Anda di halaman 1dari 4

PERATURAN DIREKTUR

RS MATA FATMA SIDOARJO


NOMOR //..........
TENTANG
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MATA FATMA SIDOARJO
Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Mata Fatma
Sidoarjo, maka diperlukan pelaksanaan sistem Identifikasi pasien yang
bermutu tinggi.
b. bahwa agar sistem identifikasi pasien di Rumah Sakit Mata Fatma dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Mata
Fatma sebagai landasan bagi pelaksanaan sistem identifikasi pasien di
Rumah Sakit Mata Fatma Sidoarjo.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Mata Fatma
Sidoarjo.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
3. Peraturan menteri kesehatan RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien dirumah sakit.
M E M U TU S KAN :
Menetapkan :
Pertama

: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MATA FATAMA


SIDOARJO TENTANG KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN.

Kedua

: Kebijakan identifikasi pasien


Lampiran Keputusan ini.

Ketiga

: Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan obat high


alert dilaksanakan oleh Kepala Sie Farmasi Rumah sakit Anwar
Medika

Keempat

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

sebagaimana

tercantum

dalam

Ditetapkan di S i d o a r j o
Pada tanggal ...............................
Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika,

dr. Farida Anwari, M.P.H.

Lampiran

Peraturan Direktur RS Umum Anwar Medika


Nomor

Tanggal

KEBIJAKAN OBAT HIGH ALERT


RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA
1. Obat High Alert (HA) adalah obat atau bahan obat yang mempunyai resiko tinggi
dan berakibat fatal pada pasien apabila terjadi kesalahan saat pemesanan,
penyiapan, administrasi, pemberian dan penyimpanan.
2. Obat obat high alert di rumah sakit ditetapkan oleh Panitia Farmasi Terapi
Rumah Sakit.
3. Informasi tentang obat obat high alert dicantumkan di formularium rumah sakit.
4. Unit Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi / perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit termasuk obat high alert.
5. Penatalaksaan, pengawasan penyelenggaraan pelayanan obat high alert
dilaksanakan oleh Kepala Sie Farmasi Rumah sakit Anwar Medika
6. Pengadaan obat high alert pada distributor yang ditunjuk resmi oleh industri
farmasi.
7. Penyiapan obat high alert di unit farmasi dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
8. Pengisian pada kartu stok setiap terjadi penambahan dan pengurangan stok obat
yang disertai tanda tangan dan nama terang petugas.
9. Pemberian label khusus pada obat high alert antara lain menggunakan huruf
kombinasi (huruf kecil dan besar = TALL-MAN), background label berwarna
mencolok dan ditempelkan.
10. Penyimpanan obat high alert ditempatkan pada tempat yang khusus, dipisahkan
dengan obat yang lain.
11. Sebelum pemberian pada pasien harus dilakukan cek ulang dan double cek
dengan petugas yang berbeda (meliputi : identitas pasien, identitas obat,
konsentrasi obat yang akan diberikan, aturan dan cara pakai obat)
12. Setiap perawat yang memberikan obat high alert pada pasien harus tanda tangan
dan nama terang pada lembar pemberian obat.
13. Pada obat high alert dengan konsentrasi tinggi harus dilakukan pengenceran /
pelarutan yang sempurna (dengan cara dikocok) sebelum digunakan.
14. Permintaan obat high alert dilakukan oleh DPJP.
15. Obat high alert tidak boleh disimpan di unit perawatan pasien.
16. Pengawasan lebih ketat oleh perawat kepada pasien yang diterapi dengan obat
high alert untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Direktur,

dr. Farida Anwari, M.P.H.

Anda mungkin juga menyukai