PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan membutuhkan
hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya. Akan tetapi pada anak-anak
kondisi tersebut berbeda, mereka bukanlah orang dewasa kecil. Anak-anak dapat berbeda
dari sedge usia, ukuran tubuh, dan tahap perkembangannya. Jika seorang anak ssakit dan
dirawat di rumah sakit, penyakitnya akan memengaruhi seluruh keluarga. Keluarga
merupakan bagian penting dari kehidupan anak tanpa menghiraukan usia anak (Andriana,
Dian, 2011).
Untuk memenuhi kebutuhan anak yang dihospitalisasi sangatlah penting bagi perawat
anak untuk memiliki pengetahuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada
seluruh kelompok usia. Pengukuran status pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran antropometri, sedangkan penilaian status perkembangan
dilakukan dengan menggunakan format DDST II. Pemantauan status pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat penting karena dapat memberikan informasi tentang status
kesehatan anak dan screening terhadap adanya gangguan/hambatan di dalam tumbuh
kembang anak. Perawat anak harus berupaya meminimalkan stress pada anak saat mereka
dirawat di rumah sakit. Selain itu, perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang
bagaimana cara mendekati anak dan berinteraksi dengan mereka, serta cara agar mereka
kooperatif terhadap pengobatan yang dilakukan. Dengan terapi bermain dan kerja sama
orang tua yang baik, maka dapat meminimalkan atau menurunkan stress pada anak selama
dirawat (Andriana, Dian, 2011).
Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Bermain tidak hanya
sekadar mengisi waktu, tetapi juga merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, perhatian, kasih sayang, dan sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi
permainan untuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan emosinya. Melalui bermain,
anak mendapatkan pengalaman hidup yang nyata serta menemukan kekuatan dan
kelemahannya sendiri. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas, dan social (Andriana, Dian, 2011).
Kegiatan bermain tidak hanya dibutuhkan oleh anak yang sehat. Anak yang sedang sakit
pun memerlukannya, apalagi saat mereka harus menjalani rawat inap di rumah sakit atau
hospitalisasi. Di rumah sakit, anak akan menghadapi lingkungan yang asing, petugas (dokter
dan perawat)nyang tidak mereka kenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Mereka
terkadang harus menjalani prosedur yang tidak menyenangkan dan menimbulkan nyeri
(disuntik, diinfus, dan sebagainya). Bagi seorang anak, keadaan sakit dan hospitalisasi
menimbulkan stress bagi kehidupannya. Anak sering menjadi tidak kooperatif terhadap
perawatan dan pengobatan di rumah sakit, anak menjadi sulit/menolak untuk didekati oleh
petugas apalagi berinteraksi. Mereka akan menunjukkan sikat marah, menolak makan,
menangis,
berteriak-teriak,
bahkan
berontak
saat
melihat
perawat/dokter
datang
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan dan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Pencernaan III serta mempresentasikannya, pada program
1.3.2
c
d
e
1.4 Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang aktivitas bermain dari anak prasekolah.
BAB II
KONSEP TEORI
1.
2.
3.
4.
5.
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
Perilaku Sosialisasi
a. Memandang orang tua sebagai figur terpenting.
b. Bersifat posesif; ingin maunya sendiri.
c. Mampu bekerja sama dengan teman sebaya dan orang dewasa.
d. Meniru dan model peran orang tua dan orang dewasa lainnya.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.1.9 Perkembangan Moral (Tahap Prakonvensional)
a. Anak pra sekolah melihat aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel.
b. Konsekuensi negatif dilihat sebagai hukuman terhadap kelakuan buruk.
c. Orang tua dilihat sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar dan salah.
d. Anak memulai proses mendalami pengertian benar dan salah.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.1.10 Perkembangan Kepercayaan (Tahap Intuitif-Proyektif)
a. Praktik keagamaan, perhiasan kecil, dan simbol mulai memiliki arti praktis bagi
anak prasekolah.
b. Tuhan dilihat dalam istilah manusia.
c. Tuhan dipahami sebagai bagian dari alam, seperti halnya pohon, bunga, dan
sungai.
d. Kejahatan dapat dibayangkan dengan istilah menyeramkan, seperti monster atau
setan.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.2 Bermain
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan
merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll.
Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan social
(Soetjiningsih, 1995).
2.2.1 Tujuan Bermain
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang, berhitung, menambah, dan mengurangi.
d. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
e. Membedakan benda-benda dengan perabaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motoric (melompat, memanjat, lari, dan lain-lain).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motoric halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang lain.
2.2.2
bermain. Apabila ia mulai lelah atau bosan, maka akan menghentikan permainan.
Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
Alat permainan
Untuk bermain, diperlukan alat permainan yang sesuai umur dan taraf
2.3.4
perkembangannya.
Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di tempat
2.3.5
tidur.
Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau
2.3.6
diberi tahu caranya. Cara yang terakhir adalah cara yang terbaik.
Teman bermain
Anak harus yakin bahwa anak mempunyai teman bermain. Kalau ia main sendiri,
maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Akan tetapi kalau
anak sering bermain dengan anak lain, maka anak tidak mempunyai kesempatan
yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.
2.3.7
a.
b.
c.
d.
e.
Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah
permainan.
Kadang-kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu :
Kesehatan anak menurun.
Anak yang sakit, tidak mempunyai energy untuk aktif bermain.
Tidak ada variasi dari alat permainan.
Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnya kalau anak tidak tahu
cara menggunakannya.
f. Tidak mempunyai teman bermain.
g. Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktifitas bermain yang dapat dikerjakan
sendiri akan terbatas.
(Andriana, Dian, 2011)
2.4 Keuntungan Bermain
2.4.1 Membuang energy ekstra.
2.4.2 Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang, otot, dan organ2.4.3
2.4.4
2.4.5
2.4.6
2.4.7
2.4.8
2.4.9
2.4.10
2.4.11
2.4.12
organ.
Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
Anak belajar mengontrol diri.
Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
Meningkatkan daya kreatifitas.
Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan.
Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya.
Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam bermain.
Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.
Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
(Andriana, Dian, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5. Jakarta :
EGC.
Wong, Donna L.2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.