Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATAU ANAK

DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI


ISPA (BRONCHOPNEUMONIA) dan ASTHMA

ISPA (bronchopneumonia)
Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan mampu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mampu memahami pengertian bronchopneumonia


Mampu memahami etiologi bronchopneumonia
Mampu memahami patofisiologi bronchopneumonia
Mampu memahami manifestasi klinis bronchopneumonia
Mampu memahami pemeriksaan penunjang bronchopneumonia
Mampu memahami komplikasi dan prognosis bronchopneumonia
Mampu memahami penatalaksanaan medis bronchopneumonia
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada bayi atau

anak

dengan

bronchopneumonia
Bab ini menjelaskan terlebih dahulu mengenai konsep gangguan sistem pernafasan respirasi
yaitu bronchopneumonia mulai dari pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan pada
bayi atau anak dengan bronchopneumonia.

Asthma
Tujuan Pembelajaran :

Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan mampu


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mampu memahami pengertian asthma


Mampu memahami etiologi asthma
Mampu memahami patofisiologi asthma
Mampu memahami klasifikasi asthma
Mampu memahami manifestasi klinis asthma
Mampu memahami penatalaksanaan medis asthma
Mampu memahami pemeriksaan penunjang asthma
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada bayi atau anak dengan asthma

Bab ini menjelaskan terlebih dahulu mengenai konsep gangguan sistem pernafasan respirasi
yaitu asthma mulai dari pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan medis, pemeriksaan penunjang, serta asuhan keperawatan pada bayi atau
anak dengan asthma.

BRONCHOPNEUMONIA

1. PENGERTIAN

Merupakan keradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak
dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan
dapat juga akibat penyakit komplikasi. Macam pneumonia antara lain :
Pertama, pneumonia lobaris yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari
lobus paru dan bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
Kedua, pneumonia interstisial yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar dan
jaringan peribronkhial serta interlobaris.
Ketiga, adalah bronkkhopneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang
dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus.
Bronkhopneumonia dapat juga dikatakan suatu keradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah,diare , batuk kering dan produktif.
Adapun deskripsi lain dari pneumonia yaitu :
1) Pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru ( bronkiolus, duktus
dan kantung alveolus, dan alveoli ) yang menganggu pertukaran udara
2) Pnemonia diklasifikasikan menurut agnes etiologinya , dan juga lokasi dan luas
paru yang terkena
a. Pnemonia lobaris menyerang segmen luas pada satu lobus atau lebih
b. bronkopneumonia dimulai pada ujung bronkiolus dan mengenai lobules yang
terdekat
c. pneumonia intersisial menyerang dinding alveolus dan jaringan peribronkial
serta lobular
3) Pneumonia rata-rata terjadi pada dua sampai empat anak dalam populasi 100
orang anak dan lebih sering terlihat selama akhir musim dingin dan awal musim
semi.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau juga disertai kesukaran
bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam ( servere
chest indrawing ) pada usia anak 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok
usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan gejala batuk, kesukaran bernafas
disertai gejala sianosis sentral dan tidak bisa minum. Sementara itu untuk anak
dibawah 2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60
kali per menit atau lebih atau juga disertai penarikan kuat pada dinding dada setelah
bawah ke dalam.
Anak dengan daya tahan tubuh terganggu akan menderita pnemonia berulang
atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Fakor lain yang yang
dapat mempengaruhi timbulnya pnemonia ialah daya tahn tubuh yang menurun akibat

malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia,
aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna.
2. ETIOLOGI
1) Pneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus atau mikoplasma,
atau aspirasi benda asing
2) Organisme utama penyebab pneumonia bakteri pada bayi berusia kurang dari 3
bulan adalah streptococcus pneumonia, streptococcus grup A, staphylococcus,
basil garam-negatif, basil enterik , dan Chlamydia. Pada anak-anak berusia antara
berusia antara 3 bulan dan 5 tahun , S. pneumonia, H. influenza ( menurun sejak
diberikan vaksin ), staphylococcus merupakan organism umum penyebab
pneumonia bakteri.
3) pneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakteri . Penyebba
paling sering pneumonia virus pada bayi adalah RSV. Adeno-associated virus,
virus influenza dana parainfluenza merupakan organism yang biasanya
menyebabkan pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar.
4) Pneumonia mikoplasma mirip dengan pneumonia virus, kecuali bahwa organism
Mycoplasma lebih besar dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma terjadi lebih
sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun.
3. PATOFISIOLOGI
Pneumoni merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsolidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus. Saat saluran napas bagian bawah
terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan napas.
Darah dipirau di sekitar area yang tidak berfungsi ini sehingga menyebabkan
hipoksemia. Pneumonia biasanya terjadi sebagai penyakit primer atau jarang terjadi
setelah penyebaran hematogen. Pneumonia dapat terlokalisasi pada satu area yang
spesifik ( pneumonia lobular ) atau diseminata di seluruh paru ( bronkopneumonia ).
Organisme penyebabnya adalah bakteri , virus, atau mikoplasma. Pneumonia bakterial
biasnaya disebabkan oleh pneumokokus, streptokokus, atau stafilokokus. Virus
sinsisium respiratori ( respiratory syncytial virus, RSV ) merupakan organisme
penyebab pada sebagian besar pneumonia viral. Organisme penyebab lainnya adalah
virus influenza, adenovirus, rinovirus, rubeola, dan varisela. Pneumonia mikoplasma
umunya terjadi pada anak yang lebih tua dan orang dewasa muda. Anak yang
mengalami fibrosis kistik, sindrom aspirasi, imunodefisiensi , gangguan neurologis,
atau malformasi pulmonal kongenital atau di dapat berisiko lebih tinggi untuk
mengalami pneumonia.

PATHWAY

Bakteri (pneumokokus,
streptococcus haemolitikus,
stafilokokus)

BRONKHOPNEUMONIA

Virus
Aspirasi

INFEKSI PARENKIM PARU


( ALVEOLI DAN BRONKHUS )
EKSUDAT INTRA-ALVEOLUS

RETENSI MUKUS

Gangguan Pertukaran gas

Bersihan jalan napas


Tidak efektif

Oksigen Berkurang
4. MANIFESTASI KLINIS
Hiperventilasi
Bronkhopneumonia didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian tas selama
beberapa hari. Pneumonia bervariasi yang bergantung pada usia anak, respons
sistemik anak terhadap obstruksi jalan napas. Takipnea, demam ( suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 38-40 dan kadang disertai kejang , dan batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit , tetapi setelah beberapa hari
mula-mula kering kemudian produktif., batuk pada penderita pneumonia juga disertai
penggunaan otot bantu napas dan suara napas abnormal, anak sangat gelisah,
pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung
dan mulut, kadang-kadang disertai muntah dan diare. Pemeriksaan radiografi dan
berbagai pemeriksaan laboratorium ( seperti kultur sputum, hitung sel darah putih, dll)
, akan membantu dalam menegakkan diagnosis.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, ( untuk menghitung sel darah putih ( leukosit )

HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP


Pemeriksaan Sputum, diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Kultur
sputum dapat menentukan organisme penyebab.
Kultur darah, pewarnaan gram.
2. Pemeriksaan Bronkografi dan foto sinar-X dada.
3. Titer antistreptosilin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diasnogtik
pnemonia streptokokus.

6. KOMPLIKASI dan PROGNOSIS


1. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empisema, otitis media akut. Mungkin juga
komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh
seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat.
2. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kuang dari 1%. Bila pasien disertai mal nutrisi energi malprotein (MEP)
dan pasien yang datang terlambat angka mortalitasnya masih tinggi.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji retensi. Akan tetapi, karena
hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan :
Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti

ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.


Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran glukose
5% dan NACl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10mEq/500

ml/botol infus.
Karena sebagian pasien jatuh ke dalam asodosis metabolik akibat kurang makan
dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah

arteri/
Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah di rawat di rumah sakit.

8. ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA

BAYI

ATAU

ANAK

DENGAN

BRONCHOPNEUMONIA
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Dapatkan data-data yang menggambarkan gejala mencakup awitan, durasi, lokasi,
dan pencetusnya. Gejala-gejala utama meliputi :
1. Napas pendek
2. Kesulitan bernapas
3. Nyeri dada
4. Kesulitan makan dan mengisap pada bayi
5. Kongesti nasal, pilek, dan bersin
6. Batuk
b. Gali riwayat, pranatal, individu, dan keluarga terhadap faktor-faktor resiko gangguan
pernapasan.
1) Faktor resiko pranatal mencakup infeksi pada ibu, ibu perokok, atau
menggunakan marijuana,kokain atau heroin.
2) Faktor risiko individu mencakup riwayat perinatal pada perubahan warna
mekonium atau ventilasi mekanis saat lahir, atau prematuritas; riwayat penyakit
kronis seperti gangguan jantung, asma, fibrosis kistik, HIV dan AIDS; atau
pejanan terhadap rokok tembakau pasif atau iritans lingkungan.
3) Faktor resiko keluarga mencakupriwayat keluarga terhadap alergi, asma,
tuberkulosis, atau fibrosis kistik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
1. Pantau suhu tubuh terhadap hipertemia dan hipotermia, yang dapat
mengindikasikan adanya infeksi.
2. Pantau frekuensi, kedalaman, dan kualitas pernapasan. Inspirasi yang
memnjang dapat menunujukkan obstruksi jalan napas pada bagian atas;
ekspirasi yang memanjang dapat menunjukkan gangguan obtruktif, seperti
asma.

b. Inspeksi
1. Amati kesadaran, perubahan status mental, tingkat aktivitas, dan tanda-tanda
kelelahan. Kecemasan dan gelisah merupan tanda awal gawat napas. Amati
posisi tubuh anak. Catat tanda-tanda dehidrasi.
2. Catat adanya dan karakteristik batuk (yaitu, batuk produktif dan non produktif
serta jenisnya [kasar/keras, diserati sesak napas, serangan batuk hebat, kuat
atau basah]).
3. Amati perubahan warna kulit, terutama, sianosis.
4. Amti usaha tambahan dalam bernapas, catat adanya dispnea, stridor,
mendengkur pernapasan cuping hidung, dan adanya serta keparahan retraksi
intrakostal, suprasternal, sternal, dan substernal.
5. Mati diameter pada anterposterior yang memnjang dapat mengindikasikan
udara terperangkap dalam alveoli.
c. Perkusi
Lakukan perkusi terhadap adanya suara tumpul. Suara tumbul dapat
menunjukkan bahwa cairan atau jaringan padat telah menggantikan udara.
d. Auskultasi
1. Catat kualitas suara napas.
2. Catat adanya suara paru tambahan (mis. Ronkhi, ronkhi basah, dan mengi)

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Utama

Ketidakefektifan Pola Nafas

Definisi

Pola napas yang mengakibatkan konsumsi


oksigen tidaka dekuat (gagal memenuhi
kebutuhan sel tubuh)

Kemungkinan Berhubungan dengan

Infeksi paru (sebutkan apakah disebabkan


oleh bakteri, virus, atau mikoplasma)

Diagnosis Keperawatan Utama : Pola napas yang mengakibatkan konsumsi oksigen tidaka
dekuat (gagal memenuhi kebutuhan sel tubuh)
Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subyektif &
Obyektif):
Batuk, tidak produktif pada tahap awal,
namun menjadi produktif pada tahap

akhir
Rabas nasal
Dispnea
Takipnea
Penurunan suara napas
Pernapasan mendengkur
Retraksi

Kriteria Hasil

Demam
Takikardia
Diaforesis
Krekels
Sianosis
Leukositosis
Tanda infiltrasi yang terdapat pada
sinar-X dada

Kemungkinan

Rasional

Evaluasi

Intervensi

Pencatatan

Keperawatan
Anak akan memiliki Kaji dan catat hal Jika anak mengalami Dokumentasikan
pola

napas

efektif berikut ini setiap 4 ketidakefektifan

pola rentang

frekuensi

yang ditandai dengan

jam dan PRN:

napas,

frekuensi pernapasan,

Frekuensi

Frekuensi

pernapasan,

frekuensi frekuensi

jantung, dan suhu akan dan

pernapasan dalam

pernapasan,

rentang yang dapat

frekuensi jantung, berubah, dan anak akan suara

diterima (sebutkan

berupaya lebih keras setiap

dan suhu

Suara napas
rentang spesifik)
Suara napas bersih Tanda/gejala
ketidakefektifan
dan sama secara
bilateral A dan P
Tidak ada
1. Batuk
2. Rabas nasal
3. Retraksi
4. Sianosis
5. Diaforesis
Sinar-X
dada
bersih

dengan

pola

napas

(seperti

yang

terdapat

dalam

untuk bernapas.

jantung,

suhu.jelaskan
napas

dan

tanda/gejala

ketidakefektifan
pola

napas

yang

terlihat.

pengkajian). Beri
tahu
tentang

dokter
sikap

abnormalitas.
Ketika

Secara tidak langsung Dokumentasikan

diameter A-P yang menggunakan

mengukur

saturasi rentang

tepat
Saturasi

oksimeter nadi,catat oksigendan


dapat
oksigen hasilpembacaan
digunakan
untuk
(melalui oksimeter setiap1-2 jam dan menentukan
apakah
nadi) 94%-100% PRN
terapi
efektif
atau
di udara ruangan
mengindikasikan
Suhu
dalam
kebutuhan
untuk
rentang yang dapat
mengubah terapi.
diterima
yiatu Berikan
oksigen Oksigen
yang
36,5C-37,2C
yang dilembabkan dilembabkan
akan
Frekuensi jantung
dalam jumlah dan mendilatasi vaskulator
dalam
rentang
rute pemberian yang pulmonal,
yang
yang
dapat
benar. Catat persen meningkatkan
area
diterima (sebutkan
oksigen dan rute permukaan
yang
rentang spesifik)
untuk
Hitung SDP dalam pemberian. Kaji dan tersedia
catat
kefektifan perukaran gas. Oksigen
rentang yang dapat
terapi.
sumber ekstra juga
diterima (sebutkan
akan memungkinkan
rentang spesifik)
oksigenasi yang lebih
Tidak
ada
tanda/gejala

baik

ketidakefektifan

tubuh

jalan

membantu

napas

(seperti

yang

terdapat

dalam

pengkajian)

TUJUAN

untuk

saturasi

oksigen

Dokumentasikan
jumlah

dan

rute

pemberian
oksigen.jelaskan
kefektifannya.

jaringan
sehingga

memperbaikipertukaran
gas.
Jika diindikasikan, Antibiotik

diberikan Dokumentasikan

berikan

mengatasi apakah

antibiotik untuk

antibiotik

sesuai jadwal. Kaji infeksi.

diberikan

sesuai

dan catat setiap efek

jadwal.

samping (mis, ruam,

setiap efek samping

diare)

yang terlihat.

Jelaskan

PENYULUHAN
Pastikan
anak

dan/atau fisioterapi
dilakukan

bahwa Perkusi

dada Dokumentasikan

dada mengencerkan sekresi apakah


sesuai dan pengaturan posisi dada

fisioterapi
dilakukan

keluarga

akan jadwal.dorong anak dapat membantu aliran sesuai

mampu menyebutkan untuk batuk selama sekresi


4

tanda/

gejala dan setelah terapi. paru-paru

ketidakefektifan pola Kaji


napas, seperti
Batuk
Pernapasan

dan

yang

kulit dari merah


ke

abu-abu atau biru


Demam

dari Jelaskan

melalaui kefekrifannya

catat gaya gravitasi. Hal ini resposs

kefektifan terapi.

cepat
Rabas nasal
Perubahan warna
muda/coklat

keluar

jadwal.

membantu

terhadap

memperbaiki

terapi.

pembersihan

dan
anak

terhadap

jalan

napas dan pola napas.


Jika diindikasikan, Antipiretik
berikan

antipiretik untuk

sesuai

jadwal.kaji demam.

dan

digunakan Dokumentasikan
menurunkan apakah

antipiretik

dibutuhkan

catat

jelaskan

kefektifannya.

keefektifannya

Lakukan

Pengisapan membantu Dokumentasikan

pengisapan

PRN mengeluarkan

jika

tidak yang yang berlebihan pengisapan

anak

mampu

dan

pada

sekresi frekuensi dan jenis


jika

gilirannya diindikasikan.

membersihkan jalan membantu


napas. Catat jumlah memperbaiki
dan

dan

Jelaskan jumlah dan


pola karakteristik sekresi.

karakteristik napas.

sekresi.
Perikasa dan catat Perubahan hasil sinar- Dokumentasikan
hasil sinar-X dada X
jika diindikasikan.

dada

dapat hasil sinar-X dada

mengindikasikan
kebutuhan

jika diindikasikan.
untuk

perubahan terapi.
Perikasa dan catat Hasil
SDP
yang Dokumentasikan
hasil

SDP.

Beri abnormal

yahu

dokter

jika mengindikasikan

dapat SDP jika ada.

hasilnya berada di infeksi.


luar rentang normal.
Ajarkan

Peningkatan

anak/keluarga

pengetahuan

Dokumentasikan
akan apakah penyuluhan

tentang karakteristik membantu

anak/ dilakukan

ketidakefektifan

dalam jelaskan hasilnya.

keluarga

pola napas. Kaji dan mengenali


catat hasilnya.
Anak
keluarga

atau Ajarkan
mampu keluarga

tentang anak/keluarga

menyatakan

Dokumentasikan
akakn apakah penyuluhan

perawatan. Kaji dan memungkinkan

pengetahuan tentang catat

pengetahuan perawatan yang akurat.

perawatan seperti

dan

Fisioterapi dada
Pemberian obat
Inditifikasi

anak/keluarga

setiaptanda/ gejala
ketidakefektifan
pola napas (seperti
yang

dan

melaporkan perubahan
kondisi anak.
anak/ Penyuluhan

dan/

dan

dilakukan

dan

je;askan hasilnya.

partisipasi

dalam

perawatan

terkait

fisioterapi

dada,pemberian
obat, dll.

terdapat

dalam pengkajian)
Kapan
menghubungi
perawatan
kesehatan

Diagnosis Keperawatan

Kekurangan Volume Cairan

Definisi

Penurunan

jumlah

volumr

cairan

yang

bersikulasi
Kemungkinan yang berhubungan dengan

Gawat napas
Penurunan asupan cairan
Peningkatan kehilangan air yang tidak
disadari akibat pernapasan yang cepat
Demam

Diagnosis Keperawatan: Kekurangan volume cairan yangberhubungan dengan gawat napas,


penurunan asupan cairan, peningkatan kehilangan air yang tidak disadari akibat [ernapasan
yang cepat, demam
Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subyektif dan
Obyektif):
Kehilangan hasrat pada makanan atau

cairan
Lesu
Letargi
Demam
Takipnea
Takikardia
Hipotensi

Muntah
Diare
Membran mukosa kering
Penurunan yurgor kulit (kulit kembali ke
benruk semula dalam waktu lebih dari 2-3

detik)
Pengeluaran haluaran urine

Kriteria Hasil

Kemungkinan

Rasional

Evaluasi Pencatatan

Intervensi
Keperawatan
Anak akan memiliki Buat catatan asupan Memberikan

Dokumentasikan

volume cairan uang dan haluaran yang informasi


adekuat,

yang akurat.

ditandai dengan
Asupan

Jika status dehidrasi anak.

dindikasikan, dorong Penurunan

haluaran

cairan pemberian cairan per urine

adekuat,
dan/atau

IV oral.
oral

(sebutkan jumlah
spesifik
yang

tentang asupan dan haluaran.

asupan
dibutuhkan

mengindikasikan
dehidrasi.
Memberikan

Kaji dan catat


Cairan

IV

dan informasi

Dokumentasikan
tentang jumalah

cairan

IV

kondisi area IV status cairan pasien. dan jelaskan kondisi

setiap jam
oleh setiap anak)
Frekuensi
Suhu
dalam
pernapasan,
rentang yang dapat
frekuensi jantung,
diterima,
yaitu
tekanan darah, dan
36.5C-37,2C
suhu setiap 4 jam
Frekuensi
pernapasan,

dapat

dan PRN
Tanda/gejala

Penting

untuk area

mencatat

IV

jumlah dengan

bersama
setiap

cairan IV setiap jam intervensi


untuk

memastikan dibutuhkan.

bahwa

anak

kelebihan
frekuensi

yang

tidak Dokumentasikan
cairan, rentang

frekuensi

jantung pernapasan, frekuensi

frekuensi

kekurangan

jantung,dan

volume

tekanan

darah

dalam

rentang

yang

dapat

akan

meningkat jantung,

cairan pertama

seperti

terdapat

kali,

yang akhirnya

frekuensi gejala

setiap4 jam dan meningkat,

rentang

spesifik

PRN

yang

masing-

dapat

kekurangan

anak

mengalami

kehilangan air yang


tidak dapat disadari

urine

yang

adekuat (sebutkan
rentang

suhu.

pernapasan dan suhu cairan yang terlihat.

diterima (sebutkan

masing)
Haluaran

dan

menurun. Jelaskan setiap tanda/

dalam Jika

pengkajian)

dan darah,

tekanan

spesifik; Periksa

dan

menyebabkan

dehidrasi.
catat Berat jenis

berat jenis urine pada


1-2 ml/kg/jam)
Berat jenis urine setiap berkemih atau
1,008-1,020
sesuai indikasi.
Membran mukosa Kaji
dan
catat

urine Dokumentasikan

memberikan
informasi

rentang berat jenis


tentang urine

status hidrasi.
Memberikan

Jelaskan

status

lembap
kondisi
membran informasi
tentang membran
mukosa
Kulit kembali ke
mukosa dan turgor status hidrasi.
dan turgor kulit.
bentuk
semula
kulit setiap sif dan
dalam waktu cepat
PRN.
(kurang dari 2-3 Berikan perawatan Perawatan
mulut Dokumentasikan
detik)
Tidak ada
1. Letargi
2. Lesu
3. Muntah
Tidak

mulut setiap 4 jam diperlukan


dan PRN.

untuk apakah

perawatan

mengatasi membran mulut yang dilakukan


mukosa yang kering.

dan

jelaskan

kefektifannya

ada

tanda/gejala
kekurangan
volume

cairan

(seperti

yang

yerdapat

dalam

pengkajian)
TUJUAN
PENYULUHAN
Anak

dan/

atau Ajarkan

anak/ Oeningkatan

Dokumentasikan

keluarga

akan keluarga

tentang oengetahuan

mampu menyebutkan karakteristik


minimal

akan apakah

membantu

anak/ dilakukan

4 kekurangan volume keluarga

karakteristik

volume hasilnya.

dan

melaporkan

cairan, seperti

perubahan

Kehilangan hasrat

anak.

pada

dan

dalam jelaskan hasilnya.

cairan. Kaji dan catat mengenali

lelurangan

penyuluhan

kondisi

makanan

atau cairan
Letargi
Muntah
Penurunan
haluaran urine
Demam

Diagnosis Keperawatan : Kekurangan volume cairan (lanjutan)


Kriteria Hasil
Kemungkinan
Rasional

Evaluasi pencatatan

Intervensi
Anak

dan/

keluarga

Keperawatan
atau Ajarkan

Penuyuluhan

akan anak/keluarga

anal/keluarga

mampu menyatakan tentang


pengetahuan tentang Kaji
perawatan, seperti
Kebutuhan

dan

pengetahuan

catat peeawatan
dan akurat.

anak partisipasi

untuk cairan tepat


Pemantauan
asupan

perawatan. memungkinkan

anak/keluarga dalam
perawatan

terkait

dan kebutuhan

anak

haluaran
untuk cairan yang
Identifikasi setiap
tepat,
pemantauan
tanda/
gejala
asuapan
dan
kekurangan
haluaran, dll.
volume
cairan
(seperti

yang

terdapat

dalam

Dokumentasikan
akan apakah

penyuluhan

dilakukan
yang jelaskan hasilnya.

dan

pengkajian)
Kapan
menghubunfi
pemberi

harapan

kesehatan

Diagnosis Keperawatan

Intoleransi Aktivitas

Definisi

Akibat

adanya

ketidakseimbangan

proses
antara

inflamasi,
suplai

dan

kebutuhan oksigen.

Kemungkinan yang berhubungan dengan

Kriteria Hasil

Kemungkinan

Gawat napas
Letargi
Lesu
Penurunan asupan cairan makanan
Demam

Rasional

Evaluasi pencatatan

Menetapkan

Dokumentasikan

Intervensi
Keperawatan
Anak dan/ keluarga Evaluasi respons
melaporkan

atau

pasien

menunjukkan

aktivitas.

peningkatan

laporan

toleransi

terhadap

terhadap
Catat
dispnea,

peningkatan

aktivitas yang dapat

kelelahan

diukur dengan tak

/kelemahan

adanya

perubahan

dispnea,

kelemahan

yang

berlebihan

dan

dan
tanda

vital selama dan

setelah aktivitas.
tanda-tanda
vital Berikan
lingkungan tenang
dalam
rentang
dan
batasi
normal.
pengunjung

kemampuan/

apakah

perawatan

kebutuhan pasien yang dilakukan dan


dan memudahkan jelaskan
pilihan intervensi. kefektifannya untuk
Menurunkan stress mengatasi kelemahan
dan
rangsangan terhadap aktivitas.
yang

berlebihan,

meningkatkan
istirahat.
Tirah

baring

dipertahankan
selama fase akut
untuk menurunkan
kebutuhan

selama fase akut

metabolik,

sesuai

menghemat energi

indikasi.

Dorong

untuk

penggunaan

penyembuhan.

manajemen

stres

dan pengalih yang


tepat.
Jelaskan

Pembatasan
aktivitas
ditentukan dengan
respons individual

pentingnya
istirahat

pasien
dalam

rencana

terhadap

aktivitas

dan

kegagalan

pengobatan

dan

perlunya
keseimbangan

pernapasan.
Pasien mungkin
akan

nyaman

aktivitas

dan

istirahat.
Bantu

pasien

kursi,

memilih

posisi

menunduk

nyaman

untuk

kedepan meja atau

timggi,

istirahat dan/ atau


tidur
Bantu

aktivitas

perawatan
yang

dengan

diri

diperlukan.

kepala
tidur

kelelahan
keseimbangan

peningkatan

kebutuhan

fase
penyembuhan.

dan

membantu
suplai

selama

atau

bantal.
Meminimalkan

Berikan kemajuan
aktivitas

di

oksigen.

dan

Diagnosis Keperwatan Terkait


Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Yang berhubungan dengan
dari Kebutuhan Tubuh

Nyeri Akut

a. Gawat napas
b. Anoreksia
c. Muntah
d. Peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat infeksi
Yang berhubungan dengan

Intokeran Aktivitas

a. Sakit kepala
b. Nyeri dada
Yang berhubungan dengan

Ansietas :Anak

a. Gawat napas
b. Letargi
c. Lesu
d. Penurunan asupan cairan makanan
e. Demam
Yang berhungan dengan
a. Hospitalisasi
b. Gawat napas

ASTHMA

1. PENGERTIAN
Asma merupakan penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan menifestasi
berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan ialah:
1. Otot bronkus akan mengerut ( terjadi penyempitan).
2. Selaput lender bronkus edema.
3. Produksi lender makin banyak, lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut
menyebabkan saluran lubang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan
dapat sampai sesak napas. Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang
dengan pertolongan obat.
Berdasarkan atas pengertian asma seperti yang telah diuraikan maka untuk
manisfestasi serangan asma harus ada pencetus dan ada dasar hipereaktivitas dari
bronkus. Serangan asma dapat berupa sesak napas ekspiratoir yang paraksismal
berulang ulang dengan mengi dan batuk yang akibatkonstriksi atau spasme otot
bronkus, inflamasi

mukosa bronkus, dan produksi lender 20% populasi anak

dilaporkan pernah menderita asma. Di Indonesia belum ada penyelidikan yang


menyeluruh tetapi diperkirakan berkisar antara 5 10%.
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hipereaktivitas bronkus), yang belum
jelas di ketahui penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan dari sebagian
hambatan dari sebagaian system adrenergic, kurangnya enzim adenilsiklase dan
meningginya system prasimpatik, sehingga mudah terjadinya kelebihan tonus
parasimpatik kalau ada rangsangan yang menyebabkan terjadinya spasme bronkus.
Banyak faktor yang ikut menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut di
antaranya faktor genetic, biokimiawi, saraf autonom, imunologis, infeksi, endokrin,
faktor psikologis. Oleh karena itu, asma disebut penyakit yang multifaktoral.

2. ETIOLOGI
Saluran bronkus adalah jalan napas kecil yang menghubungkan saluran udara
utama (bronkus) ke tempat di dalam paru tempat terjadinya pertukaran oksigen dan

karbondioksida selama pernapasan normal. Saluran ini dikelilingi oleh otot polos
yang sangat sensitif. Saat terangsang otot tersebut akan mengejen, membuat saluran
napas menjadi lebih sempit. Sebagai tambahan, dinding (membran mukosa)saluran
napas menjadi bengkak dan meradang, serta menghasilkan cairan pelindung, yang
disebut mukus. Peradangan jalan napas adalah penyebeb penting terjadinya penyakit.
Peradangan menyebabkan reaktifitas jalan napas, yang mengakibatkan otot polos
jalan napas mengejan. Hal ini menyebabkan penyempitan jalan napas sehingga
terdengar bunyi siulan atau mengi, khususnya pada saat anak mengeluarkan napas.
Penyebab pasti dari penyaakit asma masih belum diketahui .tetapi interaksi
yang

kompleks antara gen anak dan lingkunganya diduga kuat yang menyebabkan

pengembangan asma pada anak..


1. Gen
Asma dapat menurun dalam keluarga . jika satu orang tua menderita asma ,
maka kemungkinan 20 persen anaknya akan menderita asma juga. Jika kedua
orang tua menderita asma , maka kemungkinan 60 persen anak-anak mereka akan
mengembangkan asma. Namun, jika semua hal itu hanya disebabkan karena gen ,
kedua kembar identik seharusnya menderita asma terlepas dari lingkungan
temapat tinggal mereka. Studi telah membuktikan bahwa hal ini tidak benar , yang
berarti gen bukanlah penyebab satu-satunya asma. Lingkungan juga memainkan
peranan yang besar dalam pengembangan asma.
2. Lingkungan
Ada banyak teori tentang bagaimana cara faktor-faktor yang terdapat di
lingkungan sekitar menyebabkan asma.
Sampai saat ini, tidak ada penyebab tunggal yang berasal dari lingkungan
tetapi faktor- faktor berikut berperan dalam menyebabkan asma :

1.Terpapar asap tembakau


Terpapar asap tembakau saat anak masih dalam kandungan, dan setelah lahir,
juga meningkatkan risiko mengembangkan asma.

2.Polusi
Polutan yang banyak terdapat di Negara-negara industry (seperti asap
kendaraan dan emisi pabrik) telah dikaitkan dengan munculnya penyakit asma.
3.Infeksi saluran pernapasan kerana virus pada awal kehidupan
Anak-anak yang lebih muda usianya, yang mendapat infeksi paru

pada

beberapa tahun pertama kehidupan mereka lebih rentan terkena asma.


4. Penggunaan antibiotic dan parasetamol yang berlebih pada awal
kehidupan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengkonsumsi terlalu banyak
antibiotik dan parasetamol pada beberapa tahun pertama kehidupan mereka,
lebih mungkin untuk menderita asma
Sedangkan faktor pemicu umum yang menyebabkan anak terkena
serangan asma antara lain:
1. Alergen, faktor alergi dianggap mempunyai peranan paa sebagian besar anak
dengan asam. Di samping itu hipereaktivitas saluran napas juga merupakan
faktor yang penting. Bila tingkat hipereaktivitas bronkus tinggi, diperlukan
jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya jika hipereaktivitas rendah
diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma. Sensitisasi bergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan
alergen berhubungan dengan umur. Bayi dan anak kecil sering berhubungan
dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora
jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak
jenis alergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan
anak kecil.
2. Infeksi, Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus ( RSV) dan virus parainfluenza.
Kadang kadang karena bakteri misalnya pertusis dan streptokokus, jamur,
misalnya aspergillus dan parasite seperti askaris.
3. Iritan, Hairspray, minyak wangi, obat semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam
dari cat, SO2 , dan polusi udara lainnya dapat memac serangan asma. Iritasi
hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan reflex bronkokonstriksi.

4. Cuaca. Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin, dan


kelembapan udara dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan
asma.
5. Kegiatan jasmani. Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepada
dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat
rentan terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran napas, Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun
kronik dapat memudahkan terjadinya asma pada anak ( Rachelesfky dkk,
1978). Rhinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi
atau reflex.
7. Faktor psikis. Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan
dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dantidak mau mengakui
persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri/ keluarganya akan
menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya
serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma. Anak
berada di tempat yang sedang terjadi perubahan udara, misalnya cuaca sedang
mendukung jangan keluar rumah.
3. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema, dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi
mukus intraliminal, sel sel radang, dan debris selular. Obstruksi menyebabkan
pertambahan resisten jalan udara, yang merendahkan volume ekspirasi paksa dan
kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya
kerja pernapasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernapasan. Walaupun
obstruksi jalan udara bersifat difus, khas perbedaan 1 bagian dengan bagian lain paru.
Ini berakibat perfusi bagian paru yang tidak cukup mendapat ventilasi dan
menyebabkan kelainan gas gas darah , terutama penurunan PO2 . Pada permulaan
serangan asma akut, PO2 arteri biasanya menurun akibat hiperventilasi. Dengan
memburuknya proses obstruksi , hipoventilasi alveolar menyebabkan kenaikan pCO2
, dan bila kemampuan buffer habis, pH darah turun. Hipertensi pulmonal regangan
ventrikel kanan dan kegagalan pengisian ventrikel kiri mungkin terlihat.
Pathway

Alergen
Paru-paru

Hipersensitivitas paru

Peradangan

Paru tidak stabil


Pemicu

Bronkokonstriksi

4. KLASIFIKASI
Ada berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah :
1. Asma episode yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran napas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu
tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang
berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat
berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedangkan batuk-batuknya dapat berlangsung
10-14 hari. Golongan ini merupakan 70-75 persen dari populasi asma anak.
2. Asma episode sering
Pada 2/3 golonagn ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, seranagn berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umu 56 tahun dapat terjadi seranag tanpa infeksi yang jelas, biasanya orang tua
menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya allergen, aktivitas fisik dan
stress. Banyak yang tidak jelas pencetusnya. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam
satu tahun , tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu frekuensi

serangan paling tinggi pada usia 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang
sukar di bedakan dengan golongan asma kronik atau persisten.
3. Asma kronik atau persisten
Pada 25 persen anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur enam
bulan; 75 persen sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50 persen anak terdapat
mengi yang lama pada 2 tahun pertama, dan 50 persen sisanya serangan episodik.
Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang
persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari;malam hari terganggu oleh
batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi . dari waktu ke waktu
terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
5.

MANIFESTASI KLINIS
Batuk
Batuk merupakan gejala umum yang sering disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan seperti infeksi dada atau infeksi sistem pernapasan bagian atas yang di
sebabkan oleh virus. Jika batuk sering berlangsung dalam waktu lama (mulai dari
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan), terjadi pada malam hari atau setelah
aktivitas fisik
Mengi
Mengi adalah suara siulan yang terdengar ketika saluran napas menjadi menyempit
dan biasanya hanya bisa di dengar melalui stetoskop. Lalu bagaimana bisa tau jika
anak mengalami mengi?

Anak akan terlihat pernapasanya cepat atau kesulitan

bernapas karena anak mencoba menghirup lebih banyak udara melalui saluran napas
yang menyempit . dapat juga dilihat kepala anak bergerak keatas secara terduga atau
tiba tiba, atau perutnya bergerak keluar masuk dengan cepat.
Kesulitan Bernapas
Mungkin terihat pernapasan anak cepat dan jika kesulitan bernapasanya berat , ia
mungkin tidak dapat berbicara dengan kalimat penuh, harus menarik napas di antara
kata-katanya. Pada bayi yang lebih muda usianya, karena dinding dadanya tipis,
mungkin juga terlihat dada yang tertarik kedalam ketika bernapas.
Dada terasa tidak nyaman atau sesak

Anak yang lebih muda usianya mungkin tidak dapat mengekpresikan perasaan ini
dengan kata-kata tetapi mereka mungkin mulai menggosok atau memukul dada
mereka. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan bahwan mereka merasakan
sesuatu yang menekan atau meremas dada mereka.

6. Penatalaksanaan medis
Asma sedang tenang atau tidak sedang serangan, tetapi juga dapat dalam
keadaan serangan dan serangan tersebut dapat ringan, sedang, atau berat. Kadang
bahkan dapat jatuh dalam keadaan status asmatikus, yakni serangan asma yang berat
yang biasanya diatasi dengan obat dapat menolong, ini kali tidak dapat lagi. Serangan
demikian beratnya hingga dapat mengacam jiwa anak, oleh karena itu, anak perlu
dirawat dirumah sakit.
Penanggulangan status asmatikus:
1. Oksigen
2. Periksa keadaan gas darah dan pasang IVFD (infus) dengan cairan 3 : 1 glukosa
10% dan Nacl 0,9% + KCl meq/kolf.
Koreksi kekurangan cairan
Koreksi penyimpangan asma basa
Koreksi penyimpangan elektrolit.
3. Teofilin yang sudah di berikan diteruskan. Ukur kadar teofilin dalam darah ,
pantau tanda tanda keracunan teofilin. Bila tanda keracunan tidak ada dan
keadaan serangan asma belum membaik mungkin perlu ditambah teofilin.
4. Kortikosteroid dilanjutkan, jika belum di beri jangan diberikan. Lebih baik
diberikan kortikosteroid intravena, karena pada status asmatikus sangat di
perlukan untuk mempercepat hilangannya edema dan mengembalikan
sensitivitas terhadap obat obat bronkodilator.
5. Usaha pengeceran lendir dengan obat mukolitik untuk lendir yang banyak dan
lengket di seluruh cabang cabang bronkus.
6. Periksa foto thorax
7. Lakukan pemeriksaan EKG.
8. Pantau tanda tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernapasan
dapat seegera tertolong, bila perlu di rawat di ICU.
Serangan asma yang ringan biasanya cukup diobati dengan obat bronkodilator
oral atau aerosol, bahkan yang ringan sekali tidak memerlukan pengobatan. Serangan
asma yang sedang dan akut perlu pengobatan yang cepat kerjanya, misalnya
bronkodilator aerosol atau bronkodilator subkutan , adrenalin misalnya. Bila pada
serangan ringan akut tidak diperlukan kortikosteroid ; pada serangan ringan kronik

atau serangan sedang perlu tambahan kortikosteroid disamping bronkodilator. Pada


serangan sedang perlu oksigen . serangan asma yang berat bila gagal dengan
bronkodilator aerosol oral atau subkutan dan kortikosteroid perlu teofilin intravena
dan koreksi penyimpangan asam basa serta elektrolit. Oksigen sangat penting untuk
pasien ini . keadaan pasien yang demikian memerlukan perawatan dirumah sakit
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Uji fungsi paru
Uji fungsi paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil
provokasi bronkus menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.
Alat yang digunakan untuk uji fungsi paru adalah peak flow meter; caranya anak
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan di catat hasil yang
terbaik.
2) Foto toraks
Terutama dilakukan pada anak yang berkunjung pertama kali di poliklinik, untuk
menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain.pada pasien asma yang telah
kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi atau atelektasis.
3) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepid dan secret hidung. Bila tidak
eosinofilia kemungkinan bukan asma. selain itu juga dilakukan uji tuberkulin dan
uji kulit dengan menggunakan allergen.
8. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATAU ANAK DENGAN ASTHMA
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat. Asma paling sering kambuh, namun dapat pula
terjadi pada bayi.
b.

Riwayat sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama:
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pernapasan
dengan adanya bukti- bukti atropi (misalnya eksema, rinitis) bukti kemungkinan
factor pencetus, episode sesak napas sebelumnya, mengi dan batuk; adanya

keluhan gatal pada badan leher atau bagian atas punggung. Observasi adanya
manifestasi asma bronchial. Batuk keras, paroksimal, iritatif dan non produktif
menjadi produktif dengan sputum yang banyak, jernih atau kental.
c.

Riwayat penyakit sekarang


Klien dengan asma biasanya mengalami gangguan pernapasan seperti napas
pendek, fase ekspirasi memanjangmengi dapat di dengar, sering pucat , telinga
merah dan tonjolan pipi kemerahan, bibir berwarna merah tua. Dapat berkembang
menjadi sianosis bantalan, kuku dan sirkumolar, gelisah, ketakutan, ekspresi
wajah cemas , berkeringan sangat menonjol sangat serangan berlanjut.
Anak yang lebih besar dapat duduk tegak denganbahu pada posisi membungkuk,
tangan di tempat tidur atau kursidan lengan lebih kuat, biara dengan singkat dan
patah- patah.
Dada : hiperesonan pada perkusi, krekels suara napas kasar dan keras.

d.

Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan riwayat keluarga khususnya mengenai adanya atopidalam anggota
keluarga.

B. Diagnosis keperawatan
a. Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan interaksi antar individu dan
allergen.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergik dan
inflamasi pada percabangan bronkial.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

C. Intervensi keperawatan
a. Resiko tinggi asfeksiaberhubungan dengan interaksi antar individu dan
allergen.

Ajari anak dan keluarga bagaimana menghindari kondisi atau situasi yang

mencetuskan episode asmatik.


Bantu orang tua dalam menghilangkan allergen atau stimulus yang
mencetuskan eksaserbasi, seperti perenanaan makan untuk menghilangkan
makanan

alergenik,

menyingkirkan

binatang

lingkungan; rumah bebas alergi, terutama rook.


Hindari suhu lingkungan yang ekstrim.

piaraan,

modifikasi

Bantu orang tua mendapatkan atau memasang alat untuk mengontrol

lingkungan seperti ( dehumidifier, AC, penyaring udara elektronik).


Ajari anak dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda dan gejala awal
sehingga suatu ancaman episode dapat dikontrol sebelum menimbulkan

distress.
Ajari anak dan keluarga dalam menggunakan bronkodilator dan obat
obat anti inflamasi yang benar ( missal, kartikosteroid, natrium kromolin),

efek samping dan bahaya penggunaan yang berlebihan atau kurang.


Ajari anak memahamibagaimana cara kerja alat tersebut.
Ajari anak tentang penggunaa yang benar dari inhaler, nebulezer, dan flow

meter ekspirasi puncak.


Ajari anak dan keluarga tentang tindakan profilaktik jika tepat( misal,
menegah latihan yang menyebabkan bronspasme dengan menggunakan

obat sebelum latihan).


Jelaskan pada anak dan keluarga tentang kemungkinan dari terapi
hiposensitisasi bila allergen dapat dipastikan dan tidak dapat dihindari

(misal, debu, jamur) atau terkontrol secara memuaskan dengan obat.


Beri terapi hipersensitisasi.

Hasil yang diharapkan :


o Keluarga melakukan setiap upaya untuk menghilangkan atau menghindari
kemungkinan allergen atau terjadinya pencetus.
o Anak atau keluarga dapat mendeteksi tanda- tanda ancaman episode seara
dini dan mengimplementasikan tindakan yang tepat.
o Anak atau keluarga mampu memberikanobat dan menggunakan inhaler
atau peralatan lain.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergik dan
inflamasi pada percabangan bronkial.

Instruksikan dan awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol untuk


meningkatkan pernapasan diafragmatik yang tepat, ekspansi sisi,

perbaikan mobilisasi dinding dada.


Gunakan teknik bermain untuk latihan pernapsan pada anak kecil ( meniup
gasing atau bola bala kapas di meja untuk memanjang waktu ekspirasi

dan meningkatkan tekana ekspirasi).


Ajari penggunaan obat yang ditentukan dengan benar.
Ajari keluarga untuk melakukan perkusi, drainase postural dan batuk bila
diindikasikan.

Anjurkan aktivitas yang memerlukan energy pendek ( misal, baseball, lari


pendek, lompat tali) karena latihan ini ditoleransidengan lebih baik dari
pada latihan yang memerlukan latihan ketahanan ( misal,sepak bola, lari

jauh).
Batasi aktivitas fisik hanya bila kondisi anak membuatnya perlu.
Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Bantu anak dan keluarga dalam memiliki aktivitas yang tepat sesuai
kemampuan dan kesukaan anak.

Hasil yang diharapkan :


o Anak bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea.
o Anak menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik.
o Anak melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan minat.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen.
Dorong aktivitas sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak.
Beri kesempatan untuk istirahat dan aktivitas tenang.
Hasil yang diharapkan :
o Anak melakukan aktivitas yang tepat.
o Anak tampak segar.

DAFTAR PUSTAKA

Axton, Sharon dan Fugate, Terry.2009.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik.Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran:EGC
Dongoes,

E.

Marilynn.2000.Rencana

Asuhan

Keperawatan.Jakarta:Penerbit

Buku

Kedokteran: EGC
Hidayat, Aziz Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan AnakJakarta. Penerbit Salemba
Medika
Muscari, E. Mary.2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta.Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Wong, Donna L.2001.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta:ECG Kedokteran
Shelov,steveen P . 2005. Perawatan Untuk Bayi Dan Balita.Jakarta:Arcan
Behrman, Richard E. 1990. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: ECG Kedokteran
Lim , Dr. Dawn. 2013.Alergi Masa Kanak Kanak. Jakarta:Indeks
Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:ECG Kedokteran

Pertanyaan
ISPA (Bronchopneumonia)
1. Peradangan pada bronchopneumonia terletak pada?
a. Lobus paru
c. bronchus
b. Parenkim paru
d. alveolus
2. Penyebab bronchopneumonia adalah
a. Bakteri, virus,jamur
c. amoeba
b. Salmonella thyposa
d. parasit
3. Yang merupakan organism umum penyebab pneumonia bakteri adalah
a. Salmonella thypi
c. Streptococcus
b. Salmonella thyposa
d. Staphylococcus

4. Yang bukan merupakan manifestasi klinis bronchopneumonia adalah


a. Hipertermi
b. dispnea
c. nafas lambat
d. batuk kering dan produktif
5. Diagnosa keperawatan pada bronchopneumonia yang tidak benar adalah..
a. Resiko tinggi perdarahan
b. Ketidakefektifan Pola Nafas
c. Kekurangan Volume Cairan
d. Intoleransi Aktivitas

Asthma
1. Yang bukan merupakan faktor yang menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas
adalah.. .
a. Faktor genetic
c. Alergi
b. Biokimiawi
d. Imunologis
2. Faktor pemicu umum yang menyebabkan anak terkena serangan asma adalah
a. Alergen
c. Suhu
b. Makanan
d. Shock
3. Yang bukan merupakan pemeriksaan penunjang asthma adalah
a. Uji fungsi paru
c. uji widal
b. Foto toraks
d. Pemeriksaan darah
4. Diagnosa keperawatan pada asthma yang tidak benar adalah
a. Resiko tinggi asfiksia
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Intoleransi aktivitas berhubungan
d. Resiko kekurangan volume cairan
5. Kelainan dari asthma yang didapatkan ialah, kecuali:
a. Otot bronkus akan mengerut ( terjadi penyempitan)
b. Nekrosis jaringan parenkim
c. Selaput lender bronkus edema
d. Produksi lender makin banyak

Anda mungkin juga menyukai