolit vasodilator.
Hipoksia menyebabkan peningkatan permintaan untuk oksigen, yang pada
gilirannya menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah). Pelebaran
pembuluh darah terjadi, seperti otot-otot halus yang ditemukan di dalam dinding
pembuluh darah rileks. Zat yang disebut vasodilator, seperti ion kalium, oksida
nitrat, karbon dioksida, dan adenosin, biasanya memicu proses ini. Metabolisme
jaringan yang meningkat meningkatkan aliran darah, yang kembali normal setelah
metabolisme dikembalikan ke normal.

VII.

KESIMPULAN

VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai