Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini telah muncul berbagai macam penyakit, salah satunya adalah
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) atau yang lebih dikenal pada masyarakat
umum dengan pembesaran prostat. Penyakit ini umumnya menyerang pada
pria dengan usia di atas 50 tahun. Sekitar 50% dari penderita yang ada akan
menunjukkan tanda dan gejala klinik seperti gangguan sistem perkemihan dan
masalah seksualitas. Kebanyakan dari masyarakat akan berobat jika keadaan
sudah memburuk. Jika keadaan penyakit sudah sangat buruk maka
penanggulangan harus dengan prosedur pembedahan.
Mengingat hal tersebut di atas maka diharapkan masyarakat harus peka
terhadap gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini, yaitu dengan cepat
mengontrolkan diri jika terjadi yang buruk yang mungkin terjadi bisa dicegah
secara dini.
Oleh karena itu peran perawat sangat penting, melalui perannya sebagai
tim kesehatan yang mempunyai tanggung jawab untuk membantu mengurangi
jumlah penderita penyakit BPH.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan BPH
sehingga dapat menerapkan konsep-konsep keperawatan yang telah
dipelajari.
2. Memperoleh gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada apsien
BPH di P.K. St. Carolus.
3. Untuk penugasan akhir dari mata ajar keperawatan medikal bedah V DKA
400.
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah :
1. Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan BPH.
2. Studi kasus
Yaitu dengan cara pengamatan langsung pada penderita BPH di Unit Lukas
P.K. Sint Carolus.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar, daftar isi yang
dilanjutkan dengan Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu tinjauan
teoritis yaitu berisi definisi, insiden, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,
tanda dan gejala, tes diagnostik, penatalaksanaan medik, komplikasi; konsep
asuhan keperawatan dan patoflowdiagram. Bab III yaitu pengamatan kasus
yang berisi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab IV
yaitu pembahasan kasus, Bab V yaitu kesimpulan dan diakhiri daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Benign prostatic hyperplasia adalah kondisi patologis yang paling
umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk
intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun. (Brunner & Suddarth,
2001).
Benign prostatic hyperplasia adalah penyakit yang pada umum
nyamenyeran gpria. Prostat adalah bagian saluran kemih yang seringkali
disebabkan oleh pertumbuhan yang non invasif. (Joyce M. Black, 1997).
2. Insiden
tempat
dimana
sperma
dibentuk.
Tubulus
koligentes
pria
yaitu
testosteron,
yang
menyebabkan
dan
memelihara
Faktor usia
Kanker prostat
5. Patofisiologi
Pembesaran kelenjar prostat benigna adalah suatu peningkatan
jumlah sel dalam kelenjar prostat (hiperplasia) daripada peningkatan
ukuran sel (hipertropi). Walaupun penyakit ini sebelumnya dikenal dengan
benign prostatic hypertropy, benign prostatic hyperplasia adalah nama
yang paling tepat. Seiring dengan penuaan usia, kelenjar periuretral
mengalami hiperplasia. Timbulnya BPH diduga karena adanya faktor
Cystitis
(sering
buang
air
kecil)
dan
bisa
timbul
Retensi urin
Inkontinensia urine
Dysuria
Sering b.a.k
Nocturia
Hematuria
Abdomen tegang
Mual, muntah
Demam
Fatique
Uremia
Mengejan
7. Tes Diagnostik
a. Darah rutin
Leukosit meningkat
Haemoglobin menurun
Hematokrit menurun
Trombosit menurun
b. Darah kimia
BUN meningkat
Kreatinin meningkat
c. Urine lengkap
Leukosit meningkat
Eritrosit meningkat
d. Cystoscopy
Pemeriksaan langsung dari kandung kemih dengan menggunakan
instrumen yang disebut cystoscopy. Pada pemeriksaan ini akan
menunjukkan adanya pembesaran kelenjar prostat.
e. EKG (elektrokardiogram)
Untuk menilai status jantung pre operasi, digunakan sebagai dasar
untuk membandingkan bila timbul perubahan.
f. IVP (INTra Venous Pyelogram)
Untuk melihat adanya obstruksi dan beratnya obstruksi ginjal.
g. PSA (Prostat Specific Antigen)
Digunakan untuk mendeteksi kanker prostat. PSA akan meningkat
dengan adanya kanker prostat.
h. USG (Ultra Sonography)
Trans Rectal Ultrasound (TRUS) dilakukan untuk mendeteksi kanker
prostat tak teraba.
8. Penanganan Medik
a. Farmakologi
1) -1-adrenergic
blockade
(mis,
terazosin)
digunakan
untuk
ada
penanganan
khusus
untuk
ejakulasi
retrograde.
b.
Mual
Muntah
Anorexia
BB menurun
Demam
c. Pola eliminasi
-
Retensi urine
Dysuria
Sering BAK
10
Nocturia
Mengejan
Fatigue
Impoten
Takut
Cemas
Depresi
k. Pola kepercayaan
-
Pre Operasi
a. Pola Persepsi pemeliharaan kesehatan
-
Mual
Muntah
Anorexia
Demam
11
c. Pola eliminasi
-
Retensi urine
Inkontinensia urine
Hematuria
Fatigue
Impoten
Takut
Cemas
Depresi
k. Pola kepercayaan
-
12
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Perubahan pola eliminasi : retensi urine b.d obstruksi aliran urine
2. Resiko infeksi b.d pemasangan kateter, retensi urine
3. Nyeri b.d retensi urine, distensi kandung kemih
4. Kecemasan b.d pembedahan yang akan dihadapi dan kurang
pengetahuan tentang aktivitas rutin dan aktivitas post operasi
Post Operasi
1. Resiko tinggi kurang volume cairan tubuh b.d obstruksi aliran urine
2. Nyeri b.d obstruksi kateter, spasme kandung kemih
3. Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan kateter
4. Resiko tinggi perubahan sexual : penurunan libido b.d cemas karena
inkontinensia.
5. Resiko tinggi perubahan pola eliminasi : retensi urine b.d obstruksi
kateter urine
3. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi : retensi urine b.d obstruksi aliran urine
Hasil Yang Diharapkan :
Pasien akan kembali mempertahankan eliminasi urine normal ditandai
dengan, keluaran urine 0,5 1 cc/kg BB/jam
Intervensi
1) Monitor intake cairan dan out put urine
Rasional : Menilai
keseimbangan
antara
pemasukan
dan
13
Intensitas nyeri 0 1
14
Intervensi
1) Kaji keluhan nyeri pasien, gunakan skala nyeri 0 10
Rasional : Menentukan tindakan yang akan dilakukan
2) Ajarkan pasien teknik relaksasi, menarik nafas dalam
Rasional : Relaksasi otot mengurangi nyeri
3) Anjurkan pasien untuk tirah baring
Rasional : Mengurangi ketegangan kandung kemih
4) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik
Rasional : Mengurangi nyeri
4. Kecemasan b.d pembedahan yang akan dihadapi dan kurang
pengetahuan tentang aktivitas rutin dan aktivitas post operasi
Hasil Yang Diharapkan :
Klien akan menyebutkan alasan pembatasan aktivitas, kateterisasi,
irigasi dan peningkatan asupan cairan.
Intervensi :
1) Pertegas penjelasan dokter tentang operasi yang telah dijadwalkan
dan jawab beberapa pertanyaan.
2) Jelaskan prosedur operasi yang telah diperkirakan seperti di bawah
ini :
- Kateterisasi
- Irigasi manual dan kontinyu
- Infus intra vena
3) Jelaskan pembatasan aktivitas yang diharapkan
- Tirah baring untuk hari pertama post operasi
- Mobilisasi aktif dimulai hari pertama post operasi
- Hindari aktivitas yang mengencangkan daerah kandung kemih
Rasional : 1 3 pemahaman klien dapat membantu mengurangi
kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan akibat
ketidaktahuan
4) Jelaskan bahwa hematuri sementara adalah normal dalam periode
segera setelah operasi
Rasional : Menyiapkan klien terhadap hematuri post operasi,
mencegah klien terkejut atas kejadian tersebut.
5) Jelaskan pentingnya asupan cairan
15
Post Operasi
1. Resiko tinggi kurang volume cairan tubuh b.d perdarahan post operasi
Hasil Yang Diharapkan :
Perdarahan post operasi dapat terkontrol, ditandai dengan
-
TD
: 60 100 x/menit
Hb
: 12 18 mg/dl
HL
: 37 52 %
Intervensi
1) Pantau tanda tanda perdarahan
Rasional : Selama 24 jam pertama setelah pembedahan, urine
berwarna pink atau merah terang, secara bertahap
menjadi kekuningan sampai sedikit berwarna pink
sampai hari keempat post operasi. Urine yang berwarna
merah terang dengan bekuan darah menunjukkan
pendarahan arteri.
2) Pantau keluaran urine lewat kateter
Rasional : Pendekatan pembedahan transurethra mengakibatkan
perdarahan hebat.
3) Instruksikan klien untuk menghindari mengedan ketika BAB
Rasional : Peningkatan tekanan pada kandung kemih dapat
meningkatkan penekanan pada daerah operasi dan
mencetuskan pendarahan.
4) Lakukan irigasi kandung kemih sesuai pesanan
Rasional : Irigasi kandung kemih kontinyu dengan normal saline
mengencerkan darah dalam urine untuk mencegah
pembentukan bekuan darah.
2. Nyeri b.d obstruksi kateter, spasme kandung kemih
16
Intervensi
1) Pantau nyeri suprapubik, spasme kandung kemih, sensasi terbakar
pada ujung penis, gunakan skala nyeri 0 10
Rasional : Iritasi dari kateter folley dapat menyebabkan spasme
kandung kemih dan nyeri pada ujung penis. Obstruksi
kateter
dapat
menyebabkan
retensi
urine
yang
yang
mengakibatkan
inkontinensia
urine
Suhu 36 37 oC
Intervensi
1) Jaga sterilitas sistem kateterisasi, rawat kateter secara teratur
dengan sabun dan air, olesi bethadin sekitar orifisium urethra
Rasional : Mencegah infeksi
2) Jaga drainase urine, hindari masuknya urine kembali ke dalam
kandung kemih
17
Intervensi
1) Siapkan lingkungan yang menjamin privasi dan rahasia untuk
diskusi dan dorong klien untuk mengekspresikan kekhawatirannya
Rasional : Banyak klien enggan untuk mendiskusikan hal hal
yang berkenaan dengan seksual. Privasi mungkin
mendorong klien berbagi rasa.
2) Gunakan istilah istilah umum jika mungkin dan jelaskan tentang
istilah istilah yang tidak umum.
3) Dorong klien untuk menanyakan kepada dokter selama di rawat dan
pada kunjungan lanjutan.
Rasional : Dialog terbuka dengan dokter mendorong untuk
mengklarifikasikan
kekhawatiran
dan
memberikan
18
Intervensi
1) Kaji keluhan pasien : kandung kemih penuh, nyeri
Rasional : Retensi kandung kemih dapat menyebabkan spasme
kandung kemih dan menyebabkan nyeri.
2) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional : Menilai
keseimbangan
pengeluaran.
antara
Pengeluaran
pemasukan
urine
yang
dan
kurang
19
C. PATOFLOWDIAGRAM
Etiologi BPH :
Faktor hormonal
Obstruksi sebagian/seluruh urethra
DP.
Perubahan
pola eliminasi
retensi urine
Retensi urine
urine menetes
Sering b.a.k
mengejan
Tekanan kand.
Kemih meingkat
Pemasangan kateter
Statis Urine
Batu
UTI
Refluks urine
Hematuria
Hidroureter
Syok hipovolemik
Hidroneprosis
Demam
Mual
Muntah
Gangguan
keseimbangan cairan
Gangguan
keseimbangan asambasa
DP.
Gangguan
keseimbangan asam
dan basa
20
21