Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lingkungan akademik merupakan lingkungan yang paling potensial untuk
mengembangkan berbagai hal, selain itu lingkungan akademik juga sangat rentan
terpengaruhi oleh hal-hal yang negatif karena lingkungan akademik adalah
lingkungan yang sering bersinggungan dengan hal-hal yang baru. Salahsatu
diantaranya adalah mengenai perkembangan bahasa indonesia sebagai wujud dari
sikap masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Seharusnya masyarakat
indonesia dalam menggunakan bahasa indonesia harus sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang benar, untuk dapat mencapai hal tersebut harus ditanamkan sejak
dini mengenai kebahasaan terhadap generasi penerus bangsa agar dapat
menguasai dan memahami bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Faktanya, masyarakat Indonesia saat ini dalam mengembangkan dan
menggunakan bahasanya sangat memprihatinkan. Menurut Ari Subagyo (Yuliante,
2011:5), selain menjadi agen globalisasi karena melekat dengan penyebaran
produk-produk global, bahasa-bahasa tersebut juga menebarkan pesona kepada
generasi muda negeri ini karena menjanjikan kemudahan untuk mendapatkan
pekerjaan dan mengembangkan karier. Dengan kata lain, perkuliahan bahasa
indonesia menjadi kurang bergengsi karena bahasa indonesia juga nyaris tidak
memiliki gengsi dalam percaturan global (Yuliante, 2011:6). Selain generasi muda
yang merasa kurang adanya nilai lebih atau dalam kata lain kurang bergengsi
untuk mempelajari bahasa indonesia, ternyata terjadi beberapa fenomena dalam
pemakaian bahasa, diantaranya penggunaan bahasa prokem yang semakin marak
digunakan dan disebar luaskan di dunia jejaring sosial, dan bahasa prokem ini
sangat digemari oleh kalangan akademisi dalam pergaulan sehari-hari. Padahal
bahasa prokem merupakan bahasa yang tidak memiliki pedoman , tuntunan dan
aturan yang jelas dalam penggunaannya sehingga bila kalangan muda lebih
memilih bahasa prokem maka akan mengakibatkan perkembangan bahasa

16

Seni Sikap

indonesia semakin tidak terarah kedalam pedoman kebahasaan. Hal lain yang
berkaitan dengan sikap bangsa indonesia terhadap bahasa indonesia adalah lebih
suka menggunakan istilah asing dalam berkomunikasi maupun dalam kegiatan
dan karya-karya tertentu, misal untuk mengucapkan kata yasebgai tanda setuju
beberapa orang lebih sering dan lebih suka menggunakan kata yes atau ok.
Penggunaan istilah asing dalam karya menurut Diyas puspandari (Yuliante,
2011:15), yaitu yang muncul saat ini adalah film-film remaja yang menggunakan
judul campur aduk, seperti Eiffel Im in Love, Arisan Just for Fun, from Bandung
with Love, I love You Om, Me Vs High Heels dan Love is Cinta. Tentu saja
fenomena ini secara langsung maupun tidak langsung kurang menanamkan sikap
bangga terhadap bahasa sendiri.
Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia sekarang ini bila dicermati
ternyata sangat berbeda atau berbanding terbalik dengan sikap pemuda maupun
bangsa Indonesia zaman dahulu yang bangga terhadap bahasa indonesia.Rasa
bangga terhadap bahasa indonesia dapat kita lihat dengan munculnya salah satu isi
sumpah pemuda, yaitu kami putra putri indonesia mengaku berbahasa satu
bahasa indonesia. sehingga fenomena sikap bangsa indonesia terhadap bahasa
indonesia seperti yang terjadi saat ini perlu bahkan harus dicermati supaya dapat
memunculkan ide-ide untuk mempertahankan, mengembangkan bahasa indonesia
dan diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga pada bahasa indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis dapat
merumuskan beberapa rumusn masalah. Rumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana sikap akademisi terhadap bahasa indonesia?
2. Fenomena apa dan bagaimana proses munculnya fenomena bahasa ?
3. Bagaimana respon atau tanggapan masyarakat akademik terhadap
fenomena dan pengembangan fenomena bahasa?
4. Apa maksud, tujuan serta kapan fenomena bahasa indonesia digunakan?
C. Tujuan Makalah
Makalah ini dalam penyusunannya memiliki beberapa tujuan, tujuan
pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Sikap bangsa idonesia terhadap bahasa indonesia.
2. Fenomena dan proses munculnya fenomena bahasa.

16

Seni Sikap

3. Respon atau tanggapan masyarakat terhadap fenomena dan pengembangan


fenomena bahasa.
4. Maksud, tujuan serta kapan fenomena bahasa indonesia digunakan.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini tidak semata-mata hanya digunakan untuk memenuhi sebagaian
tugas matakuliah akan tetapi di dalam makalah ini memiliki beberapa manafaat.
Manfaat makalah ini diantaranya menambah wawasan tentang perkembangan
bahasa indonesia di lingkungan akademik, menambah teori-teori yang
berhubungan dengan bahasa, memberikan pengetahuan

secara praktik bagi

bangsa indonesia sebagai pemilik bahasa indonesia bagaimana sebaiknya sikap


yang baik terhadap bahasa indonesia, dan masih banyak manfaat lain yang dapat
penulis maupun pembaca terima dari makalah ini yang penulis tidak dapat
meyebutnya satu persatu.
E. Pendekatan dan Metode
Bahasa merupakan obyek yang menyangkut banyak aspek, apalagi hal yang
dipelajari mengenai sikap bangsa terhadap bahasanya. Maka agar lebih mendalam
dalam mempelajari dan memahaminya harus menggunakan pendekatan yang
tepat, penulis dalam mempelajari obyek dalam makalah ini menggunakan
pendekatan multidisipliner sehingga obyek yang dipelajari dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang ilmu.
Metode yang digunakan dalam memperolah data dalam makalah ini
menggunakan metode kuantitatif yaitu melakukan studi pustaka dengan mencari
beberapa buku-buku sebagai referensi dan dengan menggunakan angket untuk
memperoleh secara langsung dari kaum pemuda sebagai kaum akademisi yang
berhubungan langsung dengan lingkungan akademik.

16

Seni Sikap

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Seni
Seni merupakan bagian dari budaya, karena melalui seni manusia dapat
menyalurkan ekspresi yang dimiliki. Selain itu seni juga dapat digunakan sebagai
pijakan untuk menentukan norma, seperti norma sosial. Berikut ini merupakan
pendapat para ahli mengenai pengertian seni.
1. J.J HOGMAN
Kesenian adalah sesuatu yang mempunyai unsur ideas, activities, dan
artifacts
2. KUNTJARANINGRAT
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil
manusia.
3. WILLIAM A. HAVILAND
Kesenian adalah keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan
imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok masyarakat
dengan kebudayaan tertentu
4. IRVING STONE
Kesenian adalah kebutuhan pokok. Seperti roti atau anggur atau mantel
hangat dimusim dingin. Mereka yang mengira kesenian adalah barang
mewah, pikirannya tidak utuh. Roh manusia menjadi lapar akan kesenian
seperti halnya perutnya keroncongan minta makan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik benang merah
mengenai seni, jadi seni adalah Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan melibatkan proses
penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok
masyarakat dengan kebudayaan tertentu.
B. Sikap
Manusia merupakan makhluk monodualis, maksudnya adalah bahwa manusia
itu memiliki dua sisi yang saling berdampingan. Kedua sisi tersebut yaitu pertama
manusia sebagai makhluk sosial yang meiliki arti bahwa manusia merupakan

16

Seni Sikap

bagian dari manusia yang lain dan dalam kehidupannya pasti melibatkan manusia
yang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kedua manusia sebagai makhluk
individu yang memiliki arti manusia merupakan makhluk unik yang memiliki
karakteristik berbeda dengan manusia yang lain baik dari sisi fisik, sikap, maupun
kepribadian. Berbicara tentang sikap manusia, maka kita akan melihat kedalam
sisi psikologinya, berikut merupakan pandangan para ahli mengenai sikap dalam
http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yangmempengaruhi/ sebagai berikut:
1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap
sebagai

kesediaan

untuk

bereaksi (disposition

to

react) secara

positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably)terhadap obyek


obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999)
berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari
proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek
dunia individu.
2. La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
3. Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek
tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap
tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa,
pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi
obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
obyek atau situasi. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam
interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek

16

Seni Sikap

psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi


pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi.
Pengalaman pribadi supaya dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama
berbekas.
2. Kebudayaan.
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang
dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku
tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting.
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap
orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai
pengaruh kuat

dalam

pembentukan

sikap

dikarenakan

keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.


Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh

16

Seni Sikap

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari
oleh faktor emosional adalah prasangka.
Berdasarkan dari teori yang disampaikan di atas maka seni sikap merupakan
cara atau bentuk sikap individu terhadap sesuatu, atau dapat diartikan apresiasi
terhadap suatu hal dalam hal ini apresiasi masyarakat indonesia terhadap bahasa
indonesia.

16

Seni Sikap

BAB III
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Data
Pengumpulan data yang diterapkan penulis menggunakan dua jenis. Hal ini
diterapkan supaya data yang peroleh penulis lebih bervariasi dan lebih
terjamin

kevaliditasannya.

Cara

pengumpulan

data

tersebut

yaitu

menggunakan norm-referenced dan referenced. Adapun langkah-langkahnya


adalah sebagai berikut:
1. Referenced:
Penulis mencari referensi-referensi atau Studi pustaka buku-buku

yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dan sastra Indonesia.


Mengambil data dalam buku yang bersangkutan dengan kaum
akademisi terhadap bahasa Indonesia yaitu masalah dan tantangan

bahasa dan sastra Indonesia, dan pemakaian bahasa prokem.


2. Norm-referenced:
Penulis membuat angket untuk diisi oleh responden yang dipilih,

angket dapat dilihat di lampiran.


Memilih responden untuk mengisi angket, responden yang dipilih
oleh penulis adalah mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia.


Angket diisi oleh responden
Mengumpulkan data dari angket yang telah diisi responden.
Mengolah data dalam angket diubah dalam bentuk persentase.

B. Studi Pustaka
Lingkungan akademik merupakan lingkungan yang sangat berpotensi untuk
mengembangkan nilai-nilai positif negara indonesia, dalam hal ini termasuk juga
bahasa indonesia. Banyak sekali variasi yang bahasa yang digunakan warga
akademik dalam hal ini mahasiswa, variasi ini merupakan bagian dari apresiasi
atau sikap akademisi terhadap bahasa indonesia. Sikap mahasiswa terhadap
bahasa Indonesia antara lain :
a. Masalah dan Tantangan Bahasa Indonesia
Menurut pendapat P.Ari Subagyo ( Yulianeta, 2011: 5) sejak tahun 2002
Kuliah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai mata kuliah wajib bagi setiap
mahasiswa di perguruan tinggi. Penetapan itu diperkuat secara formal

16

Seni Sikap

dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, terutama pasal 37, ayat 2C, kemudian Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005. Selanjutnya terbit surat keputusan direktur jendral
pendidikan tinggi (SK Dirjen Dikti ) Nomor 43 tahun 2006 sebagai landasan
operasional.

Bahasa

Indonesia

terkelompok

dalam

mata

kuliah

pengembangan kepribadian (MPK) dengan bobot 3 SKS. Penetapan dan


pewajiban tersebut memang memberikan tempat istimewa bagi mata kuliah
Bahasa Indonesi. Jurusan atau program studi yang semula tidakmemasukan
bahasa indonesia dalam MPK, dipaksa menata kembali kurikulumnya.
Namun, dipihak lain sesunggunya juga muncul tuntutan agar perkuliahan
bahasa Indonesia dirancang dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Masalah tersebut adalah rendahnya gengsi perkuliahan Bahasa Indonesia di
mata para mahasiswa, materi perkuliahan yang kurang menarik dan
rendahnya pemanfaatan teknologi dalam perkuliahan bahasa Indonesia.
b. Pemakaian Bahasa Prokem
Menurut Vismaia S. Damayanti (Yulianeta, 2011 : 20-26) bahasa prokem
adalah sejenis raham bahasa atau variasi bahasa yang khas yang boleh juga
disebut sebagai jenis bahasa rahasia yang hanya digunakan kelompok
tertentu saja untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan bukan dengan
warga masyarakat yang bukan anggota kampung mereka warga masyarakat
yang tidak memahami bahasa prokem akan menyebut bahwa bahasa prokem
itu adalah bahasa yang dipakai oleh kaum pemuda dan kaum remaja saja,
dan penggunaan seenaknya, sehingga tidak dipahami oleh masyrakat umum.
Kaum remaja dan pemuda yang paham akan bahasa prokem mendefiniskan
bahasa prokem ini bervariasi. Ada yang mengatakan bahwa bahasa prokem
adalah bahasa yang digunakan untuk mencari dan menunjukan identitas
diri ; bahasa prokem adalah bahasa yang dapat merahasiakan pembicaraan
mereka dari kelompok yang lain ; adapula yang menytakan bhwa bahasa
prokem adalah bahasa yang diolah kembali agar pembicaraan mereka ini
tidak dipahami orang tua pun guru-guru yang sering melarang mereka
sebelum sempat melakukan sesuatu. Waktu pemakaian bahasa prokem pada

16

Seni Sikap

umumnya bahasa prokem ini tidak digunakan bila topik pembicaraan


merupakan masalah yang serius, misalnya masalah pelajaran maupun jenisjenis perundingan. Bahasa prokem biasanya digunakan dalam situasi santai
hal ini terjadi akibat jumlah kosa kata yang digunakan sangat terbatas dan
masalah yang dibicarakan itu bukannlah masalah yang aktual dan kehidupan
sehari-hari, sehingga kalopun ingin diciptakan kosakata khusus diperlukan
waktu yang panjang untuk mencapai tujuan tadi. Dengan kata lain bahasa
prokem ini hanya akan digunakan para remaja pada waktu membahas
masalah sehari-hari dan pada saat penuturnya tidak berada dalam keadaan
tegang. Kalo diatas dikatakan bahwa bahasa prokem pada umumnya
dikatakan untuk membicarakan persoalan sehari-hari maka hal ini berarti
bahwa percakapan dilakukan dalam keadaan santai dan pada kelompok yang
sama.
Kosa kata bahasa prokem beberapa kosakata bahasa prokem yang sering
digunakan gue, elo, kamseupay. Iyuwh , kemenong, ciyus, miapah, dsb
Dalam bahasa prokem salah satu bentuknya adalah pemendekan atau
akronim.
Contoh : sersan (serius tapi santai), manja (mandi jarang), turbo (turunan
bokek) dan pejabat (peranakan jawa batak)
C. Angket
Berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada mahasiswa Fakultas
Bahasa dan Seni UPI . Maka diperoleh data mengenai tanggapan mahasiswa UPI
terhadap bahasa Indonesia data tersebut sebagai berikut

1. Bahasa apa yang digunakan sehari-hari

16

Seni Sikap

grafik di atas menunjukkan pengguna bahasa yang hanya menggunakan bahasa


Indonesia saja 38%, pengguna dua bahasa terdapat 26%, pengguna bahasa sunda
8% sedangkan pengguna tiga bahasa terdapat 8%. Jadi dapat diambil benang
merah bahwa mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI yang murni
hanya menggunakan bahasa Indonesia di bawah 50%, hal ini berarti masih
kurangnya minat mahasiswa dalam kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia
atau dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia oleh kalangan mahasiswa dianggap
bahasa formal.

2. Penggunaan bahasa indonesia sudah sesuai kaidah belum

16

Seni Sikap

Data di atas menunjuk penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan
kaidah kebahasaan, yaitu 92%. Hal ini dapat dipahami bahwa mahasiswa tidak
terlalu mementingkan kaidah kebahasaan dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Fakta di atas memiliki arti mahasiswa menganggap sepele tentang kaidah
kebahasaan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
3. Tanggapan munculnya ragam bahasa dimasa kini

Tanggapan atau sikap mahasiswa terhadap munculnya ragam bahasa ternyata


mahasiswa merasa senang bila dilihat dari data di atas. Padahal jika dilihat dari
kebahasaan, apabila muncul keberagaman bahasa maka akan memunculkan
pengaruh terhadap keutuhan bahasa . jadi dapat dipahami bahwa mahasiswa
dalam menggunakan bahasa ingin bahasa yang bervariasi, tidak hanya bahasa
yang monoton.

16

Seni Sikap

4. masyarakat sudah baik dalam menggunakan bahasa indonesia

Data di atas menunjukkan bagaimana lingkungan keseharian mahasiswa terhadap


penggunaan bahasa Indonesia, ternyata menunjukkan penggunaan bahasa di
lingkungan mahasiswa dalam arti masyarakat sekitar mahasiswa belum baik. Hal
ini dibuktikan 84% data menunjukkan masyarakat belum baik dalam
menggunakan bahasa Indonesia.
5. apresiasi masyrakat indonesia terhadap bahasa indonesia

Apresiasi atau tanggapan masyarakat terhadap bahasa Indonesia menurut


pandangan mahasiswa belum mengapresiasi dengan dengan baik, atau dapat
diartikan belum menanggapai dengan positif bagaimana penggunaan bahasa

16

Seni Sikap

Indonesia sehari-hari. Hal ini menunjukkan lingkungan sekitar mahasiswa


sebagian besar juga menunjukkan hal yang serupa dengan persentase 54%.
6. penggunaan bahasa prokem

Tentang penggunaan bahasa prokem dikalangan mahasiswa, data menunjukkan


hal yang signifikan yaitu 100%, Karena dalam angket yang menunjukkan tidak
menggunakan bahasa prokem 0%. Jadi dikalangan mahasiswa ternyata bahasa
prokem merupakan bahasa yang sangat digemari dalam bahasa Indonesia.
Sehingga dapat disimpulkan kalangan mahasiswa tidak mematuhi kaidah
kebahasan dalam penggunaan komunikasi sehari-hari.

16

Seni Sikap

BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh penulis, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan bahasa Indonesia oleh kalangan akademik sering muncul penggunaan
bahasa tertentu yang disebut bahasa prokem. Bahasa prokem ini digunakan oleh
semua mahasiswa, sehingga dapat dikatakan mahasiswa suka hal yang baru dan
beragam baik dalam hal bahasa. Pemerolehan bahasa prokem ini seperti dijelaskan
dalam tinjauan pustaka, diperoleh dari apa yang disimak kemudian saling terjadi
kesepakatan dalam lingkungan atau komunitas mahasiswa dan akhirnya muncul
bahasa prokem yang digunakan oleh kalangan mahasiswa. Adapun sikap
masyarakat dilingkungan akademik terhadap bahasa Indonesia itu sendiri adalah
masih banyak masyarakat indonesia yang sering menggunakan bahasa daerah
masing-masing dalam pergaulan sehingga bahasa indonesia dirasa hanya
digunakan dalam hal formal saja. Sikap yang lain yang muncul dari warga
akademik adalah sering menggunakan istilah-istilah dalam bahasa asing yang
masuk dalam penggunaan bahasa indonesia. Selain hal penggunaan istilah,
ternyata trend mahasiswa bterhadap bahasa Indonesia, mereka menganggap
bahwa perkuliahan bahasa Indonesia tidak berprospek atau kurang bergengsi.
B. Saran
Dilihat dari data, fakta dan simpulan di atas maka penulis memiliki beberapa
saran tentang sikap masyarakat akademik terhadap bahasa Indonesia, yaitu
sebaiknya dalam perkuliahan bahasa Indonesia disampaikan lebih inovatif oleh
dosen sehingga mahasiswa merasa lebih nyaman dan tertarik dalam mempelajari
matakuliah bahasa Indonesia, seperti pemanfaatan teknologi dan sosialisasi
tentang prospek atau pentingnya mata kuliah bahasa Indonesia dipelajari. Dalam
keseharian mahasiswa diusahakan dalam bergaul tidak hanya dari satu daerah
yang sama sehingga tidak terlalu sering menggunakan bahasa daerah tetapi akan
lebih sering menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Mengenai
bahasa prokem, sebaiknya mahasiswa menggunakannya hanya di komunitasnya
saja, sehingga bahasa prokem ini hanya terbelenggu disekitar kalangan mereka

16

Seni Sikap

saja dan penggunaan bahasa prokem ini hanya boleh digunakan di situasi informal
tidak boleh digunakan dalam pergaulan di kampus atau disituasi formal. Selain itu
hal yang dapat dilakukan adalah kalangan akademik dan masyarakat Indonesia
harus lebih sering dan lebih suka menggunakan istilah-istilah bahasa Indonesia,
jangan terlalu sering menggunakan istilah asing, hal kecil yang dapat dilakukan
yaitu dalam supermarket atau took-toko kata open diganti dengan kata buka.

16

Seni Sikap

DAFTAR PUSTAKA
http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktoryang-mempengaruhi/
Yulianeta. 2011. Bahasa dan Sastra Di Massa Global. Bandung: Upi
press.

16

Seni Sikap

Anda mungkin juga menyukai