Anda di halaman 1dari 3

Nama : WIDIYARJA

NIM

: 10917A0046
TUGAS
EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti Piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan alat berupa
piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan tes,
ujian atau percobaan.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas
yaitu istilah test, testing, tester, dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian yang
berbeda. Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran
dan penilaian. Tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau
eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen). Sedangkan
testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta tes, peserta ujian) atau pihak yang dikenai
percobaan (tercoba).
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul
Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological
Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku
dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L Goodenough, tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan
membandingkan kecakapan mereka satu dengan yang lain.
Dari definisi-definisi tersebut diatas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia
evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan
oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.

B. Persyaratan Tes
- Seorang guru yang belum berpengalaman menyusun tes mengadakan tes bahasa
Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa pertanyaan yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap isi bacaan tersebut, tetapi
hanya meliputi bagian awan dari bacaan. Disamping itu, siswa diminta untuk mengambil
beberapa kata sukar dari bacaan itu dan menerangkan artinya. Pada waktu tes
berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak memberi kesempatan kepada
siswa untuk saling bekerja sama. Tes berjalan dengan tertib.
- Seorang guru yang sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan baik. Kebetulan
guru ini juga mengajar bahasa indonesia. Seperti halnya guru pertama, ia memberikan
sebuah bacaan dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan. Setelah itu
diikuti oleh deretan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa. Pada waktu
pelaksanaan tes, guru ini mendadak sakit dan pengawasan terhadap pelaksanaan tes,
seorang guru muda yang baik hati. Dibiarkannya saja anak-anak bercakap-cakap
merundingkan jawaban pertanyaan itu, atau anak-anak yang dengan sengaja
mengeluarkan buku catatan dan melihat-lihat isinya.
Dengan gambaran dua buah situasi tes diatas dapat dengan cepat diambil kesimpulan
bahwa keduanya merupakan contoh pelaksanaan tes yang tidak diharapkan. Keduanya tidak
akan menghasilkan informasi yang baik tentang siswa.
Dari contoh pertama, yang kurang baik adalah tesnya. Pertanyaan disusun dengan kurang
cermat. Para siswa dibebaskan untuk memilih sendiri kata-kata yang sukar dan
menerangkannya. Dengan demikian akan terdapat banyak sekali variasi jawaban sehingga
guru akan menjumpai kesulitan pada waktu menilai. Guru tidak dapat memperoleh
gambaran tentang tingkat kemampuan siswanya. Nilai yang diperoleh tidak dapat
dimanfaatkan untuk mendiaknosis maupun untuk mengisi rapor.
Dari contoh kedua, tes yang disusun oleh guru sudah baik. Dengan pengarahan dari guru,
yakni memberikan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa, guru dapat
memperoleh informasi siswa mana yang sudah menguasai bahan dan siswa mana yang
belum. Akan tetapi kesalahannya terletak pada pelaksanaan atau administrasi tes. Oleh
karena situasinya memberikan peluang kepada siswa untuk saling menyeragamkan jawaban,
maka guru tidak dapat memperoleh gambaran siapa sebenarnya siswa yang sudah menguasai
bahan pelajaran sehingga dapat menjadi sumber informasi dan menjual jasa kepada kawankawannya.
Dari contoh dan keterangan ini semua dengan singkat dapat dikatakan bahwa sumber
persyaratan tes didasarkan atas dua hal yakni menyangkut mutu tes dan menyangkut
pengadministrasian dalam pelaksanaan.

C. Ciri- Ciri Tes


Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yakni memiliki :
1. Validitas
Perlu dipahami terlebih dahulu perbedaan arti istilah validitas dengan valid.
Validitas merupakan sebiah kata benda. Sedangkan valid merupakan kata sifat. Dari
pengalaman sehari-hari tidak sedikit orang mengatakan tes ini baik karena sudah
validitas jelas kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar adalah tes ini sudah baik
karena sudah valid atau tes ini baik karena memiliki validitas yang tinggi.
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak
diukur.
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa
inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Seperti halnya istilah
validitas dan valid kekacauan dalam penggunaan istilah reliabilitas sering
dikacaukan dengan istilah reliabel. Reliabilitas merupakan kata benda, sedangkan
reliabel merupakan kata sifat atau keadaan. Sebuah tes dikatakan dapat dipercaya
jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.
3. Objektifitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa obyektif berarti
tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari obyektif alah subyektif
artinya terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan
memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektif
yang mempengaruhi.
4. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang
mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjukpetunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh orang lain.
5. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
dibutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang
lama.
Referensi
Arikunto Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Sudijono Anas. 2011. Pengantas Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai