FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT MINI
Oktober 2012
ANGIOEDEMA
DISUSUN OLEH:
Dewi Siswantini/ C11109138
PEMBIMBING:
dr. Maarifah Nadjar
: Dewi Siswantini
Judul Referat
: Angioedema
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu
kesehatan kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
ETIOLOGI
PATOGENESIS
GEJALA KLINIK
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
12
DAFTAR PUSTAKA
13
ANGIOEDEMA
PENDAHULUAN
3
ETIOLOGI
Hereditary angioedema
respiratorius)
dan
gangguan
Angioedema
disebabkan
oleh
disebabkan
oleh
autoimun.
Tipe
Sindrom Angioedema:
ultraviolet)
Angioedema sindrom yang berkaitan dengan sitokin (Gleichs syndrome)
Angioedema yang berkaitan dengan Thyroid autoimmune. (5)
Obat-obatan
Makanan
Lain-lain
narkotik
: kacang, telur, kerang, ikan, kedelai, gandum, susu
: venom, latex. (5)
PATOGENESIS
Urtikaria (angioedema) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I dimana
CD4+ dan sel T teraktivasi. Sel-sel ini mensekresi IL-4 dan IL-5 yang diikuti oleh
produksi antibodi IgE, pelepasan histamin oleh sel mast, dan aktivasi eosinofil.
Reaksi dapat dipicu oleh obat-obatan, makanan, dan bahan tambahan pada
makanan. Obat-obatan dapat juga menyebabkan non-alergik urtikaria dengan
adanya pelepasan histamin secara langsung oleh sel mast (reaksi farmakologi). (6)
Ada beberapa mekanisme penyebab timbulnya urtikaria atu angioedema yaitu:
Pelepasan histamin secara langsung oleh sel mast pada kondisi non-imun
GEJALA KLINIK
Hampir semua bagian tubuh terkena tetapi yang paling umum terjadi pada
mata, bibir, genitalia, tangan, dan kaki. Pembengkakan pada area ini dapat
berlangsung selama 2 atau 3 hari yang membengkak dari ukuran normal selama
beberapa jam. Bengkak akan berkurang selama beberapa hari kemudian. Gejala
gatal-gatal biasanya minimal. Effloresensi berupa lesi berbatas tegas yang
meninggi, eritema, dan gatal. Area edema yang terjadi pada superfisial dermis
disebut urtikaria, sedangkan edema pada area profunda dermis atau subkutan dan
submukosa disebut angioedema. Urtikaria dan angioedema dapat muncul
bersamaan. Angioedema biasanya nyeri dibandingkan urtikaria dengan gejala
yang gatal.(2,7)
DIAGNOSIS
riwayat
pasien,
mencari
apa
diagnosis
lengkap
jarang
(c) angioedema pada lidah. (2)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Laboratorium
Penentuan diagnosis dapat dibantu oleh riwayat keluarga dan riwayat
pasien. Pemeriksaan laboratorium dapat menetukan diagnosisnya apakah
angioedema herediter atau acquired angioedema.
(3)
DIAGNOSIS BANDING
-
Eritema multiformis : dapat timbul lesi urtikaria pada awal , tetapi ketika
lesi sudah muncul lebih dari 8 jam maka urtikaria dapat hilang.
Dermatitis herpetiformis : kadang-kadang disertai dengan erupsi urtikaria.
Eritema
multiformis (9)
Dermatitis
herpetiformis (9)
Erisipelas (9)
PENATALAKSANAAN
Terapi emergensi
Prioritas utama dalam menangani keadaan akut adalah mengatasi adanya
obstruksi saluran pernapasan. Adanya tanda-tanda awal gangguan saluran
pernapasan harus dilakukan intubasi segera. Edema laringeal merupakan jenis
yang progresif dan sekali hal itu terjadi maka akan sangat sulit untuk melakukan
intubasi endotrakeal sehingga membutuhkan tindakan trakeostomi. (5)
Untuk meningkatkan C1 esterase inhibitor, digunakan androgen yang
dilemahkan, khususnya danazol yang meningkatkan level C1 inhibitor dengan
baik dan sangat bermanfaat dalam terapi. Dosisnya yaitu 2030 mg/kg/hari
dengan dosis maksimum 800 mg/hari. Dapat juga diberikan pada anak-anak. C1
esterase inhibitor bisa juga digunakan untuk episode akut. (2)
Allergic Angioedema
Penatalaksanaan standar adalah dengan menghindari bahan-bahan yang
bersifat alergen. Bagaimanapun, pemberian antihistamin dan glukokortikoid dapat
memperberat gejala selama serangan akut. Edema laringeal dapat membaik
dengan pemberian epinefrin secara intramuskular atau pemberian melalui
endotrakeal tube. Pemberian antihistamin setiap hari dapat mengurangi beratnya
gejala tetapi sering tidak berfungsi dalam mencegah terjadinya serangan. (5)
Berikut ini jenis-jenis obat yang dapat diberikan :
Antihistamin
Histamin 1 receptor blocker (H1 blocker) dapat mengurangi gejala,
juga mengurangi gatal dan ukuran urtika apabila disertai dengan urtikaria.
Pemberian secara rutin dapat
berikut: (4)
o Fexofenadine (Telfast) 180 mg perhari
o Desloratadine (Neoclarityn) 5 mg perhari
o Cetirizine (Zirtek) 10 mg daily
o Acrivastine (Semprex) 8 mg 3x sehari
Kortikosteroid
10
Studi
terbaru
menunjukkan
bahwa
kortikosteroid
Adrenaline (epinefrin)
Obstruksi saluran napas kronik atau syok anafilaktik diterapi
dengan injeksi adrenalin intramuskular (0,5-1,0 mg: 0,5-1 ml dari 1/1000),
diulangi setiap 5 menit jika diperlukan. Antihistamin seperti klorfeniramin
diberikan secara perlahan melalui injeksi intravena merupakan kombinasi
yang sangat bermanfaat. Steroid intravena sering diberikan walaupun
hanya dapat mencegah terjadinya serangan dalam waktu beberapa jam. (4)
Pemberian epinefrin dapat menghilangkan bronkospasme, rasa
gatal, urtikaria, kongesti mukosa, angioedema dan kolaps kardiovaskular.
Efektivitas epinefrin akibat efek vasokonstriksinya melalui reseptor .
Disamping itu, epinefrin merangsang 2 pada sel mast dan menyebabkan
hambatan pelepasan mediator inflamasi histamin dan leukotrien. (10)
Diet
Salisilat yang terkandung pada makanan bisa memperberat urtikaria pada
lebih dari 3 kasus. Bahan makanan yang mengandung pengawet asam benzoat
11
dapat menyebabkan eksaserbasi pada 10% kasus. Harus diterapkan diet rendah
bahan-bahan yang mengandung komponen-komponen tersebut. (4)
PROGNOSIS
Urtikaria akut apabila terjadi selama kurang dari 6 minggu, jika lebih dari
6 minggu dikategorikan sebagai urtikaria kronik. Penyakit ini merupakan self
limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. (8)
Prognosis angioedema juga dapat menjadi buruk jika terjadi edema pada
saluran pernafasan. Edema yang muncul pada oral, faringeal, dan laringeal dapat
menyebabkan asfiksia sehingga menimbulkan kematian karena adanya gangguan
dan sumbatan pada saluran pernapasan. (2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Trozak DJ, Tennenhouse DJ, Russell JJ. Condition that can may simulate
common urticaria. In: Dermatology Skills for Primary Care. New Jersey:
Humana Press; 2006; p.142
2. White GM, Cox NH. Urticaria and pruritus. In: Disease of the Skin. UK:
WB Saunders; 2002; p.1-20
3. Habif TP. Urticaria and angioedema. In: Clinical Dermatology A Colour
Guide to Diagnosis and Therapy 4th Ed. USA: Mosby; 2004; p.130-134,
150-151
12
In:
13