TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2005:8) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk yang nernilai dengan pihak lain.
Definisi pemasaran ini didasarkan pada konsep inti sebagai berikut:
1. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa
kepuasan dasar. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar.
Mereka merupakan hakikat biologis dan kondisi manusia.
2. Keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik.
Keinginan manusia terus dibentuk dan diperbaharui oleh kekuatan dan
lembaga sosial.
3. Permintaan (demands) adalah keinginan atas produk yang spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
4. Produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk atau sering juga disebut
dengan katapenawaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu barang fisik,
jasa, dan gagasan.
5. Nilai (value) adalah perkiraan konsumen atas seluruh kemampuan produk
untuk memuaskan kebutuhannya.
yang
kebutuhan daya beli, dan perilaku pembelian mereka. Jadi, di dalam suatu
pasar akan terjadi suatu proses pertukaran, transaksi, dan hubungan.
14. Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang
akan terlibat di dalam pertukaran nilai.
2.
Harga (Price)
Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis
seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat
diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan.
3.
Promosi (Promotion)
Bauran
promosi
tradisional
meliputi
berbagai
metode
untuk
Orang (People)
Orang merupakan unsur vital dalam pemasaran. Setiap organisasi jasa harus
jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam
interaksinya dengan pelanggan.
5.
Proses (Process)
Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen highcontact services, yang juga sering berperan sebagai co-producer jasa yang
bersangkutan. Misalnya pelanggan restoran sangat berpengaruh oleh staf
melayani mereka dan lamanya mereka menunggu selama proses produksi.
6.
pelanggan. Dalam bidang jasa, pelayanan merupakan satu hal yang sangat sensitif
sehingga pihak perusahaan harus mengupayakan memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada pelanggan. Menurut Khasmir (2008:12) menyatakan
Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Menurut Kotler (dalam Tjiptono, 2005:16), mendefenisikan pelayanan
(jasa) adalah tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Menurut Soejipto (dalam Harahap, 2008:11), mendefenisikan pelayanan
merupakan suatu kinerja penampilan, fisik, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih
dapat dirasakan daripada dimiliki serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif
dalam proses konsumsi jasa tersebut.
Tjiptono (2005:61) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang/persepsi penyedia jasa, melainkan
berdasarkan sudut pandang/persepsi konsumen. Hal ini disebabkan karena
konsumenlah yang mengkonsumsi serta yang menikmati jasa layanan, sehingga
merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi konsumen tehadap
kualitas jasa merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap keunggulan suatu
jasa layanan.
daya
tanggap,
kompetensi,
akses,
kesopanan,
komunikasi,
2. Daya tanggap, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat pada pelanggan
dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu
tanpa ada alasan yang jelas dapat menyebabkan persepsi negatif dalam
kualitas pelayanannya.
3. Jaminan, mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keraguraguan.
4. Empati, meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan.
5. Bukti fisik, yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana
pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain
sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi),
penampilan pegawainya serta sarana komunikasi. Penampilan dan kualitas
dari bukti fisik akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas jasa
yang disediakan oleh penyedia jasa.
perspektif
pelanggan
atau
organisasi
bersangkutan,
dengan
Emotional value, utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/emosi positif
yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.
2.
3.
4.
produk/jasa
melaksanakan
fungsi
fisik
utamanya
secara
konsisten.
Performance value terletak pada dan berasal dari komponen fisik dan desain
jasa.
2. Social value adalah manfaat produk/jasa yang bertujuan untuk memuaskan
keinginan seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau kebanggaan sosial.
Pelanggan yang mengutamakan social value akan memilih produk/jasa yang
mengkomunikasikan citra yang selaras dengan teman-temannya atau
menyampaikan citra sosial yang ingin ditampilkannya.
3. Emotional value adalah kesenangan dan kepuasan emosional yang didapatkan
user dari produk/jasa.
4. Price value harga yang fair dan biaya-biaya financial lainnya yang berkaitan
dengan upaya mendapatkan produk/jasa.
5. Credit value berupa situasi terbebas dari keharusan membayar kas pada saat
pembelian atau membayar dalam waktu dekat. Pada prinsipnya, nilai ini
menawarkan kenyaman berkenaan dengan pembayaran.
6. Financing value penawaran syarat dan finansial skedul pembayaran yang lebih
longgar dan terjangkau. Credit value lebih menekankan pada aspek
keterjangkauan.
7. Service value berupa bantuan yang diharapkan pelanggan berkaitan dengan
pembelian produk/jasa.
8. Convinience value berupa penghematan waktu dan usaha yang dibutuhkan
untuk memperoleh produk/jasa.
9.
2. The Relationship
Pada tahapan ini, tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dan
pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan
produk/jasa dan harga, walaupun tidak ada jaminan pelanggan tidak akan
melihat pesaing. Selain itu tahap ini terjadi hubungan yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
3. Marriage
Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak
dapat dipisahkan. Loyalitas tercipta akibat adanya kesenangan dan
ketergantungan pelanggan pada perusahaan.
program Lisrel 8.30. Hasil analisis menunjukkan bahwa : Nilai dari kinerja aribut
jasa tabungan yang diterima oleh nasabah berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap tingkat kepuasan adequate dan tingkat kepuasan desired. Tingkat
kepuasan adequate dan tingkat kepuasan desired berpengaruh secara signifikan
dan negatif terhadap loyalitas nasabah di SulSel. Hal ini disebabkan oleh karena
harapan yang diinginkan nasabah belum dapat di penuhi oleh kinerja atribut,
sehingga terjadi ketidakpuasan nasabah terhadap atribut-atribut. Yang ada.
Variabel tingkat kepuasan merupakan variabel mediator dan moderator bagi
hubungan antara Nilai dengan loyalitas. Ditemukan juga adanya hubungan
langsung yang signifikan dan positif antara nilai dengan loyalitas nasabah.
Sebagai akibat dari adanya ketidakpuasan atas kinerja atribut jasa tabungan yang
dirasakan nasabah, maka loyalitas nasabah menjadi berkurang. Faktor yang
mempunyai pengaruh terbesar (dominant) terhadap tingkat kepuasan adequate
maupun kepuasan desired adalah variabel profesionalisme staff dalam
melaksanakan tugasnya.
Hidayah, (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pelayanan
Dengan Nilai Tambah Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Nasabah Prioritas Di PT
Bank Mandiri (Persero), Tbk Cabang Medan Lapangan Merdeka. Perumusan
masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelayanan yang
diarahkan pada kualitas pelayanan dalam hal ini pelayanan dengan nilai tambah
berpengaruh terhadap kepuasan nasabah prioritas di PT Bank Mandiri (Persero),
Tbk Cabang Medan Lapangan Merdeka dan sejauhmana pengaruh kepuasan
nasabah prioritas berpengaruh terhadap loyalitas nasabah prioritas di PT. Bank
al. (dalam Gefen, 2002:45) menyatakan bahwa Salah satu cara untuk
meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan memberikan kualitas pelayanan
yang berkualitas baik, yang diharapkan dapat membuat pelanggan untuk kembali
melakukan transaksi dengan perusahaan tersebut.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar sukses dalam
persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan mempertahankan serta
mencapai nilai pelanggan/Customer Value (Levitt 1987 dalam Tjiptono 2005:19).
Foumier dan Mick (Bearden et al. 2004:22) menyatakan bahwa kepuasan,
ketidakpuasan, dan keluhan merupakan hasil dari proses keputusan membeli
pelanggan. Kepuasan dan ketidakpuasan menggambarkan perasaan positif, netral,
atau negatif yang muncul setelah pembelian. Keluhan pelanggan merupakan
ekspresi yang jelas dari ketidakpuasan. Kepuasan pelanggan merupakan fokus
konsep pemasaran dan penyebab dominan dari loyalitas pelanggan.
Loyalitas Pelanggan
(Y)
Kepuasan Pelanggan
(X3)
Sumber : Bearden et al. 2004, Grefen (2002), Tjiptono (2005)
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual
2.8 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah Kualitas pelayanan, nilai pelanggan dan
kepuasan pelanggan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas
pelanggan pada PT. Sarana Berkat Anugerah Transport.