Oleh :
Prabawa Yogaswara
Aisyah Nur Aini
Hayin Naila Nikmatika
G4A013085
G4A013086
G4A013103
PRESENTASI KASUS
GRAVIDA 1 PARA 0 ABORTUS 0 USIA 25 TAHUN
HAMIL 36 MINGGU 2 HARI JANIN TUNGGAL HIDUP
INTRA UTERIN PRESENTASI KEPALA PUNGGUNG KIRI
BELUM INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT DAN
HIPOALBUMINEMIA
Oleh :
Prabawa Yogaswara
Aisyah Nur Aini
Hayin Naila Nikmatika
G4A013085
G4A013086
G4A013103
Pembimbing
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan presentasi
kasus ini. Presentasi kasus yang berjudul Gravida 1 Para 0 Abortus 0 Usia 25
Tahun Hamil 36 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi
Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Pre Eklampsia Berat dan
Hipoalbuminemia ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik CoAss Universitas Jenderal Soedirman di SMF Ilmu
Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono
Soekarjo.
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Hendro Boedhi H, Sp.OG selaku pembimbing kami yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, masukan yang berarti, serta terima kasih bagi
teman-teman atas kerjasama yang baik.
Penyusun menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca. Semoga pembahasan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penyusun maupun pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian terbesar
pada ibu hamil, selain infeksi dan perdarahan. Tahun 2005 Angka Kematian
Internal (AKM) di rumah sakit seluruh Indonesia akibat preeklamsia dan
eklamsia sebesar 4,91% (8.397 dari 170.725). Merupakan golongan penyakit
obstetric yang paling banyak menyebabkan kematian dengan Case Fertility
Rate 2,35% (Rizal, 2008).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih (Rukiyah, 2010). Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih (Sujiyatini, 2011).
Preeklampsia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
insufisiensi plasenta yang dapat mengakibatkan hipoksia ante dan
intrapartum, pertumbuhan janin terhambat dan persalinan prematur. Hipoksia
janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran dan transport oksigen dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan persediaan oksigen dan dalam pengeluaran karbon dioksida
(Winknjosastro et al, 2007).
Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
seluruh dunia. Pada ibu dapat berkomplikasi sebagai hemolysis, elevated liver
enzymes, dan thrombocytopenia (HELLP Syndrome), gagal ginjal, kejang,
gangguan hati, stroke, penyakit jantung hipertensi, dan kematian sedangkan
pada fetus dapat mengakibatkan persalinan preterm, hipoksia neurogenik,
kecil masa kehamilan (KMK), dan kematian (Baumwell S., 2007).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui penatalaksanaan kasus preeklampsia berat pada kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi preeklampsia berat
b. Mengetahui etiologi dan patofisiologi preeklampsia berat
c. Mengetahui penatalaksanaan di bidang obstetri pada preeklampsia
berat
d. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada kasus preeklampsia berat
BAB II
LAPORAN KASUS
A IDENTITAS PENDERITA
A. Identitas
Nama
: Ny. A
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat
: Bondolharjo 07/10, Panggelan
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan
: Karyawan Swasata
Alamat
: Bondolharjo 07/10, Panggelan
Agama
: Islam
Tanggal masuk RSMS: 20 Januari 2015
Tanggal periksa
: 13 Februari 2015
No.CM
: 926134
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
2. Keluhan Tambahan
Bengkak di seluruh tubuh
3. RPS
Pasien baru datang ke IGD RSMS dengan surat rujukan peserta
PT.ASKES dari RSUD Hj Ana Lasmanah Banjarnegara pada tanggal
20 Januari 2015 pukul 17.30 WIB dengan G1P0A0 usia 25 tahun hamil
37 minggu dengan PEB, IUGR dan Hipoalbuminemia.
Pasien menyangkal mengeluhkan kenceng-kenceng dan keluar
lendir darah dari jalan lahir. Pasien juga menyangkal keluar air ketuban
lewat jalan lahir. Pasein mengeluhkan adanya kaki bengkak sejak usia
kandungan 7 bulan dan bengkak juga pada kelamin sejak 1 minggu
yang lalu serta sedikit sesak nafas. Pasien tidak mengeluhkan pusing
dan tidak juga merasa mual dan muntah. Pasien mengaku mulai
mengetahui tekanan darahnya tinggi sejak kontrol pada bulan ke-7
kehamilan.
4. RPD
a. Penyakit Jantung
: disangkal
b. Penyakit Paru
: disangkal
: disangkal
d. Penyakit Ginjal
: disangkal
e. Penyakit Hipertensi
f. Riwayat Alergi
5. RPK
a. Penyakit Jantung
: disangkal
b. Penyakit Paru
: disangkal
: disangkal
d. Penyakit Ginjal
e. Penyakit Hipertensi
f. Riwayat Alergi
6. Riwayat Menstruasi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
a. Menarche
: 13 tahun
b. Lama haid
: 6 hari bersih
c. Siklus haid
: teratur/30 hari
d. Dismenorrhoe
: tidak ada
7. Riwayat Menikah
Pasien menikah sebanyak satu kali selama sembilan bulan.
8. Riwayat Obstetri
G1P0A0
I
:Hamil ini
HPHT
: 8 Mei 2014
HPL
: 15 Februari2015
UK
: 36+2 minggu
9. Riwayat ANC
Pasien rutin kontrol kehamilan ke RSUD Banjarnegara sesuai waktu
yang dijadwalkan.
10. Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB jenis apapun.
11. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Operasi
: tidak ada
b. Riwayat Kuret
: tidak ada
c. Riwayat Keputihan
: tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign
: Sedang
: GCS E4M6V5
: TD : 150/100 mmHg
N
: 96 x/menit
RR : 32 x/menit
S
: 36.50C
1. Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : mesocephal, simetris
Mata
: simetris, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
refleks pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm,
edema palpebra -/Telinga
: discharge -/Hidung
: discharge -/-, nafas cuping hidung -/Mulut
: sianosis (-), lidah kotor -/b. Pemeriksaan leher
Trakea
: deviasi (-)
Gld Tiroid
: ttb
Limfonodi Colli: ttb
JVP
: 5+2 cm
c. Pemeriksaan Toraks
1) Paru
Inspeksi
: dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
intercosta (-), pulsasi epigastrium (-), pulsasi
parasternal (-)
: Vokal fremitus paru kanan = paru kiri
Ketinggalan gerak (-)
Perkusi
: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
: SD vesikuler, RBH +/+, RBK -/-, Wh -/2) Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi
: ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
.
ictus cordis kuat angkat (-)
Perkusi
: batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi
: S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)
3) Pemeriksaan Abdomen
Inspkesi
: cembung, venektasi (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) N
Perkusi
: pekak, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-)
Hepar
: tidak teraba
Palpasi
Lien
: tidak teraba
4) Pemeriksaan ekstermitas
Superior
: edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis
-/: edema (+/+), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis
Inferior
: Cembung gravid
Perkusi
: pekak janin
Genitalia Eksterna
Inspeksi : edema vulva (+)
Vaginal Toucher:
Pembukaan (-), portio tebal.
D. Diagnosis
G1P0A0, 25 Tahun, hamil 36 minggu 2 hari, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin,
Presentasi Kepala, Punggung Kiri, belum inpartu dengan Pre Eklampsia Berat
dan Hipoalbuminemia.
E. Plan
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Pemeriksaan Urin Lengkap
3. EKG
F. Pemeriksaan Penunjang
Lab 20/01/2015
Darah lengkap
Hb
: 12,7 g/dl
(12-16 g/dl)
(4800-10800 U/L)
Ht
( 37-47 %)
: 33 %
Eritrosit : 4,1/ul
( 4,2-5,4/ul)
Trombosit: 408.000/ul
( 150.000-450.000/ul)
MCV
: 78,7 Fl
( 79-99 fL)
MCH
: 30,7 pg
( 27-37 pg)
MCHC
: 39,0 %
( 33-37%)
RDW
: 13.0 %
( 11,5-14,5 %)
MPV
: 10,4fL
(7,2-11,1 fL)
PT
: 8.6
(11,5-15,5 detik)
APTT
: 38.3
(28-40 detik)
Kimia Klinik
Total protein
: 4,52 g/dL
(6,40-8,20)
Albumin
: 1,58 g/dL
(3,40-5.00)
Globulin
: 2,94 g/dL
(2,70-3,20)
EKG
Pemeriksaan EKG dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo pada
tanggal 20 Januari 2015. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar 1. EKG Ny. A
G. Tatalaksana
a. Terapi di IGD
- Infus RL&
-
MgSO4 8gr
Cek DL,
PT/APTT, UL,
EKG
Pasang DC
Lapor Residen
dr.Fiona,
instruksi :
Siapkan SC
Cito
Inj Furosemid 1 amp
Inj MgSO4 20%
7-8-9
- Rawat ICU post SC
b. Terapi Post SC
- Inf RL + 10 IU oxytocin 20tpm
- Inj MgSO4 20% 1gr/jam
- Inj Ceftriaxone 2x1gr
- Inj Analgetik
- Pengawasan KU, VS, PPV, TFU, ASI, diuresis dan tanda-tanda
depending eklampsia
c. Catatan Pemantauan Pasien 2 Jam Post Partus SC
Tabel 1. Catatan Pemantauan Pasien 2 Jam Post SC
Jam
22.00
TD
160/10
N
100
RR
24
22.15
0
160/10
104
TFU
2 jari bawah pusat
UC
Keras
Urin PPV
100cc 20cc
22
Keras
150cc 20cc
22.30
22.45
0
156/110 98
147/10 110
22
20
Keras
Keras
200cc 20cc
250cc 10cc
23.15
1
145/10
120
23
Keras
250cc 10cc
23.45
5
154/10
113
24
Keras
400cc 10cc
S
36,5
36,3
Hari ke-24 post SC, tepatnya Kamis tanggal 14 Februari 2014 pukul 9.45 WIB
pasien Ny.A dinyatakan meninggal dunia.
H. Diagnosis Akhir
P0A0 usia 25 Tahun, Post SCTP+IUD atas indikasi Pre Eklamsia Berat dan
Hipoalbuminemia.
BAB III
DISKUSI MASALAH
A. Diagnosis awal pasien ini adalah G1P0A0, 25 Tahun, hamil 37 minggu Janin
Tunggal Hidup Intra Uterin, Presentasi Kepala, Punggung Kiri, belum inpartu
dengan Pre EklampsiaBerat, dan Hipoalbuminemia.
Diagnosis ini sudah tepat, berdasarkan:
a. G1P0A0
Pasien hamil untuk pertama kalinya dan belum pernah keguguran
b. Hamil aterm
Usia kehamilan adalah 37 minggu
c. Janin Tunggal
Teraba satu bagian pada Leopold I, satu punggung pada Leopold II dan
satu bagian pada Leopold III
d. Janin Presentasi Kepala Punggung Kiri
Pemeriksaan pada LII teraba tahanan memanjang di kiri dan L III
didapatkan satu bagian bulat keras dan bagian tersebut sudah masuk Pintu
Atas Panggul
e. Belum inpartu
Pada pemeriksaan dalam belum ditemukan pembukaan serviks, belum
keluar lendir darah, dan belum terasa his yang sering.
f. Pre Eklamsia berat
Memenuhi kriteria diagnosis PEB yaitu hipertensi dan proteinuria positif.
g. Hipoalbuminemia
Dibuktikan dengan edema ekstremitas dan edema vulva, serta kadar
albumin sebesar 1,58 g/dL.
B. Tatalaksana yang dilakukan di IGD adalah: infus RL & MgSO4 8gr, cek DL,
PT/APTT, UL, EKG, pasang DC, dan rencana SC Cito. Setelah dilaporkan
kepada Residen dr.Fiona, tata laksananya yaitu : Siapkan SC Cito, Inj
Furosemid 1 amp, Inj MgSO4 20%, usaha Albumin 25% 1kolf. Dilakukan SC
Cito pada pasien tanggal 20 Februari 2015 pukul 21.15 di OK IGD. Bayi lahir
perempuan, Berat badan : 2050 gr, Apgar skor : 7-8-9, Rawat ICU post SC.
Terapi Post SC di ICU adalah : Inf RL + 10 IU oxytocin 20tpm, Inj MgSO4
20% 1gr/jam, Inj Ceftriaxone 2x1gr, Inj Analgetik dan Pengawasan KU, VS,
PPV, TFU, ASI, Diuresis, dan tanda-tanda depending eklampsia.
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat. Pasien pre eklamsia berat
dengan hamil aterm penanganannya adalah dengan terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan pada kasus ini dipilih dengan cara SC karena mengingat
usia kehamilan pasien sudah aterm sehingga harus diterminasi dengan SC
karena belum didapatkan tanda-tanda inpartu pada pasien dan kondisi pasien
yang memburuk ditambah dengan hipoalbuminemia.
Keadaan pasien post SC tidak menunjukkan perbaikan. Pasien masih
mengalami edema anasarka. Kadar albumin tetap rendah, ditambah dengan
anemia dan trombositopenia. Pasien juga mengalami penurunan kesadaran.
Hari ke-24 post SC, tepatnya Kamis tanggal 14 Februari 2014 pukul 9.45 WIB
pasien Ny.A dinyatakan meninggal dunia.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Preeklampsia
1. Definisi
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan
proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rukiyah, 2010). Preeklampsi
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Sujiyatini,
2011).
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini
(Wiknjosastro, 2008):
a. Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg.
b. Proteinuria 5 g dalam 24 jam; 3+ atau 4+ pada pemeriksaan
kualitatif
c. Oliguria, air kencing 400 ml dalam 24 jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
e. Edema paru dan sianosis.
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah istirahat mencapai
140/90 mmHg atau lebih dengan menggunakan fase V Korotkoff (titik di
mana suara denyut menghilang) untuk menentukan tekanan diastolik
(Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005; Queenan, Hobbins &
Spong 2010). Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau
lebih protein dalam urin per 24 jam atau sama dengan pemeriksaan
kualitatif menunjukkan 1+ dipstick secara menetap pada sampel acak
urin, menggunakan urin midstream yang diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005;
Queenan, Hobbins & Spong 2010). Dahulu edema tungkai dipakai
sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak
dipakai
lagi,
kecuali
edema
generalisata
(anasarka).
Perlu
preeklamsia adalah:
Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular,
sehingga terjadi penurunan produksi prostsiklin (PGI 2) yang pada
kehamilan normal meningkat, aktifasi pengumpulan dan fibrinolisis,
yang kemudian akan digant trombin dan plasmin,trombin akan
mengkonsumsi anti trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel
b.
(Rukiyah, 2010).
Peran faktor imunologis
Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbu
lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat ditererangkan bahwa
pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap
sistem
(RAAS)
(Rukiyah, 2010).
Preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu
hamil, disamping infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil
ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan
kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut
antara lain,gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim.
Preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali,
kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40
tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang
kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya,
riwayat
preeklamsia
pada
ibu
atau
saudara
perempuan,
mengalami
iskemia,
yang
akan
merangsang
prostasiklin
(PGE2)
yang
merupakan
suatu
vasodilator kuat.
2. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (TXA2) yaitu suatu vasokonstriktor kuat. Dalam
Kadar
NO
menurun
vasopresor,
sedangkan
yaitu
endotelin
meningkat.
6. Peningkatan faktor koagulasi
c. Teori intoleransi imunologik ibu dan janin
Pada perempuan normal respon imun tidak menolak adanya hasil
konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human
Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G) yang dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu. HLA-G juga
akan mempermudah invasis el trofoblas kedalam jaringan desidua
ibu. Pada plasenta ibu yang mengalami pre eklamsia terjadi ekspresi
penurunan HLA-G yang akan mengakibatkan terhambatnya invasi
trofoblas ke dalam desidua. Kemungkinan terjadi ImmuneMaladaptation pada pre eklamsia.
d. Teori Adaptasi kardiovaskular
Pada kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan
vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
rangsangan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih
tinggi untuk menimbulkan respon vasokonstriksi. Refrakter ini
terjadi akibat adanya sintesis prostalglandin oleh sel endotel. Pada
pre eklamsia terjadi kehilangan kemampuan refrakter terhadap bahan
vasopresor sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan vasopresor sehingga pembuluh darah akan mengalami
vasokonstriksi dan mengakibatkan hipertensi dalam kehamilan.
e. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal.
Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin.
Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami pre eklamsia, 26% anak
menghambat
aktivasi
trombosit,
dan mencegah
b. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat dalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atu lebih disertai
protein urin dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah, 2010).
Gejala dan tanda pre eklamsia berat:
1) Tekanan darah sistolik >160 dan diastolik >110 mmHg atau
lebih.
2) Proteinuria >3gr/liter/24 jam atau positif 3 atau positif 4
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.
6) Gangguan perkembangan intra uterin
7) Trombosit <100.000/mm3
4. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan
darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi
air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Pada preeklampsia yang
berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah
organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham, 2005).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan
agregasi platelet.
Penumpukan
trombus
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan
defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
kehamilan.
Gejala
lain
yang
menunjukkan
pada
vascular
accident,
kardiopulmonari
edema,
retardasi
untuk
manfaat
isirahat
akan
banyak
a. Terminasi Kehamilan
Indikasi
Keadaan Ibu:
pengobatan
Keadaan Janin
protein 1,5g/kgBB. Bila uremia, protein 0,6 g/kgBB. Jika ada edema paru,
payah jantung kongestif, edema anasarka, berikan (Wiknjosastro, 2012) :
Diuretik furosemid 40 mg
O2 nasal kanul 4 6 l/menit
AGD untuk koreksi asidosis
Nifedipin + O2 + posisi setengah duduk + furosemid bolus TD dan
b. Pengobatan Medisinal
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Segera MRS
Tirah baring miring ke satu sisi.
Infus D5 : RL 2:1 (60-125 ml/jam)
Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam
Antasida
Obat-obatan:
Anti kejang:
a) Sulfas Magnesikus (MgSO4)
Syarat-syarat pemberian MgSO4
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas
10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan I.V pelan
dalam 3 menit.
Refleks patella positif kuat
Frekuensi pernapasan > 16 kali per menit, tanda distress
pernafasan (-)
Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBB/jam).
Cara Pemberian:
Jika ada tanda impending eklampsi dosis awal
diberikan IV + IM, jika tidak ada, dosis awal cukup IM
saja. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20
cc) selama 4 menit (1 gr/menit) atau kemasan 20% dalam
25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4
gram di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 %
dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang
tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
Dosis ulangan diberikan setelah 6 jam pemberian
dosis awal, dosis ulangan 4 gram MgSO4 40% diberikan
secara intramuskuler setiap 6 jam, bergiliran pada bokong
kanan/kiri dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3
hari.
Penghentian MgSO4 :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,
hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
dibutuhkan
penurunan
tekanan
darah
1 gr/6 jam/IV/hari.
Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena
kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75
mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum
janin lahir.
Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari. Syarat:
Trombositopenia (<60.000/cmm)
Perawatan Konservatif
a. Indikasi perawatan konservatif
1) Bila kehamilan preterm kurang dari 37 minggu
2) Tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia
3) Keadaan janin baik.
b. Pengobatan medisinal :
1) Awal diberikan 8 g SM 40% IM bokong kanan- bokong kiri
dilanjutkan dengan 4 g IM setiap 6 jam
2) Bila ada perbaikan atau tetap diteruskan 24 jam
3) Apabila setelah 24 jam ada tanda-tanda perbaikan maka
pengobatan diteruskan sbb: beri tablet luminal 3 x 30 mg/p.o
4) Anti hipertensi oral bila TD masih > 160/110 mmHg.
c. Pengobatan obstetri :
1) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap
pengobatan konservatif gagal dan harus diterminasi.
4) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
5) Penderita dipulangkan bila :
-
B. Sectio Caesaria
Sectio Caesaria adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding
tentang
3.509
abdomen
kasus
dan dinding
uterus.
Menurut
statistic
caesaria
atas
indikasi
pre
eklamsia
adalah
suatu
BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien ini adalah Gravida 1 Para 0 Abortus 0 Usia 25 Tahun Hamil
37 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala Punggung
Kiri Belum Inpartu dengan Pre Eklampsia Berat Dan Hipoalbuminemia
2. Penegakan diagnosis pasien ini didasarkan oleh anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang lainnya.
3. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg
disertai proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam.
4. Penanganan pasien ini dilakukan dengan segera terminasi kehamilan secara
section caesaria.
DAFTAR PUSTAKA
ACOG. 2002. Practice Bulletin : Diagnosis and Management of Preeklampsia
and Eclampsia.
Angsar, MD 2009, Hipertensi dalam kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirodrdjo, edk 4, eds. T Rachimhadhi & Wiknjosastro GH,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan
pencapaian
tujuan
Rukiyah,
Ai Yeyeh
AsuhanKebidanan IV Patologi.
Jakarta:TIM; 2010
Sudhaberata. 2005. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. UPF. Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Rumah Sakit Umum Tarakan
Kalimantan Timur
Sujiyatini dkk. 2011. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta Pusat
Wiknjosastro, H. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
16