PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panik merupakan reaksi pertama seseorang saat mendapati darah dalam
urine. Hal ini tentu
indikasi
adanya
saja
beralasan
penyakit
karena
kondisi
tersebut
bisa
jadi
nyata
ataupun yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dalam bahasa medisnya
disebut Hematuria.
Penyebab hematuria dapat disebabkan oleh kelainan di dalam sistem
saluran kencing atau di luar sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari
sistem saluran kencing antara lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau
tumor ganas seperti tumor ginjal, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan
hiperplasia prostat jinak. Ditambahkan, nyeri yang menyertai hematuria dapat
berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari
saluran kemih bagian bawah. Gejala khas dari hematuria yang disebabkan tumor
ginjal, prostat, dan kandung kencing adalah hematuria yang hilang timbul dan
hematuria tanpa disertai rasa nyeri.
Lebih lanjut dikatakan, kencing darah merupakan pertanda dari penyakit
yang perlu segera ditindak lanjuti secara serius. Untuk itu, disarankan semua
penderita kencing darah rutin melakukan pemeriksaan urine dan mikroskopis
yang tujuannya tak lain adalah untuk memastikan adanya sel darah merah dalam
urine dan tingkat keparahannya. Maka dari itu kami membuat makalah asuhan
keperawatan hematuria guna menjelaskan tentang tanda gejala dan talaksana
penyakit hematuria.
HEMATURIA
HEMATURIA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang
dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual
terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu :
1) Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik
yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler,
2010)
2) Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan
pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010).
Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah
merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah
(sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin
dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko
tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika
urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan
pandang besar.
2.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko
3
HEMATURIA
HEMATURIA
HEMATURIA
HEMATURIA
2.6 Diagnosis
Evaluasi Diagnosis. Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien
menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau
false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena
hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis
makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang
berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara
lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan peruretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses
miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C
Stoppler, 2010)
Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis.
Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera
otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase
plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka
remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi,
koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang
berkepanjangan. Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah
keunguan akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan.
Urin dapat berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan
metabolit urin.
HEMATURIA
2.7 Pemeriksaan
Pasien dengan hematuria makroskopik atau mikroskopik, tanpa adanya
bukti infeksi saluran urin perlu dievaluasi. Pada pemeriksaan mikroskopik urin
perlu ditemukan lebih dari lima sel darah merah per high power field pada
konsentrat spesimen urin atau dua sel darah merah per high power field pada
spesimen urin untuk membuktikan terdapatnya hematuria mikroskopik.
Oleh karena hematuria dapat terjadi secara intermitten, walaupun terdapat satu
saja terdeteksi adanya hematuria maka pasien perlu dievaluasi lebih lanjut.
Dibawah ini beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan
diagnosa, antara lain :
1) X-Ray polos bagian perut (foto polos abdomen), untuk melihat adanya
bayangan massa atau batu di ginjal maupun saluran kemih.
2) Ultrasonografi (USG) ginjal dan saluran kemih, pemeriksaan rongga
perut dengan menggunakan pancaran gelombang suara.
3) Intravenous Pyelografi (IVP), bagian dari pemeriksaan dengan X-Ray,
dimana cairan kontras disuntikkan melalui pembuluh darah vena. Setelah
bahan kontras yang disuntikkan sampai di ginjal dan saluran kemih,
gambar diambil beberapa seri, dalam periode 30 menit, dengan
menggunakan X-Ray.
4) Cystoscopy, pemeriksaan saluran kemih dan kandung kemih secara
visual, dengan menggunakan teropong serat optik yang dimasukkan lewat
urethra. Pada penderita usia lanjut, pemeriksaan ini dapat dibarengi
dengan melakukan biopsi, pada lesi yang dicurigai mengarah pada
keganasan
5) Urine Cytology, periksaan urine untuk memeriksaa sel-sel yang ada di
dalam urine, termasuk ada tidaknya sel-sel ganas (kanker)
6) CT Scan bagian perut dan pinggang (pelvis),
merupakan
pemeriksaangold standart
2.8 Penatalaksanaan
Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi maka perlu
dilakukan kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam fisiologis.
Jika gagal maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih lanjut dengan
evakuasi bekuan darah dan menghentikan sumber perdarahan. Jika perdarahan
sampai menyebabkan anemia maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi
7
HEMATURIA
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Data Umum
Tanggal pengkajian
Jam
: 00.00 wib
Oleh
Sumber data
1. Klien
2. Keluarga klien
3. Status klien
Metode pengumpulan data :
1. Observasi, pemeriksaan fisik
2. Wawancara
3. Studi dokumen
HEMATURIA
A. Identitas Pasien
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Umur
: 85 Tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Agama/Suku
: Islam/Jawa
Warga Negara
: Indonesia
Pendidikan
: Tidak Sekolah
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Dx. Medis
B. Penanggung Jawab
Nama
: Tn. S
: Gunungkidul, Yogyakarta
Pekerjaan
: Swasta
PENGKAJIAN DATA DASAR
2. Kesadaran
: Composmentis
Medikasi
Past Ilness
: tidak ada
Last meal
Environtmen
Tidak terdapat fraktur pada servikal, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
3. THORAKS
a. INSPEKSI
5
5
3.5 TERAPI
(Cantumkan nama, dosis dan cara pemberian obat dengan lengkap)
Ceftriaxone
2x1 gram
inj. Per IV
Tramadol
3x1 ampul
inj. Per IV
Ranitidin
2x1 ampul
inj. Per IV
Hasil
14,4
467
8,7
2,85
22
1,95
104
130
3,3
92
Nilai normal
4,8 10,8
150 450
12-15,00
3,97 4,97
6 20
0,7 12
80 140
137 - 145
ANALISA DATA
Data
Masalah
Kemungkinan
DS:
Nyeri akut
Penyebab
Agen
cedera
mengatakan
nyeri
pada
klien
menahan sakit
terlihat
meringis
biologis
TD : 130/80 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Skala nyeri 6
Klien terlihat memegangi perut
sambil duduk diatas tempat tidur
Terdapat nyeri tekan pada perut
kuadran bawah
DS:
Cemas
Krisis situasional
Resiko
Ketidakadekuatan
DO:
infeksi
mekanisme
DO:
N : 90x/menit
Klien gelisah
Wajah tegang
pertahanan primer
tanggal 21-5-2012
WBC 14,4 103/L
Albumin 2,85 g/dL
Warna urine kemerahan
DS: -
Resiko
DO:
cedera
Penurunan Hb
Usia : 85 tahun
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme pertahanan
primer
3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
PERENCANAAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
NOC (NURSING OUTCOME)
Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15
WIB
Setelah
dilakukan
dalam)
c. Berikan klien posisi yang nyaman
Kel
massase punggung
f. Kolaborasi pemberian analgesik
Kel
2. Resiko
infeksi
pertahanan primer
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
mekanisme
dilakukan
asuhan
tindakan.
Pengunjung
juga
tidak
sama
menunjukan
tanda-tanda
baik
dan rubor
c. Monitor temperatur
Kel
asuhan b. Kelola
Kel
tranfusi
darah
sesuai
dilakukan
asuhan
sebelumnya
pengamatan
terhadap
yang dideritanya
klien
penyakit
b. Berikan
informasi
tentang
berkurang
samping.
mempersiapkan
100x/mnt)
pengobatan
Bantu
diri
klien
dalam
Kel
Dari semua penjelasan diatas diharapkan bukan hanya tenaga medis atau
mahasiswa keperawatan saja yang mampu menguasai materi tentang penyakit
hematuria melainkan sebagai masyarakat awam perlu mengetahui tanda gejala
penyakit hematuria, dan bagi mahasiswa keperawatan perlulah mencari referensi
yang lebih banyak lagi untuk menambah pengetahuan yang lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Murwani, arita. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramajaya.
Jogjakarta.
Graham. 2002. Episodic gross hematuria in association with allergy symptoms in
a child. Clin Nephrol
Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi. SMF Urologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. CV.Infomedika : Malang. 27-8.
Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi. SMF Urologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. CV.Infomedika : Malang. 262.
Russo.1998. Gross hematuria of uncommon origin: the nutcracker syndrome. Am
J Kidney
Samsuhidajat R, De jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 737-39.
http://www.aafp.org/afp/20010315/1145.html