Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan membutuhkan
hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya. Akan tetapi pada anak-anak
kondisi tersebut berbeda, mereka bukanlah orang dewasa kecil. Anak-anak dapat berbeda
dari sedge usia, ukuran tubuh, dan tahap perkembangannya. Jika seorang anak ssakit dan
dirawat di rumah sakit, penyakitnya akan memengaruhi seluruh keluarga. Keluarga
merupakan bagian penting dari kehidupan anak tanpa menghiraukan usia anak (Andriana,
Dian, 2011).
Untuk memenuhi kebutuhan anak yang dihospitalisasi sangatlah penting bagi perawat
anak untuk memiliki pengetahuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada
seluruh kelompok usia. Pengukuran status pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran antropometri, sedangkan penilaian status perkembangan
dilakukan dengan menggunakan format DDST II. Pemantauan status pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat penting karena dapat memberikan informasi tentang status
kesehatan anak dan screening terhadap adanya gangguan/hambatan di dalam tumbuh
kembang anak. Perawat anak harus berupaya meminimalkan stress pada anak saat mereka
dirawat di rumah sakit. Selain itu, perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang
bagaimana cara mendekati anak dan berinteraksi dengan mereka, serta cara agar mereka
kooperatif terhadap pengobatan yang dilakukan. Dengan terapi bermain dan kerja sama
orang tua yang baik, maka dapat meminimalkan atau menurunkan stress pada anak selama
dirawat (Andriana, Dian, 2011).
Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Bermain tidak hanya
sekadar mengisi waktu, tetapi juga merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, perhatian, kasih sayang, dan sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi
permainan untuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan emosinya. Melalui bermain,
anak mendapatkan pengalaman hidup yang nyata serta menemukan kekuatan dan
kelemahannya sendiri. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas, dan social (Andriana, Dian, 2011).
Kegiatan bermain tidak hanya dibutuhkan oleh anak yang sehat. Anak yang sedang sakit
pun memerlukannya, apalagi saat mereka harus menjalani rawat inap di rumah sakit atau

hospitalisasi. Di rumah sakit, anak akan menghadapi lingkungan yang asing, petugas (dokter
dan perawat)nyang tidak mereka kenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Mereka
terkadang harus menjalani prosedur yang tidak menyenangkan dan menimbulkan nyeri
(disuntik, diinfus, dan sebagainya). Bagi seorang anak, keadaan sakit dan hospitalisasi
menimbulkan stress bagi kehidupannya. Anak sering menjadi tidak kooperatif terhadap
perawatan dan pengobatan di rumah sakit, anak menjadi sulit/menolak untuk didekati oleh
petugas apalagi berinteraksi. Mereka akan menunjukkan sikat marah, menolak makan,
menangis,

berteriak-teriak,

bahkan

berontak

saat

melihat

perawat/dokter

datang

menghampirinya. Mereka beranggapan bahwa kedatangan petugas hanya akan menyakiti


mereka. Keadaan ini akan dapat menghambat dan dapat menyulitkan proses pengobatan dan
perawatan terhadap anak sakit (Andriana, Dian, 2011).
Dalam ilmu psikoneuroimunologi dikatakan apabila seseorang mengalami stress yang
diakibatkan oleh berbagai macam stressor, dalam hal ini anak-anak yang menjalani
hospitalisas, maka akan terjadi peningkatan indicator kortisol oleh HPA aksis. Peningkatan
kadar kortisol dalam tubuh akan menghambat system imun, khususnya limfosit, sehingga
akan menghambat proses penyembuhan. Oleh karena tu mengurangi stress akibat
hospitalisasi sangat diperlukan, karena selain membuat anak menjadi lebih kooperatif juga
menunjang proses penyembuhan (Andriana, Dian, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan anak prasekolah?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan bermain?
1.2.3 Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain?
1.2.4 Apa saja keuntungan dari bermain?
1.2.5 Apa saja alat permainan yang dianjurkan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan dan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Pencernaan III serta mempresentasikannya, pada program
1.3.2

studi S1-Keperawatan di STIKES Muhammadiyah Lamongan.


Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui tentang anak prasekolah.
b Untuk mengetahui tentang bermain.

c
d
e

Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain.


Untuk mengetahui keuntungan dari bermain.
Untuk mengetahui alat-alat permainan yang dianjurkan.

1.4 Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang aktivitas bermain dari anak prasekolah.

BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Anak Pra Sekolah


Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan
biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri khas yaitu
selalu tumbuh dan berkembang secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan
dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Pada anak usia prasekolah, pertumbuhan berlangsung
dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Anak usia prasekolah ini
menunjukkan perkembangan motoric, verbal, dan ketrampilan social secara progresif. Pada
masa ini adalah meningkatnya antisiasme dan energy untuk belajar dan menggali banyak hal.
2.1.1 Karakteristik Fisik
a. Berat badan
1. Penambahan berat badan anak prasekolah kurang dari 2 kg per tahun.
2. Berat rata-rata adalah 18 kg.
b. Tinggi badan
3. Pertumbuhan tinggi badan anak 5 samapai 7 cm per tahun.
4. Tinggi rata-rata adalah 108 cm.
c. Postur : tidak ada lordosis lagi.
d. Gigi : gigi susu mulai tanggal.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.1.2 Perkembangan Motorik Kasar
a. Usia 36 bulan
1. Memakai dan mengganti baju sendiri.
2. Berjalan mundur.
3. Naik turun tangga dengan kaki bergantian.
4. Berdiri sesaat di atas satu kaki.
b. Usia 4 tahun
1. Melompat dengan satu kaki.
2. Memanjat dan melompat.
3. Melempar bola cukup baik.
c. Usia 5 tahun
1. Melompat melewati tali.
2. Berlari tanpa kesulitan.
3. Bermain lompat tali dengan cukup baik.
4. Mainan tangkap.
d. Usia 6 tahun

1.
2.
3.
4.
5.

Berlari dengan terampil.


Berlari dan bermain dengan bersamaan.
Mulai naik sepeda.
Menggambar orang lengkap dengan badan, lengan dan tungkai.
Menambah ciri, seperti mulut, mata hidung, dan rambut dalam gambar
tersebut.

2.1.3

2.1.4

2.1.5

(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)


Perkembangan Motorik Halus
a. Usia 36 bulan
1. Memasang manik-manik besar.
2. Meniru gambar tanda silang dan bulatan.
3. Membuka kancing depan dan samping.
4. Menyusun menara dengan 10 balok tanpa jatuh.
b. Usia 4 tahun
1. Menggunakan gunting.
2. Menggunting gamabar sederhana.
3. Meniru gambar bujur sangkar.
c. Usia 5 tahun
1. Memukul kepala paku dengan palu.
2. Mengikat tali sepatu.
3. Dapat menirukan tulisan beberapa tilisan huruf alphabet.
4. Dapat menulis nama.
d. Usia 6 tahun
1. Dapat memakai garpu.
2. Memulai memakai pisau.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
Perkembangan Sensorik
a. Usia 4 tahun
1. Persepsi ruangan sangat terbatas.
2. Dapat mengidentifikasi satu atau dua warna.
b. Usia 5 tahun
1. Sedikitnya dapat mengidentifikasi 4 warna.
2. Dapat membedakan objek berdasarkan beratnya.
3. Memerankan orang tua dan orang dewasa lainnya.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
Perkembangan Bahasa
a. Usia 2 tahun
1. Menggunakan kalimat dengan dua atau tiga kata.
2. Menggunakan halofrase.
3. Lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti.
b. Usia 3 tahun
1. Banyak bertanya.
2. Bicara saat ada maunya tidak ada orang.
3. Menggunakkan pembicaraan telegrafis (tanpa kata preposisi, kata sifat, kata
keterangan dll).

4. Mengucap konsonan berikut d,b,t,k dan y.


5. menghilangkan W dari pembicaraannya.
6. mempunyai pembendaraan kata sebanyak 900 kata.
7. memakai kalimat tihga kata (subjek-kata kerja-objek).
8. menyatakan namanya sendiri.
9. membuat kesalahan suara spesifik (s, sh, ch, z, th, r, dan l).
10. Menjamakkan kata-kata.
11. Mengulangi ungkapan dan kata-kata dengan tanpa tujuan.
c. Usia 4 tahun
1. Pembendaraan katanya berjumlah 1500 kata.
2. Menghitung sampai 3.
3. Menceritakan cerita panjang.
4. Mengerti pertanyaan sederhana.
5. Mengerti dasar hubungan sebab akibat dari perasaan.
6. Pembicaraan egosentris.
7. Membuat kesalahan suara spesifik (s, sh, ch, z, th, r, dan l).
8. Memakai kalimat empat kata.
d. Usia 5 tahun
1. Pembendaraan katanya berjumlah 2100 kata.
2. Memakai kalimat lima kata.
3. Memakai kata depan dan kata penghubung.
4. Memakai kalimat lengkap.
5. Mengerti pertanyaan yang berkaitan dengan wktu dan jumlah (berapa

2.1.6

banyak dan kapan).


6. Tetap membuat kesalahan suara.
7. Belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan social.
8. Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu.
e. Usia 6 tahun
1. Tidak ada kesalahan suara lagi.
2. Mengerti hubungan sebab akibat dari kejadian fisik.
3. Memakai bahasa seperti media pertukaran verbal.
4. Struktur bicara mirip bentuk dewasa.
5. Menambah kosakata sesuai stimulus lingkungan.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
Perkembang Kognitif (Tahap Praoperasional 2 sampai 7 tahun )
Anak berkembang dari perilaku sensori motorik sebagai alat belajaran dan
berinteraksi dengan lingkungan menjadi pikiran symbol.
a. Mengembangkan kemampuan untuk membentuk representasi mental terhadap
obyek dan orang.
b. Mengembangkan konsep waktu
c. Memiliki prespektif egosentris; memberi arti sendiri untuk realitis.
Berikut ini karakteristik pemikirannya :
a. Animisme : keyakinan bahwa benda mempunyai perasaan, kesadaran, dan
pikiran seperti manusia.

b. Artifisialisme : keyakinan bahwa sebuah agens kuat (natural atau supernatural)


menyebabkan terjadinya suatu peristiwa.
c. Sentrasi : kemmpuan untuk berfokus pada satu aspek saja dari situasi,
d. Partisipasi : keyakinan bahwa kejadian timbul untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan anak,
e. Sinkretisme : penggunaan sebuah penjelasan yang spesifik untuk suatu kejadian
sebagai jawaban untuk melukiskan situasi yang berbeda secara alami dari yang
asli.
f. Jukstaposisi : bentuk rudimeter dari asosiasi dan pemikiran, menghuibungkan
dua kejadiaan namun bukan hubungan sebab akibat.
g. Transduksi : bentuk rudimeter dari asosiasi dan pemikiran, mengasosiasikan
fakta yang tidak signifikan dalam hubungan sebab akibat.
h. Ireversibilitas : ketidakmampuan membalikan proses berfikir, ketidakmampuan

2.1.7

untuk menulusuri kembali jalan pikiran dari kesimpulan sampai awalnya.


(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
Perkembangan Psikososisal (Tahap Falik)
a. Fokus tubuh genital.
b. Tugas perkembangan peningkatan kesadarannya terhadap organ seks dan
minatnya dalam seksualitas.
c. Krisis perkembangan oedipus dan electra kompleks; ketakutan terhadap
kastrasi; ketakutan terhadap adanya gangguan pada tubuh; perkembangan
prasyarat untuk identitas laku-laki atau perempuan; identifikaasi dengan orang
tua dari jenis kelamin yang sama (pada keluarga dengan hanya satu orang tua,
pemecahan krisis dengan tahap ini mungkin lebih sulit).
d. Keterampilan koping umu pembentukan reaksi; transisi dari perasaan negatif
terhadap orang tua dengan jenis kelamin yang berbeda menjadi perasaan positif;
masturbasi selama masa stress dan isolasi.
e. Temperamen jumlah kecemburuan dan perilaku bervariasi sesuai pengalaman
anak di masa lalu dan lingkunga keluarga.
f. Bermain permainan dramatis, yaitu anak-anak memerankan peran orang tua
dan peran jens kelamin yag sama.
Berikut ini adalah karakteristik anak spesifik usia :
a. Usia 5 tahun permainan seks kurang; anak sopan dan nampaknya kurang
terbuka; tertarik dari mana datangnya bayi; menyadari organ seks orang dewasa.
b. Usia 6 tahun permainan seks ringan, dengan peningkatan ekshibisionisme;
investigasi seks mutual.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)

2.1.8

Perilaku Sosialisasi
a. Memandang orang tua sebagai figur terpenting.
b. Bersifat posesif; ingin maunya sendiri.
c. Mampu bekerja sama dengan teman sebaya dan orang dewasa.
d. Meniru dan model peran orang tua dan orang dewasa lainnya.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.1.9 Perkembangan Moral (Tahap Prakonvensional)
a. Anak pra sekolah melihat aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel.
b. Konsekuensi negatif dilihat sebagai hukuman terhadap kelakuan buruk.
c. Orang tua dilihat sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar dan salah.
d. Anak memulai proses mendalami pengertian benar dan salah.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.1.10 Perkembangan Kepercayaan (Tahap Intuitif-Proyektif)
a. Praktik keagamaan, perhiasan kecil, dan simbol mulai memiliki arti praktis bagi
anak prasekolah.
b. Tuhan dilihat dalam istilah manusia.
c. Tuhan dipahami sebagai bagian dari alam, seperti halnya pohon, bunga, dan
sungai.
d. Kejahatan dapat dibayangkan dengan istilah menyeramkan, seperti monster atau
setan.
(Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A, 2009)
2.2 Bermain
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan
merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll.
Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan social
(Soetjiningsih, 1995).
2.2.1 Tujuan Bermain
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang, berhitung, menambah, dan mengurangi.
d. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
e. Membedakan benda-benda dengan perabaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motoric (melompat, memanjat, lari, dan lain-lain).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motoric halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang lain.

l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya pengertian

2.2.2

terapung dan tenggelam


m. Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong.
Fungsi Bermain
Fungsi bermain bagi anak terdiri dari :
a. Perkembangan sensorimotorik
1. Memperbaiki keterampilan motoric kasar dan halus serta koordinasi.
2. Meningkatkan perkembangan semua indera.
3. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia.
4. Memberikan pelampiasan kelebihan energy.
b. Perkembangan intelektual
1. Memberikan sumber-sumber yang beranekaragam untuk pembelajaran.
2. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
3. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak.
4. Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa.
5. Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya
mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan baru.
6. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi dan realita.
c. Perkembangan sosialisasi dan moral
1. Mengajarkan peran orang dewasa, perilaku peran seks.
2. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
3. Mengembangkan keterampilan social.
4. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang
lain.
5. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standar moral.
d. Kreativitas
1. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif.
2. Memungkinkan fantasi dan imajinasi.
3. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.
e. Kesadaran diri
1. Memudahkan perkembangan identitas diri.
2. Mendorong pengaturan perilaku sendiri.
3. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri).
4. Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan orang
lain.
5. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain.
f. Nilai terapeutik
1. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan.
2. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara social dapat diterima.

3. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara


yang aman.
4. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan nonverbal tentang
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.
2.2.3

(Wong, Donna L, 2003)


Kategori Bermain
a. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatanya.
b. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa. Kategori
ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang akan
memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.
(Andriana, Dian, 2011)

2.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain


2.3.1 Energy ekstra/tambahan
Bermain memerlukan energy tambahan, anak sakit kecil keinginannyan untuk
2.3.2
2.3.3

bermain. Apabila ia mulai lelah atau bosan, maka akan menghentikan permainan.
Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
Alat permainan
Untuk bermain, diperlukan alat permainan yang sesuai umur dan taraf

2.3.4

perkembangannya.
Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di tempat

2.3.5

tidur.
Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau

2.3.6

diberi tahu caranya. Cara yang terakhir adalah cara yang terbaik.
Teman bermain
Anak harus yakin bahwa anak mempunyai teman bermain. Kalau ia main sendiri,
maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Akan tetapi kalau
anak sering bermain dengan anak lain, maka anak tidak mempunyai kesempatan
yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.

2.3.7

a.
b.
c.
d.
e.

Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah

permainan.
Kadang-kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu :
Kesehatan anak menurun.
Anak yang sakit, tidak mempunyai energy untuk aktif bermain.
Tidak ada variasi dari alat permainan.
Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnya kalau anak tidak tahu

cara menggunakannya.
f. Tidak mempunyai teman bermain.
g. Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktifitas bermain yang dapat dikerjakan
sendiri akan terbatas.
(Andriana, Dian, 2011)
2.4 Keuntungan Bermain
2.4.1 Membuang energy ekstra.
2.4.2 Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang, otot, dan organ2.4.3
2.4.4
2.4.5
2.4.6
2.4.7
2.4.8
2.4.9
2.4.10
2.4.11
2.4.12

organ.
Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
Anak belajar mengontrol diri.
Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
Meningkatkan daya kreatifitas.
Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan.
Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya.
Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam bermain.
Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.
Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
(Andriana, Dian, 2011)

2.5 Alat Permainan Yang Dianjurkan


2.5.1 Berbagai benda disekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar
2.5.2
2.5.3

dan tulis, air, dan lain-lain.


Alat permainan : dokter-dokteran atau masak-masakan.
Teman-teman bermain seperti anak yang sebaya atau orang tua.
(Andriana, Dian, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5. Jakarta :
EGC.
Wong, Donna L.2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai