Urgensi Amanah Dan Fokus Kerja Dalam Dakwah
Urgensi Amanah Dan Fokus Kerja Dalam Dakwah
Sebagai walid, ayah atau ibu, murobbi berperan dalam ikatan emosional. Ia berperan
menguatkan mutarobbinya bila mereka sedang dalam keadaan futur (lemah). Menanyakan
kabarnya, mengayominya, menenangkannya, menjadi pembimbingnya.
Sebagai syaikh, murobbi adalah pengarah jiwa yang selalu memberi oase ilmu dan
memberikan sentuhan jiwa dalam spiritual dan ruhiyah. Selalu baru. Selalu maju. Selalu
bersemangat dan selalu bermanfaat untuk ummat.
Sebagai guru (ustadz), murobbi mesti tidak berhenti belajar dan menimba ilmu. Sebab
ia bertugas mengajarkan Al-Quran dan Kitab, memberi suplai ilmu, memberikan wawasan
baru sehingga murid-murid merasa tenteram bersamanya.
Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS Al Mujadilah: 11)
Murobbi adalah qaid, panglima yang berwibawa, pemimpin yang berkharisma,
inovatif dalam amalnya, kreatif mencari alur bagi para pengikutnya, pelopor dalam kebaikan,
teladan dalam kebajikan, motivator di tengah kelesuan, motor dalam perubahan.
Tentunya sebagai qaid, murobbi tidak hanya duduk-duduk saja. Tapi ia selalu
terdepan dalam berprestasi dan inovasi tak pernah henti, agar bagaimanapun murobbi tetap
lebih unggul.
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri, dan di antara
mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS
Fathir: 32)
Itulah beberapa peran seorang murobbi dalam tarbiyah. Rasulullah adalah imamnya
yang utama. Al Quran dan Sunnah adalah pilar utama. Allah tujuannya. Syahid cita-citanya.
Adapun kader adalah pahlawan. Karena ia rela mengambil peran di tengah kesulitan,
menapaki resiko di saat orang menghindar, meraih momentum saat manusia masih terkagumkagum, dan menyusun kerja besar saat orang lain belum tersadar.
Untuk bisa membentuk kader seperti itu, diperlukan energi yang besar dan kerja yang
keras. Energi dalam tubuh ada yang namanya energi inti (quantum). Energi ini selalu
bergerak mengitari pusat orbitnya. Begitu pun tarbiyah, diperlukan quantum di dalamnya.
Menjadi kader inti (quantum tarbiyah) berarti selalu begerak sesuai pusat orbitnya, fokus,
taat, istiqomah, dan tak kenal lelah. Berputarlah bersama Islam sebagaimana ia berputar.
Karena gerakan itulah, ia memiliki energi dahsyat yang takkan pernah habis kecuali Allah
menghendaki.
Tidak mudah untuk menjadi kader inti. Tapi juga tidak terlalu sulit jika kita mau
mencobanya. Ada beberapa karakter khas kader inti dalam dakwah, sebagai berikut:
1. Bersedia membina diri (Tarbiyah Dzatiyah)
Dalam dakwah, kader inti adalah mereka yang bersedia membina diri dan
menyerahkan segala komitmennya buat perjuangan dakwah. Komitmennya tulus, tujuannya
lurus, amal-amalnya bukan untuk mencari fulus, kerjanya serius, pikirannya diasah terus, dan
langkah-langkahnya maju terus.