Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

MASALAH SISTEM PERKEMIHAN


Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan :
1. Mampu memahami anatomi dan fisiologi dari ginjal
2. Mampu memahami pengertian dari nefrotik sindrom dan GNA
3. Mampu memahami etiologi dari nefrotik sindrom dan GNA
4. Mampu memahami patofisiologi dari nefrotik sindrom dan GNA
5. Mampu memahami gejala-gejala dari nefrotik sindrom dan GNA
6. Mampu memahami penatalaksanaan pada anak dengan nefrotik sindrom
dan GNA
7. Mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien anak dengan nefrotik
sindrom dan GNA
Dalam bab ini menjelaskan mengenai anatomi dan fiologi dari ginjal , serta
menjelasakna tentang beberapa masalah pada sistem perkemihan diantaranya
pengertian nefrotik sindrom dan GNA, etiologi nefrotik sindrom dan GNA,
patofisiologi nefrotik sindrom dan GNA, gejala-gejala yang muncul apabila
seorang anak mengalami nefrotik sindrom dan GNA, penatalaksanaan pada anak
nefrotik sindrom dan GNA, serta asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
nefrotik sindrom dan GNA.
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri
kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri
oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas
ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah
ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III. Pada fetus dan infan,

ginjal berlobulasi. Makin bertambah umur, lobulasi makin kurang


sehingga waktu dewasa menghilang. Parenkim ginjal terdiri atas korteks
dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah kira-kira
8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna
bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla
marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor
bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks
mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah
keluar ureter. Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan
pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan
membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus
proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula
duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron
berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli. Pembentukan urin dimulai
dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah
isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus
proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih
tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian
desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui
bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya
menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak
sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya
isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika
filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi
filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah
direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih
(Price,2001 : 785).
2. Fisiologi Ginjal
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi
yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus.
Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang
mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
Faal glomerolus

Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang


dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih
besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid
osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh
disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120
cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun
: 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
Faal Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari
zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang
direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1
ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).
Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai
dengan umur :
a)
1-2 hari : 30-60 ml
b)
3-10 hari : 100-300 ml
c)
10 hari-2 bulan : 250-450 ml
d) 2 bulan-1 tahun : 400-500 ml
e)
1-3 tahun : 500-600 ml
f)
3-5 tahun : 600-700 ml
g)
5-8 tahun : 650-800 ml
h)
8-14 tahun : 800-1400 ml
Faal Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak
melakukan reabsorbsi yaitu 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di
glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan
glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na,
K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam
karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa
organik.
Faal loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan
ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler
lebih hipotonik.
Faal tubulus distalis dan duktus koligentes

Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan


cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion
hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).
B. SINDROM NEFROTIK
1. Pengertian
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong,
2004).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri
dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia
(kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan
edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan
gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif
hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema
dan hiperkolestrolemia.
2. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan
b. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
c. Sindrom nefrotik sekunder
d. Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis
akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia
(trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan
lain-lain.
e. Sindrom

nefrotik

idiopatik

(tidak

diketahui

(Arif Mansjoer,2000 :488)


3. Insiden
a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.

penyebabnya)

b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi


berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi
yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan
c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 90 %
dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak
e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 %
dengan majunya terapi dan pemberian steroid.
f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk
nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)
4. Patofiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air
akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari

peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma


albumin dan penurunan onkotik plasma
d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)
e. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan

oleh

karena hipoalbuminemia,

hiperlipidemia,

atau

defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)


5. Manifestasi Klinik
a. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya

lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan


disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia
dan ekstermitas bawah.
b. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
c. Pucat
d. Hematuri
e. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
f. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan
keletihan umumnya terjadi.
g. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily
L.2002 : 335 ).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji urine
Protein urin meningkat
Urinalisis cast hialin dan granular, hematuri
Dipstick urin positif untuk protein dan darah
Berat jenis urin meningkat
b. Uji darah
Albumin serum menurun
Kolesterol serum meningkat
Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsetrasi)
Laju endap darah (LED) meningkat
Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
c. Uji diagnostic
d. Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara
rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai
kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2
3 gram/kgBB/hari.

b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat


digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung
pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter,
dapat digunakan hididroklortiazid (25 50 mg/hari), selama
pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis
metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive
Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :
1. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80
mg/hari.
2. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari
dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu
dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama
pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten
selama 4 minggu
d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
(Arif Mansjoer,2000)
8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia.
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml)
yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
(Rauf, .2002 : .27-28).
7. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan.
Proses Keperawatan merupakan susunan metode pemecahan masalah yang

meliputi pengkajian keperawatan, identifikasi/analisa maslah (diagnosa


Keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi yang masingmasing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan
profesional tenaga keperawatan (Hidayat,2004)
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan.
Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Keberhasilan
proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian
dalam tahap pengkajian. Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien
anak dengan sindrom nefrotik (Donna L. Wong,200 : 550) sebagai
berikut:

Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema.

Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang


berhubungan dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi
ginjal.

Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :


1)

Penambahan berat badan

2)

Edema

3)

Wajah sembab:

Khususnya di sekitar mata

Timbul pada saat bangun pagi

Berkurang di siang hari

Pembengkakan abdomen (asites)

Kesulitan pernafasan (efusi pleura)

Pembengkakan labial (scrotal)

Edema mukosa usus yang menyebabkan : Diare, Anoreksia,


Absorbsi usus buruk

Pucat kulit ekstrim (sering)

Peka rangsang

Mudah lelah

Letargi

Tekanan darah normal atau sedikit menurun

Kerentanan terhadap infeksi

Perubahan urin :
- Penurunan volum
- Gelap
- Berbau buah
- Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya
analisa urine akan adanya protein, silinder dan sel darah merah;
analisa

darah

untuk

protein

serum

(total,

perbandingan

albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah, natrium serum.


b. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.

Tujuan
Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien
mendapatkan volume cairan yang tepat)

Intervensi
Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan
penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika
diindikasikan).
Rasional : mengkaji retensi cairan
Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus
serta pantau edema sekitar mata.
Rasional : untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi
umum edema.
Atur masukan cairan dengan cermat.
Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang
dibutuhkan
Pantau infus intra vena

Rasional : untuk mempertahankan masukan yang diresepkan


Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria
Berikan diuretik bila diinstruksikan.
Rasional : untuk memberikan penghilangan sementara dari
edema.
2. Resiko kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan
dengan kehilangan protein dan cairan, edema
Tujuan
Klien tidak menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau shock
hipovolemik yang diyunjukkan pasien minimum atau tidak ada
Intervensi
Pantau tanda vital
Rasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan
Kaji kualitas dan frekwensi nadi
Rasional : untuk tanda shock hipovolemik
Ukur tekanan darah
Rasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik
Laporkan adanya penyimpangan dari normal
Rasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan
3. Resiko

infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang

menurun, kelebihan beban cairan cairan, kelebihan cairan.


Tujuan
Tidak menunjukkan adanya bukti infeksi
Intervensi
Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
Gunakan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : untuk memutus mata rantai penyebar5an infeksi
Jaga agar anak tetap hangat dan kering

Rasional : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan

Pantau suhu.
Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi
Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi
Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala
infeksi
C. GNA (Glumerulo Nefritik Akut)
1. Pengertian
Glumerulonefritis akut (GNA) adalah penyakit yang menyerang
glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap
bakteri atau virus tertentu.
GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada
pria. Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit
2. Etiologi
Faktor etiologinya banyak dan bervariasi :
-

Reaksi imunologi : infeksi lupus erythematosus, streptococus.

Cedera vaskuler : Hipertensi, DM.

Koagulasi koagulan yang menyebar (DIC)

3. Patofiologi
GNA adalah akibat reaksi antigen antibodi dengan jaringan
glumerulus yang menimbulkan bengkak dan kematian selsel kapiler
(epitel, membran lapisan bawah, dan endothelium). Reaksi antigen
antibodi mengaktifkan jalur komplemen yang berdampak chemotaksis
kepada polymorfonuklear (PMN) lekosit dan mengeluarkan ensim
lisosomal yang menyerang

membran dasar glomerolus yang

menimbulkan peningkatan respon pada ketiga jenis sel glomerulus.


Tanda
glumerulus

dan

gejala

yang

berefleksi

kepada

kerusakan

dan terjadi kebocoran protein masuk kedalam urin

(proteinuri dan eritrosit / hematuria). Karena proses penyakit berlanjut


terjadilah parut yang berakibat menurunnya filtrasi glumerulus dan
berdampak oliguri dan retensi air, sodium dan produk sisa nitrogen.

Kesemuanya ini berdampak meningkatnya volume cairan, edem, dan


asotemia yang yang ditampilkan melalui napas pendek, edem yang
dependen, sakit kepala, lemah dan anoreksia.

4. Gejala Klinik
Gejala yang sering adalah hematuri ; kadang-kadang disertai edema
ringan disekitar mata / seluruh tubuh umumnya edema berat terdapat
pada oliguria dan bila payah jantung dan hipertensi.
Bila terjadi kerusakan ginjal maka tekanan darah akan tinggi . Suhu
tubuh tidak seberapa tinggi tapi dapat tinggi pada hari pertama .
Muntah tidak nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang menyertai
GNA.
5. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada
anak umur 3-7 tahun lebih sering pada pria.

Riwayat penyakit sebelumnya :


Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat
lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain.

Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah
dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.

Pertumbuhan dan perkembangan :


-

Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg (Behrman) , menurut anak umur 9 tahun
Bbnya adalah BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb
pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan anak 138 cm. Nadi 80
100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-108/60-68
mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen
pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada
umur 1011 tahun jumlah gigi permanen 10-11 buah.

- Perkembangan :
Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X
inferioritas, dapat menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu

Psikoseksual :

Pengkajian Perpola
1. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat
terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium
dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien
mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun.
Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake
nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2. Pola eliminasi :
eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan
pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
3. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar
rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran
jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah) , anemia
dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh
darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum
karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing,
muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang
tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot
dan kehilangan tonus.
5. Kognitif & perseptual :

Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan


rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan
ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan
edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh
kembali seperti semula
7. Hubungan peran :Anak tidak dibesuk oleh teman temannya
karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi
kritis menyebabkan anak banyak diam.
8. Toleransi koping
9. Nilai keyakinan
b. Pemeriksaan penunjang :
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Kimia darah: Serum albumin turun sedikit, serum komplemen
turun, ureum dan kreatinin naik. Titer antistreptolisin umumnya
naik (kecuali infeksi streptokok yang mendahului mengenai
kulit saja).
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit +
+, leukosit + dan terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus
Beta Hemoliticus gol A.
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar,
pucat dan terdapat titik-titik perdarahan pada kortek.
Mikroskopis ttampak hammpir semua glomerulus terkena.
Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras
sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel
epitelkapsul dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan
mikroskop elektron tampak BGM tidak teratur. Terdapat
gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk oleh
globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.
c. Diagnosa keperawatan :
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium


serta disfungsi ginjal.
3. Potensial terjadi infeksi (ISK, lokal, sistemik) b.d. depresi sistem
imun
4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal
b.d. resiko krisis hipertensi.
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan
kapiler dan edema.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, perawatan dirumah dan
instruksi evaluasi.
d. Rencana keperawatan
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan ddisfungsi ginjal
Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan.
Rencana

Rasional

Pantau kekurangan protein yang


Kekurangan protein beerlebihan
berlebihan
(proteinuri,
dapat menimbulkan kelelahan.
albuminuria)

Diet yang adekuat dapat


Gunakan diet protein untuk
mengembalikan kehilangan
mengganti protein yang hilang.

TKTP berfungsi menggantikan


Beri diet tinggi protein tinggi

Tirah baring meningkatkan


karbohidrat.
mengurangi penggunaan energi.
Tirah baring

Latihan penting untu


Berikan latihan selama
kmempertahankan tunos otot.
pembatasan aktifitas

Keseimbangan aktifitas dan


Rencana aktifitas denga waktu
istirahat mempertahankan kesegaran.
istirahat.

Aktifitas yang bertahap menjaga


Rencanakan cara progresif
kesembangan dan tidak
untuk kembali beraktifitas normal ;
mmemperparah proses penyakit
evaluasi tekanan darah dan haluaran
protein urin.

2.

Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium


serta disfungsi ginjal.

Tujuan : Klien tidak menunjukan kelebihan volume cairan

Rencana
Pantau dan laporkan tanda dan
gejala kelebihan cairan :
Ukur dan catat intak dan output
setiap 4-8 jam.

Rasional
Memonitor kelebihan cairan
sehingga dapat dilakukan tindakan
penanganan.

Catat jumlah dan karakteristik


urine.
Ukur berat jenis urine tiap jam dan Jumlah , karakteristik urin dan BB
timbang BB tiap hari
dapat menunjukan adanya ketidak
seimbangan cairan.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pembatasan diet natrium dan
protein.

Berikan es batu untuk mengontrol


rasa haus dan maasukan dalam
perhitungan intake.
Pantau elektrolit tubuh dan
observasi adanya tanda kekurangan
elektrolit tubuh

Natrium dan protein meningkatkan


osmolaritas sehingga tidak terjadi
retriksi cairan.
Rangsangan dingin ddapat
merangsang pusat haus.
Memoonitor adanya ketidak
seimbangan elektrolit dan
menentukan tindakan penanganan
yang tepat.

Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia


- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan
- Hipokalsemia : peka rangsang pada
neuromuskuler
Hiperfosfatemia:
hiperefleksi,parestesia, kram otot,
gatal, kejang
- Uremia : kacau mental,
letargi,gelisah

Pemberian elektrolit yang tepat


mencegah ketidak seimbangan
Kaji efektifitas pemberian elektrolit
elektrolit.
parenteral dan oral

Anda mungkin juga menyukai