Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

BENDING TEST

Disusun Oleh :
Sendy Puspa Mita Sari (6512040101)
Herry Suranta Ginting (6512040106)
Meiske Youlanda S

(6512040108)

Arum Faizatul Umami (6512040117)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Tujuan
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu melakukan pengujian DT (Destructive Test) dengan beban
lengkung terhadap suatu material.
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam pengujian lengkung (bending
test).
2. Mahasiswa mampu menganalisa cacat yang terjadi pada pengelasan suatu
material.
3. Mahasiswa

mampu

menganalisa

kriteria

kelulusan

hasil

pengujian

berdasarkan standart.
1.2

Dasar Teori
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan
untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil
sambungan las baik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan
penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2
macam, yaitu transversal bending dan longitudinal bending.
1.2.1 Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian
transversal bending dibagi menjadi tiga :

a. Face Bend (Bending pada permukaan las)


Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 4.1). Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami
tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 4.1 Face bend pada transversal bending


b. Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 4.2).
Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik,
apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,
apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ)

Gambar 4.2 Root band pada transversal bending


c. Side Bend (Bending pada sisi las).
Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las (gambar 4.3).
Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari
3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak
atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal,
HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 4.3 Side band pada transversal bending


1.2.2.

Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah
pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian
longitudinal bending dibagi menjadi dua :
Face Bend (bending pada permukaan material las)
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 4.4). Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami
tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 4.4 Side band pada longitudinal bending


Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 4.5). Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami
tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line
(garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 4.5 Root band pada longitudinal bending


1.2.3

Kriteria kelulusan
Untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil pengujian harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan.
2. Keretakan maksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar antara
1mm3 mm.
3. Keretakan sudut maksimal 6 mm. kecuali keretakan berasal dari beberapa
jenis retak maka keretakan maksimal 3mm.

BAB II
METODOLOGI
2.1

Material
1. Spesimen uji bending untuk face transversal bend (1 buah)
2. Spesimen uji bending untuk root transversal bend (1 buah)
3. Batu gerenda kasar (1 buah)
4. Batu gerenda halus (1 buah)

2.2 Peralatan
1. Mesin Uji Bending
2. Gerinda tangan
3. Kacamata pelindung
4. Jangka sorong
5. Kaca pembesar
6. Stamping
7. Palu
8. Kabeldaya
9. Sarung tangan pelindung
10. Jangka sorong
2.3 Gambar Kerja

a. Luasan
yang harus
digerinda
pada fase
transversal bend

Gambar 4.6 Spesimen uji transversal Bending


2.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan Spesimen

Mengambil spesimen, gerinda pada permukaan yang akan diamati pada


daerah weld metal, HAZ, dan sedikit base metal. Menggerinda yang panjang
luasan sekitar 50 mm (gambar 4.6).

Menggerinda sudutsudut spesimen sepanjang luasan di atas hingga


membentuk radius.

Dalam menggerinda, pertama kali menggerinda dengan batu gerinda kasar


terlebih dahulu, setelah rata baru menggerinda dengan batu gerinda yang
halus.

Mengulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.

2. Kodifikasi

Menggambil stamping dan menandai setiap spesimen dengan kode sebagai


berikut :
F untuk spesimen root bend
R untuk spesimen face bend

3. Mengukur dimensi:

Mengambil spesimen dan mengukur dimensinya.

Mencatat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.

Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen

4. Menentukan diameter mandrel


Berdasar spesimen tersebut, menentukan diameter mandrel yang akan digunakan.

SI Unit

Thickness of Spesimen
A
mm

Material
P-No 13 to P-No.21 through P-No 25;
P.21 through P-No.25; P-No.23;PNo.35; any P-No metal with PNo.33,36, or 37
P No. 11; P No. 53; P No. 62
P No. 51;
P No. 52; P No.53; P- No. 61 ; PNo.62
All others with greather than or 5 equal
to 20% elongation
All others with less than 20 %
elongation

3.2
t= 3.2 or less

52,4
16 t

26.5
8t

60,4
18 t +
1,6

30.2
9 + 0.8

9.5
t= 9.5 or less
9.5
t= 9.5 or less
9.5
t= 9.5 or less
9.5
t= 9.5 or less

63.5
6t
76.2
8t
95.2
10 t
38.1
4t
32 t
max

31.8
3t
38.1
4t
47.6
5t
19.0
2t
16 t
max

85.5
8 t + 3.2
98.4
10t +3.2
117.5
12t +3.2
60.4
6t + 3.2
34 t + 1.6
max

42.9
4 t + 1.6
49.2
5t +1.6
58.7
6t +1.6
30.2
3t + 1.6
17 t + 0.8
max

t= (see note b)

Tabel 4.1 Tabel Penentuan Diameter Mandrell

5. Menguji pada mesin pengujian bending

Mencatat data mesin pada lembar kerja.

Mengambil spesimen dan meletakkan pada tempatnya secara tepat.

Mengatur beban dan memberikan beban secara kontinyu.

Mengambil spesimen dan mengamati permukaannya. Bila terdapat cacat,


mengukur dan mencatat pada lembar kerja bentuk, dimensi, tempat dan jenis
cacat. Membuat sketsa gambar cacat pada lembar kerja.

Mengulangi langkah di atas untuk seluruh specimen.

4.6 Standard dimensi pengujian


1. Root bend

Gambar 4.7 Spesimen root transversal bend tampak atas dan samping
2. Face bend

Gambar 4.8 Spesimen face transversal bend tampak atas dan samping

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasill uji :
Angle of Bend : 1800
NO
Penandaan spesimen

lebar

tebal

dan tipe bending

(mm)

(mm)

Root

38,84

10,2

Diameter mandrel = 38 mm
Hasil pengujian
Keterangan
ukuran cacat
Jenis cacat
lokasi cacat
kriteria
(mm)
No detect
HAZ
Diterima

Face

38.30

9.22

Open crack

1.2

HAZ

Diterima

Hasil pengujian lengkung dengan metode root bend dan metode face bend dapat dilihat
pada gambar 4.8 dan 4.9

Gambar 4.9 Spesiment Face Bend

Gambar 4.10 Spesiment Root Bend

3.2 Analisa Hasil Pengujian

Spesimen 1 (root bend)


Pengujiaan yang dilakukan dengan metode Root Bend, tidak mengalami cacat.
Dan spesimen R dinyatakan diterima, karena spesimen tidak mengalami cacat.

Spesimen 2 (face bend)


Spesimen 2 dengan metode face bend, mengalami cacat yang masih bisa diterima,
yaitu hanya sepanjang 1.2 mm. Maka spesimen 1 dinyatakan lulus berdasarkan
ASME IX 2007 untuk pengujian bending.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan cacat pengelasan pada pengujian ini,
karena :
1.

Porosity yaitu tertangkapnya gas/udara dalam proses las

2.

Longitudinal crack yaitu ketidak-paduan linier yang disebabkan karena


fracture kesalahan perlakuan panas.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Spesimen 1 (Root Bend)
Spesimen 1 dengan metode Transversal root Bend, tidak mengalami cacat
sehingga dapat dikatakan bahwa spesimen face diterima.

Spesimen 2 (Face Bend)


Spesimen 2 dengan metode Transversal Face Bend, mengalami cacat namun
ukuran cacatnya tidak melebihi batas maksimal yang ditentukan oleh ASME IX
2007 sehingga dapat dikatakan bahwa spesimen face diterima.

4.2 Saran

Gunakan APD lengkap (sarung tangan, kacamata, earplug) ketika proses


menggerinda.

Lebih teliti menggunakan jangka sorong ketika mengukur kecacatan dibagian


HAZ pada pengujian bending.

DAFTAR PUSTAKA
1.

ASME section IX, Article 1, Bending Test

2.

AWS section 4, Part AB, dan B, Bending Test

3.

Budi Prasojo ST, 2002, Buku Petunjuk Praktek, Jurusan Teknik Permesinan
Kapal, PPNS.

LAMPIRAN
Lembar kerja Uji Bending

Anda mungkin juga menyukai