Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan
bagi perubahan menuju perbaikan di segala bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Termasuk dalam hal ini adalah perubahan dalam bidang pemerintahan
khususnya dari aspek pelayanan oleh Pemerintah. Pemerintah disini diartikan sebagai
organisasi publik, yakni organisasi yang fungsi utamanya adalah memberikan
pelayanan kepada warga masyarakat.
3
dirancang dengan spirit untuk peningkatan kualitas pelayanan public yang lebih
mudah, lebih cepat dan lebih murah.
Dalam tulisannya, Purbokusumo (2005) menengarai masih tetap berjalannya
praktek buruk terhadap jalannya birokrasi pada saat desentralisasi atau otonomi
daerah. Ia menyimpulkan bahwa apapun bentuk desentralisasi, pelayanan di sektor
publik yang dilakukan oleh birokrasi publik tetap buruk. Kecenderungan sentralisasi
menjadikan pelayanan birokrasi publik berbelit-belit, korup di tingkat pusat
pemerintahan, dan boros. Sementara ketika desentralisasi dilakukan secara radikal
seperti di era reformasi, pelayanan birokrasi publik juga tidak semakin baik; korupsi
menyebar dan merajalela ke daerah (baik oleh eksekutif maupun legislatif), beban
semakin berat dengan variasi pajak dan retribusi daerah yang bertumpuk dan
tumpang tindih, serta birokrasi tetap berbelit-belit.
Disamping pendapat di atas, Wursanto (2003) menyatakan bahwa apabila
birokrasi itu baik maka segala urusan dapat berjalan dan diselesaikan dengan baik.
Akan tetapi dalam prakteknya banyak hal dan urusan tidak dapat berjalan seperti
yang diharapkan sehingga menimbulkan kemacetan dan hambatan. Yang perlu
diketahui ialah bahwa hambatan dan kemacetan itu bukan disebabkan karena
birokrasi, tetapi disebabkan birokrasi yang tidak baik. Hambatan dan kemacetan
dalam birokrasi inilah yang memberikan gambaran negatif terhadap birokrasi
sehingga masih banyak orang (khususnya di Indonesia) yang mempunyai pengertian
dan pandangan yang keliru tentang birokrasi. Padahal birokrasi mempunyai peran
yang penting bagi setiap organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Selama ini pandangan negatif selalu dilekatkan pada birokrasi organisasi
publik. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa mengurus administrasi serta
perijinan pada instansi penyelenggara pelayanan public berbelit-belit, memakan
waktu lama dan mengeluarkan biaya tinggi. Dengan kata lain bahwa pelayanan yang
diterima tidak sesuai dengan harapan publik yakni cepat, mudah dan murah.
6
---------------------------------------------------------------------------------------
7
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka masalah pokok dalam
penelitian ini adalah : “ Bagaimana kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat
Tenggarong Seberang dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarog Seberang dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi serta pelayanan kepada masyarakat?”
Selanjutnya masalah tersebut di atas dirumuskan dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1). Bagaimana kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat?
2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi baik yang mendukung maupun yang
menghambat kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang?
3. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan
menginterpretasikan aspek-aspek yang berhubungan dengan kinerja organisasi
birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang, yaitu:
8
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sisa
Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pasal 126 ayat (2) menyebutkann bahwa Kecamatan
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati
atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Sementara pasal
126 ayat (3) menyebutkan tugas lainnya yaitu untuk menyelenggarakan tugas umum
pemerintahan yang meliputi mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;
membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; melaksanakan
pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum
dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di atas bahwa
seyogyanya sebagian kewenangan yang ditangani oleh Kabupaten diserahkan kepada
Kecamatan. Dengan semangat ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara telah
melaksanakan amanat undang-undang dimaksud. Hal ini ditegaskan dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 180.188/HK-
537/2001 tentang pelimpahan sebagian kewenangan bupati kepada camat dalam
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam keputusan ini Bupati melimpahkan
beberapa bidang kewenangan dalam urusan perijinan yang selama ini menjadi
kewenangan kabupaten kepada kecamatan. Kewenangan yang dilimpahkan ini antara
lain adalah bidang kependudukan bidang pertanahan, bidang PU, bidang
perdagangan, bidang pertanian, bidang perhubungan, bidang tenaga kerja, bidang
pertambangan, bidang peternakan.
Dengan adanya beberapa kewenangan yang sebelumnya menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten, berarti telah ada upaya untuk memberdayakan sekaligus
memfungsikan keberadaan kecamatan dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada
11
masyarakat. Hal ini telah memangkas jalur birokrasi dalam rangka pengurusan
administrasi perijinan bagi bidang-bidang usaha masyarakat di kecamatan. Dengan
memperpendek rentang birokrasi ini maka telah terjadi efisiensi baik dipandang dari
aspek waktu maupun biaya yang harus dikeluarkan masyarakat.
Berdasarkan tugas yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, tugas organisasi Kantor Camat/kecamatan menjadi cukup luas. Oleh
karena itu, maka menjadi suatu kebutuhan bahwa Camat selaku Kepala Kecamatan
harus mendapat dukungan penuh dari staf pelaksana dalam struktur Kantor Camat
sebagai penyelenggara birokrasi pemerintahan di Kecamatan. Untuk melaksanakan
tugas-tugas yang telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka
kinerja aparat Pemerintah Kecamatan harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat
di wilayah kecamatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
sebaik-baiknya.