Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panik merupakan reaksi pertama seseorang saat mendapati darah dalam
urine. Hal ini tentu
indikasi

adanya

saja

beralasan

penyakit

karena

kondisi

tersebut

bisa

jadi

tertentu. Darah dalam kemih merupakan suatu

petanda yang perlu segera di tindak lanjuti dengan berbagai pemeriksaan


laboratorium. Hematuria merupakan suatu gejala yang penting pada berbagai
penyait ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memiliki arti dalam hal
diagnostic dan prognostic penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan
terarah supaya jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan.
Menurut spesialis urologi dr Eddy Sunarno, SpU dari Rumah Sakit
Balikpapan Husada (RSBH), kencing darah baik yang kelihatan secara

nyata

ataupun yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dalam bahasa medisnya
disebut Hematuria.
Penyebab hematuria dapat disebabkan oleh kelainan di dalam sistem
saluran kencing atau di luar sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari
sistem saluran kencing antara lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau
tumor ganas seperti tumor ginjal, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan
hiperplasia prostat jinak. Ditambahkan, nyeri yang menyertai hematuria dapat
berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari
saluran kemih bagian bawah. Gejala khas dari hematuria yang disebabkan tumor
ginjal, prostat, dan kandung kencing adalah hematuria yang hilang timbul dan
hematuria tanpa disertai rasa nyeri.
Lebih lanjut dikatakan, kencing darah merupakan pertanda dari penyakit
yang perlu segera ditindak lanjuti secara serius. Untuk itu, disarankan semua
penderita kencing darah rutin melakukan pemeriksaan urine dan mikroskopis
yang tujuannya tak lain adalah untuk memastikan adanya sel darah merah dalam
urine dan tingkat keparahannya. Maka dari itu kami membuat makalah asuhan
keperawatan hematuria guna menjelaskan tentang tanda gejala dan talaksana
penyakit hematuria.

HEMATURIA

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan bagaimana tinjauan teoritis dan konsep dasar asuhan
keperawatan hematuria ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui tinjauan teoritis dan konsep dasar asuhan keperawatan
hematuria ?
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai penyakit hematuria.
2. Sebagai bahan pembelajaran bagi tenaga medis khususnya mahasiswa
keperawatan.

HEMATURIA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang
dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual
terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu :
1) Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik
yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler,
2010)
2) Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan
pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010).
Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah
merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah
(sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin
dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko
tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika
urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan
pandang besar.
2.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko
3

HEMATURIA

Prevalensi hematuria asimtomatis pada dewasa yang dilaporkan sangat


bervariasi. Penelitian berbasis populasi telah menunjukkan tingkat prevalensi
kurang dari 1% hingga lebih dari 16%. Pasien yang beresiko tinggi penyakit
urologi, seperti pada usia lanjut, memiliki prevalensi hematuria yang lebih tinggi.
Kecenderungan (likelihood) penemuan penyakit urologi pada pasien-pasien ini
bervariasi yang berhubungan dengan faktor resiko antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

usia > 40 tahun


pria
riwayat merokok
riwayat terpapar bahan kimia (siklofosfamid, benzen, amin aromatik)
riwayat radiasi pelvis
gejala BAK iritatif (urgensi, frekuensi, disuri)
penyakit atau pengobatan di bidang urologi sebelumnya.
Meskipun kecenderungan adanya keganasan urologi pada pasien dengan

hematuria mikroskopis hampir 10%, tidak ada organisasi kesehatan yang


merekomendasikan skrining rutin mikrohematuri pada pasien yang asimtomatik.
Keputusan unruk melakukan urinalisis harus tetap berdasarkan evaluasi dan
intepretasi klinis.
2.3 Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk
saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan
keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa
insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan
umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala),
dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan
sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma
dari urinary tract. Genitourinari, Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan
asimptomatik mikrohematuria,sulit di identifikasikan penyebabnya. Akibatnya,
dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari
tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.
4

HEMATURIA

1) Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah :


a. Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis,
dan uretritis,
b. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms),
tumor grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor
prostat, dan hiperplasia prostat jinak,
c. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal,
d. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia,
e. Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
2) Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain
adalah:
a. Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
b. SLE,
c. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)
2.4 Tipe Hematuria
Ada 3 tipe hematuria, yaitu :
1) Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2) Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang
membuat pembuluh darah kecil melebar.
3) Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini
kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti
ureter atau ginjal.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi dari hematuria tergantung daripada etiologi / penyebabnya
dikarenakan untuk setiap kasus-kasus sistem genitourinari memiliki patofisiologi
hematuria yang berbeda. Adapun patofisiologi hematuria berdasarkan kasus
antara lain :
1) Glomerular Hematuria
peningkatan permeabilitas filtrasi glomerulus RBC termasuk dalam
filtrat glomerulus HEMATURIA
2) Trauma
trauma cedera pembuluh darah pecah HEMATURIA
3) Infeksi Saluran Kemih
5

HEMATURIA

ISK inflamasi eritema mukosa sal. Kemih eritema mudah berdarah


berdarah HEMATURIA
ISK batu struvit HEMATURIA
4) Keganasan proliferasi sel dalam jumlah besar pbtkn pembuluh darah
cedera pecah pembuluh darah HEMATURIA
5) Batu Saluran Kemih
(+) batu erosi/iritasi mukosa sal. kemih luka/ pendarahan darah
bercampur urine HEMATURIA
6) BPH (benign hyperplasia prostate)
hiperplasia angiogenesis straining pembuluh darah pecah

HEMATURIA
2.6 Diagnosis
Evaluasi Diagnosis. Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien
menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau
false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena
hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis
makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang
berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara
lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan peruretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses
miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C
Stoppler, 2010)
Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis.
Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera
otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase
plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka
remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi,
koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang
berkepanjangan. Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah
keunguan akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan.
Urin dapat berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan
metabolit urin.

HEMATURIA

2.7 Pemeriksaan
Pasien dengan hematuria makroskopik atau mikroskopik, tanpa adanya
bukti infeksi saluran urin perlu dievaluasi. Pada pemeriksaan mikroskopik urin
perlu ditemukan lebih dari lima sel darah merah per high power field pada
konsentrat spesimen urin atau dua sel darah merah per high power field pada
spesimen urin untuk membuktikan terdapatnya hematuria mikroskopik.
Oleh karena hematuria dapat terjadi secara intermitten, walaupun terdapat satu
saja terdeteksi adanya hematuria maka pasien perlu dievaluasi lebih lanjut.
Dibawah ini beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan
diagnosa, antara lain :
1) X-Ray polos bagian perut (foto polos abdomen), untuk melihat adanya
bayangan massa atau batu di ginjal maupun saluran kemih.
2) Ultrasonografi (USG) ginjal dan saluran kemih, pemeriksaan rongga
perut dengan menggunakan pancaran gelombang suara.
3) Intravenous Pyelografi (IVP), bagian dari pemeriksaan dengan X-Ray,
dimana cairan kontras disuntikkan melalui pembuluh darah vena. Setelah
bahan kontras yang disuntikkan sampai di ginjal dan saluran kemih,
gambar diambil beberapa seri, dalam periode 30 menit, dengan
menggunakan X-Ray.
4) Cystoscopy, pemeriksaan saluran kemih dan kandung kemih secara
visual, dengan menggunakan teropong serat optik yang dimasukkan lewat
urethra. Pada penderita usia lanjut, pemeriksaan ini dapat dibarengi
dengan melakukan biopsi, pada lesi yang dicurigai mengarah pada
keganasan
5) Urine Cytology, periksaan urine untuk memeriksaa sel-sel yang ada di
dalam urine, termasuk ada tidaknya sel-sel ganas (kanker)
6) CT Scan bagian perut dan pinggang (pelvis),

merupakan

pemeriksaangold standart
2.8 Penatalaksanaan
Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi maka perlu
dilakukan kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam fisiologis.
Jika gagal maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih lanjut dengan
evakuasi bekuan darah dan menghentikan sumber perdarahan. Jika perdarahan
sampai menyebabkan anemia maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi
7

HEMATURIA

infeksi maka harus diberikan antibiotik. Setelah gejala hematuria ditangani


selanjutnya dicari penyebab primernya
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya
tergantung pada penyebabnya :
1) Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
2) Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat
dilakukan ESWL atau pembedahan.
3) Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
4) Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau
kemoterapi.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Data Umum
Tanggal pengkajian

Jam

: 00.00 wib

Oleh

Sumber data

1. Klien
2. Keluarga klien
3. Status klien
Metode pengumpulan data :
1. Observasi, pemeriksaan fisik
2. Wawancara
3. Studi dokumen

HEMATURIA

A. Identitas Pasien
Nama Lengkap

Nama Panggilan

Umur

: 85 Tahun

Status Perkawinan

: Kawin

Agama/Suku

: Islam/Jawa

Warga Negara

: Indonesia

Pendidikan

: Tidak Sekolah

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Dx. Medis

: Susp Tumor Buli Gros Hematuria

B. Penanggung Jawab
Nama

: Tn. S

Hubungan Dengan Pasien : Anak Klien


Alamat

: Gunungkidul, Yogyakarta

Pekerjaan

: Swasta
PENGKAJIAN DATA DASAR

3.1 PRIMARY ASSESSMENT


AIRWAY :
1. Tidak ada sumbatan jalan napas
BREATHING :
1. RR: 20 x/menit
2. Menggunakan pernafasan dada
CIRCULATION :
1. TD: 130/ 80 mmHg, HR: 90 x/menit, S: 36,5C
2. Capilary refil <2 detik
3. Akral teraba hangat, tidak terdapat sianosis
3.2 FOKUS ASSESSMENT
1. KU

: Lemah, Klien BAK berdarah

2. Kesadaran

: Composmentis

3. Terpasang selang irigasi pada saluran kemih


4. Klien mengeluh satu bulan terakhir BAK tidak lancar dan seminggu yang
lalu sama sekali tidak dapat BAK kemudian mondok di RS N dipasang
dower cateter
5. Klien mengeluh sakit saat BAK, nyeri pada pinggang menyebar sampai
perut skala nyeri 6, , nyeri terasa setiap saat, bertambah sakit jika dalam
posisi tidur terlentang
6. Klien takut kalau tidak segera reda nyerinya dan segera sembuh.
3.3 SEKUNDER ASSESSMENT
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit yang sama
dan penyakit lainnya
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (AMPLE) :
Alergi

: tidak ada alergi

Medikasi

: injeksi ceftriaxone 1 gram, injeksi tramadol 1 ampul,


injeksi ranitidin 1 ampul

Past Ilness

: tidak ada

Last meal

: nasi dan lauk hanya habis sedikit

Environtmen

: klien tidak bekerja

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :


Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menurun maupun menular seperti DM, jantung, hipertensi, asma, HIV, TBC
dan lain-lain.
3.4 PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA DAN MAKSILOFASIAL :
Kepala mesosephal tidak ada cedera, tidak ada bekas luka, rambut
beruban, muka klien terlihat meringis menahan sakit, wajah tegang, klien
gelisah, suara klien gemetar.
2. VERTEBRA SERVIKALIS DAN LEHER :

Tidak terdapat fraktur pada servikal, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
3. THORAKS
a. INSPEKSI

Dada simetris, tidak terdapat oedem, tidak terdapat lesi, pernafasan


dada, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan
b. AUSKULTASI :
Suara vesikuler
c. PERKUSI

Sonor disemua lapang paru


d. PALPASI

Tidak terdapat nyeri tekan, ekspansi dada simetris, tidak terdapat


krepitasi
4. ABDOMEN
a. INSPEKSI :
Abdomen terlihat flat, tidak terdapat lesi, dinding abdomen simetris.
b. AUSKULTASI :
Peistaltik usus 7 x/menit.
c. PERKUSI :
timpani
d. PALPASI :
Supel, tidak teraba masa, terdapat nyeri tekan pada kuadran bawah.
5. PERINEUM / REKTUM / VAGINA
Terpasang dower kateter sejak tanggal .., urin bag selalu penuh karena
irigasi, urin berwarna merah. Genetalia bersih tidak terdapat lesi, rektum
bersih tidak terdapat lesi.
6. MUSKULOSKELETAL
Anggota gerak lengkap, tidak terdapat fraktur pada ekstremitas, tidak ada
tremor, kekuatan otot normal

5
5

3.5 TERAPI
(Cantumkan nama, dosis dan cara pemberian obat dengan lengkap)
Ceftriaxone

2x1 gram

inj. Per IV

Tramadol

3x1 ampul

inj. Per IV

Ranitidin

2x1 ampul

inj. Per IV

3.6 DATA LABORATORIUM


(Cantumkan hasil pemeriksaan lab, nilai normalnya & interpretasi hasilnya)
Hasil laboratorium patologi klinik tanggal
Parameter
WBC
PLT
HGB
Albumin
BUN
Creatinin
GDS
Natrium
Kalium
Chlorida

Hasil
14,4
467
8,7
2,85
22
1,95
104
130
3,3
92

Nilai normal
4,8 10,8
150 450
12-15,00
3,97 4,97
6 20
0,7 12
80 140
137 - 145

ANALISA DATA
Data

Masalah

Kemungkinan

DS:

Nyeri akut

Penyebab
Agen
cedera

Klien mengeluh sakit saat BAK


Klien

mengatakan

nyeri

pada

pinggang menjalar sampai perut


Klien mengatakan skala nyeri 6
Klien mengatakan nyeri terasa
setiap saat bertambah sakit jika
tidur terlentang
DO:
Wajah

klien

menahan sakit

terlihat

meringis

biologis

TD : 130/80 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Skala nyeri 6
Klien terlihat memegangi perut
sambil duduk diatas tempat tidur
Terdapat nyeri tekan pada perut
kuadran bawah
DS:

Cemas

Krisis situasional

Suara klien gemetar


DS: -

Resiko

Ketidakadekuatan

DO:

infeksi

mekanisme

Klien mengatakan takut kalau tidak


segara sembuh

Klien mengeluh tentang nyerinya


yang tidak segera reda

DO:
N : 90x/menit
Klien gelisah
Wajah tegang

Terpasang dower kateter sejak

pertahanan primer

tanggal 21-5-2012
WBC 14,4 103/L
Albumin 2,85 g/dL
Warna urine kemerahan
DS: -

Resiko

DO:

cedera

Urine terlihat merah di urine bag


Hb : 8,7 g/dL
WBC : 14,4 103/L
Klien gelisah

Penurunan Hb

Usia : 85 tahun
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme pertahanan
primer
3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

PERENCANAAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
NOC (NURSING OUTCOME)
Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15
WIB

a. Kaji tingkat nyeri PQRST

Setelah

dilakukan

asuhan b. Ajarkan teknik relaksasi (nafas

keperawatan selama 60 menit, nyeri


klien berkurang dengan kriteria :
-

NIC (NURSING INTERVENTION)


Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15 WIB

dalam)
c. Berikan klien posisi yang nyaman

klien menyatakan rasa nyeri d. Anjurkan klien agar melakukan


berkurang

aktivitas seperti duduk, jalan atau

Skala nyeri 4-5

miring ke kanan dan ke kiri

Wajah klien lebih rileks

e. Libatkan keluarga untuk dapat


memberikan tindakan nyaman ;

Kel

massase punggung
f. Kolaborasi pemberian analgesik
Kel
2. Resiko

infeksi

pertahanan primer

berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

mekanisme

NOC (NURSING OUTCOME)


Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15
WIB
Setelah

NIC (NURSING INTERVENTION)


Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15 WIB
a. Cuci tangan sebelum melakukan

dilakukan

asuhan

tindakan.

Pengunjung

juga

keperawatan selama 60 menit klien

dianjurkan melakukan hal yang

tidak

sama

menunjukan

tanda-tanda

infeksi dengan criteria :

b. Jaga personal higiene klien dengan

Tidak ada kalor, tumor, dolor

baik

dan rubor

c. Monitor temperatur

TTV dalam batas normal

d. Hindari / batasi prosedur invasi f

(TD = 120/80 mmHg, N : 60-

dan jaga aseptik prosedur

100x/mnt, RR : 6-24x/mnt, S e. Kolaborasi dengan dokter untuk


memberikan
antibiotik
bila
: 36 37,5C)
diindikasikan
Kel

Kel

3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb


NOC (NURSING OUTCOME)
Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15
WIB
Setelah

a. Cek laboratorium untuk kadar Hb


dilakukan

asuhan b. Kelola

keperawatan selama 60 menit, tidak


terjadi cedera dengan kriteria :
-

NIC (NURSING INTERVENTION)


Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15 WIB

Hb meningkat 9,0 g/dL

Kel

tranfusi

darah

sesuai

dengan golongan darahnya


c. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy obat
d. Anjurkan klien makan makanan
tinggi zat besi
Kel

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional


NOC (NURSING OUTCOME)
Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15
WIB
Setelah

NIC (NURSING INTERVENTION)


Selasa 22-05-2012, jam 01 : 15 WIB
a. Tentukan

dilakukan

asuhan

keperawatan selama 60 menit, cemas

sebelumnya

pengamatan
terhadap

yang dideritanya

klien
penyakit

klien berkurang dengan kriteria :

b. Berikan

informasi

tentang

Wajah klien lebih rileks

Klien mengatakan cemasnya c. Jelaskan pengobatan, dan efek

prognosis secara akurat

berkurang

samping.

N dalam batas normal (60-

mempersiapkan

100x/mnt)

pengobatan

Bantu
diri

klien
dalam

d. Berikan lingkungan yang tenang


dan nyaman

Kel

e. Pertahankan kontak dengan klien,


bicara & sentuhlah dengan wajar
Kel
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam
urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu : Hematuria makroskopik dan Hematuria
mikroskopik.
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Ada 3
tipe hematuria, yaitu : Initial hematuria, Terminal hematuria, Total hematuria.
Patofisiologi dari hematuria tergantung daripada etiologi / penyebabnya
dikarenakan untuk setiap kasus-kasus sistem genitourinari memiliki patofisiologi
hematuria yang berbeda. Diagnosa yang didapatkan dari pengkajian di atas yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme
pertahanan primer
3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
4.2 Saran

Dari semua penjelasan diatas diharapkan bukan hanya tenaga medis atau
mahasiswa keperawatan saja yang mampu menguasai materi tentang penyakit
hematuria melainkan sebagai masyarakat awam perlu mengetahui tanda gejala
penyakit hematuria, dan bagi mahasiswa keperawatan perlulah mencari referensi
yang lebih banyak lagi untuk menambah pengetahuan yang lebih luas lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Murwani, arita. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramajaya.
Jogjakarta.
Graham. 2002. Episodic gross hematuria in association with allergy symptoms in
a child. Clin Nephrol
Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi. SMF Urologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. CV.Infomedika : Malang. 27-8.
Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi. SMF Urologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. CV.Infomedika : Malang. 262.
Russo.1998. Gross hematuria of uncommon origin: the nutcracker syndrome. Am
J Kidney
Samsuhidajat R, De jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 737-39.
http://www.aafp.org/afp/20010315/1145.html

Anda mungkin juga menyukai