Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Kelompok I
Agus Saefudin
/ 0102514057
Mohammad Fadli
/ 0102514062
Diyah
/ 0102514036
Dedy Heriyanto
/ 0102514038
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEPTEMBER
2015
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat, sempat dan diberi
kekuatan tetap setia mengabdi pada bidang pendidikan untuk berperan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa pula
makalah dengan judul Sistem, Teknik dan Metode Penilaian Kinerja dan Evaluasi
Diri Sekolah dapat diselesaikan dengan baik dan sebagai bahan berbagi bagi
kemajuan pendidikan di tanah air tercinta Indonesia ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Penilaian Kinerja dan Evaluasi Diri Sekolah
dengan dosen pengampu Prof. Dr. Fakhruddin.
Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam penyusunan
makalah ini, untuk itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin yang telah memberikan bimbingan dan banyak ilmu tentang
penilaian kinerja dan evaluasi diri sekolah kepada kami;
2. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (Kepengawasan Sekolah)
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang merupakan mitra
diskusi dan berbagi pengalaman yang luar biasa, bersama kami mempunyai mimpi
untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalan pahala yang
berlipat dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa sebagaimana kata pepatah tak ada
gading yang tak retak, makalah ini pun masih terdapat kekurangan. Saran dan
masukan demi perbaikan sangat dinantikan. Kami berharap semoga makalah ini
membawa manfaat bagi kita semua dalam mengabdi bagi kemajuan pendidikan di
Indonesia. Amin.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan ...................................................................................
D. Manfaat .................................................................................
1
1
2
3
3
BAB II
4
4
4
5
7
7
7
8
10
PEMBAHASAN .............................................................................
A. Keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah dengan Penjaminan dan
Peningkatan Mutu Sekolah ....................................................
B. Strategi Implementasi Evaluasi Diri Sekolah .........................
C. Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah ........................................
1. Bentuk Instrumen ..............................................................
2. Bukti Fisik .........................................................................
3. Deskripsi Indikator ............................................................
4. Tahapan Pengembangan .................................................
5. Rekomendasi ....................................................................
D. Sistem, Teknik dan Metode Penilaian Kinerja dan Evaluasi
Diri Sekolah ............................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ............................................................
A. Simpulan ................................................................................
B. Saran .....................................................................................
11
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
iii
11
15
17
17
18
20
21
22
22
31
31
31
ABSTRAK
SISTEM, TEKNIK DAN METODE PENILAIAN KINERJA
DAN EVALUASI DIRI SEKOLAH
Oleh:
Agus Saefudin
Mohammad Fadli
Diyah
Dedy Heriyanto
/
/
/
/
0102514057
0102514062
0102514036
0102514038
Kata Kunci: penilaian kinerja, evaluasi diri sekolah, penjaminan mutu pendidikan
iv
ABSTRACT
SYSTEM, TECHNICAL AND METHOD OF PERFORMANCE ASSESSMENT
AND SCHOOLS SELF EVALUATION
By:
Agus Saefudin
Mohammad Fadli
Diyah
Dedy Heriyanto
/
/
/
/
0102514057
0102514062
0102514036
0102514038
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama
(Kemenag) telah menunjukkan komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 tahun 2009. SPMP
mendefinisikan penjaminan mutu sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh
satuan/program
pendidikan,
penyelenggara
satuan/program
pendidikan,
Pencapaian
mutu
pendidikan
dikaji
berdasarkan
Standar
check-up sekolah. Salah satu kuncinya adalah kejujuran, menilai apa adanya
karena dengan mengetahui kelemahan dan kekurangannya akan bias dilakukan
perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian pelaksanaan EDS di sekolah dan
kegiatan tindak lanjutnya juga akan mempunyai efek positif bagi sekolah dalam
kegiatan evaluasi eksternal lainnya seperti akreditasi.
Upaya peningkatan mutu pembelajaran di tingkat sekolah mutlak perlu
dilaksanakan, khususnya bagaimana membuat peserta didik belajar dengan baik.
Hal ini dimulai dengan pelaksanaan EDS yang merupakan evaluasi internal yang
dilakukan oleh dan untuk kepentingan sekolah sendiri dengan pelaku utamanya
yaitu TPS dan dewan guru dibawah kepemimpinan Kepala sekolah dan bimbingan
Pengawas. Melalui EDS akan diketahui kinerja sekolah dilihat dari SPM dan SNP
sehingga sekolah dapat menyusun Rencana Pengembangan Sekolahnya
berdasarkan kebutuhan nyata. Sekolah akan dapat menentukan prioritas
perbaikan kinerjanya dari segi waktu dan SDM berdasarkan hasil EDS, khususnya
RAKS tahunan akan benar-benar membantu sekolah memperbaiki dirinya.
Sekolah/Madrasah adalah pelaku utama dalam proses penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Salah satu alat untuk
mengkaji kemajuan peningkatan mutu sekolah secara komprehensif yang berbasis
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
adalah Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS sebagai salah satu komponen SPMP
diharapkan dapat membangun semangat dan kultur penjaminan dan peningkatan
mutu secara berkelanjutan.
Dengan memperhatikan uraian di atas maka menarik untuk dibahas tentang
keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan penjaminan dan peningkatan
mutu sekolah, strategi implementasi dan pelaksanaan EDS, serta sistem, teknik
dan metode yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi diri sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan penjaminan dan
peningkatan mutu sekolah ?
2. Bagaimana strategi implementasi Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ?
3. Bagaimana pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ?
4. Bagaimana sistem, teknik dan metode yang digunakan dalam penilaian
kinerja dan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ?
2
C. Tujuan
1. Menganalisis keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan penjaminan
dan peningkatan mutu sekolah.
2. Menganalisis strategi implementasi Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
3. Menganalisis pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
4. Menganalisis sistem, teknik dan metode yang digunakan dalam penilaian
kinerja dan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan analisis keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan
penjaminan dan peningkatan mutu sekolah, strategi implementasi dan
pelaksanaan EDS, serta sistem, teknik dan metode yang digunakan dalam
melaksanakan evaluasi diri sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Stakeholder termasuk Dinas Pendidikan dan Pengawas Sekolah agar
dapat memberi bimbingan dan fasilitasi bagi sekolah dalam melaksanakan
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan menjunjung tinggi asas kejujuran demi
perbaikan secara berkesinambungan mutu sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah diharapkan dapat menerapkan kepemimpinan secara
eklektif dengan memberikan keteladanan dalam segenap aspek termasuk
dalam memimpin evaluasi diri sekolah (EDS) sehingga dapat diketahui
segenap kekuatan dan potensi untuk mengembangkan sekolah serta
meminimalisir kelemahan dan mengatasi ancaman sehingga kualitas
sekolah senantiasa meningkat dari waktu ke waktu.
c. Bagi guru sebagai tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan staf tata
usaha diharapkan dapat dengan berkaca pada evaluasi diri maka dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal dengan
memberikan layanan prima pada seluruh pelanggan (stakeholder) termasuk
siswa sehingga diperoleh kualitas pembelajaran yang optimal.
BAB II
KAJIAN PENILAIAN KINERJA DAN EVALUASI DIRI SEKOLAH
karyawan.
Kinerja
merefleksikan
seberapa
baik
karyawan
c. Timeliness
Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu
yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output lain serta
waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.
d. Cost Effective
Merupakan
baru, hasil ujian, tingkat pengulangan dan lain-lain, beserta informasi kualitatif
seperti pendapat dan penilaian profesional dari para pemangku kepentingan di
sekolah dikumpulkan guna mendapatkan gambaran secara menyeluruh.
Semua
informasi
ini
kemudian
dipergunakan
sebagai
dasar
untuk
hasil
EDS
dan
Rencana
Pengembangan
Sekolah
Tingkat 2
memenuhi SPM; (3) Tingkat 3 memenuhi SNP; dan (4) Tingkat 4 memenuhi
dan melampaui SNP.
Bukti fisik dalam EDS, meliputi: (1) Informasi kualitatif (yang pokok)
diantaranya wawancara dengan pendidik, orang tua, peserta didik, kuesioner,
observasi, dan lain-lain; (2) Data kuantitatif, misalnya: jumlah siswa, hasil ujian,
absendi, prestasi akademik/non akademik, dan sebagainya; dan (3) Dokumen
yang tersedia, misalnya: KTSP, Silabus, RPP, Kumpulan soal, Buku laporan
ke orang tua, notulen rapat guru/komisi sekolah, dan lain sebagainya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan EDS, diantaranya: (1)
Menggunakan Instrumen EDS dalam menilai Kinerja Sekolah sesuai Menilai
SPM dan SNP yang terdiri dari 4 tingkat ketercapaian; (2) Memasukkan
hasilnya dalam Format Laporan sebagai dasar dalam penyusunan RPS dan
pengisian format MSPD, serta (3) diperlukan kejujuran dalam menilai diri
sendiri sehingga tak perlu mengada ada sebab semuanya adalah dasar untuk
mengembangkan sekolah.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pengelolaan
satuan
pendidikan
pada
jenjang
dikdasmen
Filsafat terkait mutu menyatakan bahwa Mutu berproses dan bukan tujuan akhir
(Quality is a Journey, not a Destination) serta Mutu adalah tanggung jawab
bersama (Quality is everybodys business).
11
adalah suatu proses yang memberikan tanggung jawab kepada sekolah untuk
mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dan mendorong sekolah untuk
menetapkan prioritas peningkatan mutu sekolah.
14
sehingga
terjamin
mutu
pelaksanaan
15
penndidikan
dan
berikut
adalah
upaya
yang
dilaksanakan
untuk
Pelatihan
ditujukan
untuk
mempersiapkan
sekolah
kelompok
masyarakat
yang
memang
dipandang
layak
untuk
17
2. Bukti Fisik
Bukti fisik yang tersedia digunakan sebagai bahan dasar untuk
menggambarkan kondisi sekolah terkait dengan indikator yang dinilai. Untuk itu
perlu dimanfaatkan berbagai sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai
bukti
fisik
misalnya
catatan
kajian,
hasil
observasi,
dan
hasil
19
3. Deskripsi Indikator
Kolom ringkasan deskripsi indikator berdasarkan bukti fisik pada
instrumen EDS diisi uraian singkat yang menjelaskan situasi nyata yang terjadi
di sekolah sesuai dengan indikator pada setiap komponen yang mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimal dan Standar Nasional Pendidikan.
Deskripsi indikator yang menggambarkan kondisi nyata dan spesifik untuk
20
4. Tahapan Pengembangan
Anggota TPS secara bersama mencermati instrumen EDS pada setiap
indicator dari setiap komponen dan setiap standar. Dalam pengisian intrumen
EDS, anggota TPS harus merujuk kepada Peraturan Menteri atau Peraturan
Pemerintah yang berkaitan dengan SPM dan SNP. Deskripsi indikator
berdasarkan bukti fisik menjadi rujukan bagi anggota TPS untuk menentukan
posisi tahapan pengembangan sekolah. Sekolah kemudian membandingkan
deskripsi setiap indikator dengan rubrik yang ada dibawahnya untuk melihat
posisi tahapan pencapaian. Sekolah kemudian memilih rubrik yang lebih
mendekati atau sama dengan deskripsi sekolah untuk kemudian memberi
tanda centang () pada tahapan pengembangan yang bersesuaian. Tahapan
pengembangan pada setiap indikator menggambarkan keadaan seperti apa
kondisi kinerja sekolah pada saat dilakukan penilaian terkait dengan indikator
tertentu. Tahapan pengembangan ini memiliki makna sebagai berikut:
a. Tahap ke-1, belum memenuhi SPM. Pada tahap ini, kinerja sekolah
mempunyai banyak kelemahan dan membutuhkan banyak perbaikan.
b. Tahap ke-2, memenuhi SPM. Pada tahap ini, terdapat beberapa kekuatan
dan kelemahan tetapi masih sangat butuh perbaikan.
c. Tahap ke-3, memenuhi SNP. Pada tahap ini, kinerja sekolah baik, namun
masih perlu peningkatan.
d. Tahap ke-4, melampaui SNP. Pada tahap ini, kinerja sekolah sangat baik,
melampaui standar yang telah ditetapkan.
Tahapan pengembangan bisa berbeda dalam indikator yang berbeda pula.
Hal ini penting sebab sekolah harus menilai kinerja apa adanya. Dalam
pelaksanaan EDS yang dilakukan setiap tahun, sekolah mempunyai dasar
nyata indikator atau komponen atau standar mana yang memerlukan
perbaikan secara terus-menerus.
21
5. Rekomendasi
Setelah menentukan tahapan pengembangan, sekolah kemudian
menyusun rekomendasi berdasarkan bukti fisik, deskripsi, dan tahapan
pengembangan untuk setiap indikator. Rekomendasi tidak hanya difokuskan
pada indikator yang dianggap lemah namun juga disusun untuk setiap indikator
yang telah mencapai standar nasional pendidikan. Sehingga rekomendasi ini
dapat
digolongkan
dengan
rekomendasi
perbaikan/peningkatan
dan
D. Sistem, Teknik dan Metode Penilaian Kinerja dan Evaluasi Diri Sekolah
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah salah satu unsur penting
dalam manajemen kinerja. Sistem manajemen kinerja adalah proses formal yang
terstruktur untuk mengukur, mengevaluasi, dan mempengaruhi sikap, perilaku,
dan hasil kinerja para karyawan yang terkait dengan jabatan/pekerjaan mereka.
(Schuler dan Jackson, 2006). Sistem manajemen kinerja membantu mengarahkan
dan memotivasi para karyawan untuk memaksimalkan usaha mereka dalam
mencapai tujuan organisasi (Schuler & Jackson, 2006).
Astuti (2006) Sebuah sistem manajemen kinerja (performance management
system) dapat dipandang sebagai sebuah siklus mengenai bagaimana manajer
bekerja bersama dengan bawahan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Merencanakan kinerja, yaitu menentukan responsibilitas-responsibilitas dan
ekspektasi jabatan, dan menetapkan goals atau objectives untuk suatu periode
kinerja.
2. Coach/manage, yaitu memberikan feedback, support dan mengukuhkan
development sepanjang periode kinerja itu.
3. Menilai kinerja Secara formal mengevaluasi kinerja di akhir periode kinerja.
Steensma dan Visser dalam Wijayanti (2012) menyatakan bahwa
penggunaan sistem penilaian kinerja antara lain adalah dapat membuat keputusan
yang lebih baik, kepuasan dan motivasi karyawan yang lebih tinggi, komitmen yang
lebih kuat terhadap perusahaan, sehingga perusahaan bisa menjadi lebih efektif.
Karyawan akan menerima penilaian jika mereka diperbolehkan untuk ikut
22
berpartisipasi, mendiskusikan rencana dan tujuan, serta dinilai berdasarkan faktorfaktor yang relevan dengan pekerjaannya (Dipboye & de Pontbriand dalam
Wijayanti (2012)). Penilaian yang efektif memiliki lima kriteria yaitu validitas yang
dapat terlihat dari faktor-faktor penilaian, reliabilitas atau konsistensi penilaian,
diskriminatif atau dapat membedakan hasil penilaian, bebas bias, dan relevan atau
sesuai dengan situasi serta kondisi kinerja.
Grote dalam Wijayanti (2012) mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki sistem penilaian kinerja yang baik akan menggunakannya sebagai proses
yang berkelanjutan, proses ini terbagi dalam empat fase, yaitu:
1. Perencanaan, dalam fase ini atasan dan bawahan mengadakan pertemuan
untuk membahas dan menetapkan tujuan, serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan pekerjaan seperti kompetensi, perilaku dan tanggung jawab kerja yang
harus dimiliki.
2. Pelaksanaan, pada fase ini karyawan bekerja untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, peran atasan sebagai pembimbing dapat memotivasi
karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga tujuan dapat tercapai.
3. Pengukuran, pada fase ini atasan memberikan refleksi terhadap tugas-tugas
yang telah dikerjakan karyawan dan hasil dari fase ini dapat mempengaruhi
karyawan
tersebut
baik
dalam
kompensasi
atau
bentuk
penghargaanpenghargaan lainnya
4. Peninjauan, fase ini merupakan review yaitu mempertemukan kembali atasan
dan bawahan untuk memberikan dan membahas hasil kinerja karyawan secara
mendalam, dan di akhir pertemuan keduanya kembali membuat dan
menetapkan tujuan serta tugas-tugas untuk masa yang akan datang. Sistem
penilaian kinerja terkadang dapat berjalan tidak lancar, salah satu sebabnya
adalah tidak adanya rasa memiliki karena karyawan tidak dilibatkan dalam
proses sehingga mereka tidak terlatih, serta perbedaan kredibilitas atasan
sebagai penilai (Gabris & Ihrke, 2000; Grote, 2002).
Di sisi lain faktor subjektivitas seperti diskriminasi dalam lingkungan kerja, budaya,
ras, jenis kelamin, struktur organisasi, stereotip umum, distorsi persepsi, dan
perilaku sosial juga dapat mempengaruhi. Untuk inilah diperlukan pedoman yang
spesifik dalam menggunakan sistem penilaian dan pemberian kriteria nilai,
mengkomunikasikan pentingnya penilaian kinerja kepada seluruh karyawan, serta
meninjau kembali alat atau sistem penilaian yang digunakan. Penilaian kinerja
23
tentang
pekerjaan,
kemampuan
mengemukakan
pendapat,
24
5. Praktis (practicality).
Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah dimenegerti
oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
Pendapat senada dikemukakan oleh Noe et. Al. (2003: 332-335), bahwa kriteria
sistem pengukuran kinerja yang efektif terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Mempunyai Keterkaitan yang Strategis (strategic congruence).
Suatu pengukuran kinerja dikatakan mempunyai keterkaitan yang strategis jika
sistem pengukuran kinerjanya menggambarkan atau berkaitan dengan tujuantujuan organisasi. Sebagai contoh, jika organisasi tersebut menekankan pada
pentingnya pelayanan pada pelanggan, maka pengukuran kinerja yang
digunakan harus mampu menilai seberapa jauh pegawai melakukan pelayanan
terhadap pelanggannya.
2. Validitas (validity).
Suatu pengukuran kinerja dikatakan valid apabila hanya mengukur dan menilai
aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan.
3. Reliabilitas (reliability).
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran kinerja yang digunakan.
Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran kinerja adalah
dengan membandingkan dua penilai yang menilai kinerja seorang pegawai.
Jika nilai dari kedua penilai tersebut relatif sama, maka dapat dikatakan bahwa
instrumen tersebut reliable.
4. Akseptabilitas (acceptability).
Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima
oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Hal ini menjadi suatu perhatian serius
mengingat sekalipun suatu pengukuran kinerja valid dan reliabel, akan tetapi
cukup banyak menghabiskan waktu si penilai, sehingga si penilai tidak nyaman
menggunakannya.
5. Spesifisitas (specificity).
Spesifisitas adalah batasan-batasan dimana pengukuran kinerja yang
diharapkan disampaikan kepada para pegawai sehingga para pegawai
memahami apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana cara untuk
mencapai kinerja tersebut. Spesifisitas berkaitan erat dengan tujuan strategis
dan tujuan pengembangan manajemen kinerja.
25
Dari pendapat Casio dan Noe et al, ternyata suatu instrumen penilaian
kinerja harus didesain sedemikian rupa. Instrumen penilaian kinerja, berdasarkan
konsep Casio dan Noe et al, terutama harus berkaitan dengan apa yang dikerjakan
oleh pegawai. Mengingat jenis dan fungsi pegawai dalam suatu organisasi tidak
sama, maka nampaknya, tidak ada instrumen yang sama untuk menilai seluruh
pegawai dengan berbagai pekerjaan yang berbeda.
Aspek penting dari suatu sistem penilaian kinerja adalah standar yang jelas.
Sasaran utama dari adanya standar tersebut ialah teridentifikasinya unsur-unsur
kritikal suatu pekerjaan. Standar itulah yang merupakan tolok ukur seseorang
melaksanakan pekerjaannya. Standar yang telah ditetapkan tersebut harus
mempunyai nilai komparatif yang dalam penerapannya harus dapat berfungsi
sebagai alat pembanding antara prestasi kerja seorang karyawan dengan
karyawan lain yang melakukan pekerjaan sejenis.
Metode penilaian prestasi kinerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 3
macam, yakni: (1) Result-based performance evaluation, (2) Behavior-based
performance evaluation, (3) Judgment-based performance evaluation, sebagai
berikut, (Robbins, 2003).
1. Penilaian
performance
berdasarkan
hasil
(Result-based
performance
evaluation)
Tipe kriteria performansi ini merumuskan performansi pekerjaan
berdasarkan pencapaian tujuan organisasi, atau mengukur hasil-hasil akhir
(end results). Sasaran performansi bisa ditetapkan oleh manajemen atau oleh
kelompok kerja, tetapi jika menginginkan agar para pekerja meningkatkan
produktivitas mereka, maka penetapan sasaran secara partisipatif, dengan
melibatkan para pekerja, akan jauh berdampak positif terhadap peningkatan
produktivitas organisasi. Praktek penetapan tujuan secara partisipatif, yang
biasanya dikenal dengan istilah Management By Objective (MBO), dianggap
sebagai sarana motivasi yang sangat strategis karena para pekerja langsung
terlibat dalam keputusan-keputusan perihal tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Para pekerja akan cenderung menerima tujuan-tujuan itu sebagai
tujuan mereka sendiri, dan merasa lebih bertanggung jawab untuk dan selama
pelaksanaan pencapaian tujuan-tujuan itu.
26
performansi
berdasarkan
judgement
(Judgement-Based
Performance Evaluation)
Tipe
kriteria
performansi
yang
menilai dan/atau
mengevaluasi
(6)
Personal
qualities,
menyangkut
kepribadian,
kepemimpinan,
28
atau
tingkat
output
yang
diharapkan.
Standar-standar
30
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dikembangkan sejalan dengan sistem penjaminan
mutu pendidikan terkait dengan perencanaan pengembangan sekolah dan
manajemen berbasis sekolah.
2. Terdapat empat siklus pegembangan dan peningkatan yang berkelanjutan,
yaitu: (1) mengumpulkan informasi berdasarkan 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP), Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan kebutuhan sekolah,
(2)
mengidentifikasi
pencapaian
dan
memprioritaskan
bidang
untuk
B. Saran
1. Bagi Stakeholder termasuk Dinas Pendidikan dan Pengawas Sekolah
diharapkan proaktif dengan memberi bimbingan dan fasilitasi bagi sekolah
dalam melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan menjunjung tinggi
asas kejujuran demi perbaikan secara berkesinambungan mutu sekolah.
31
dapat
dengan
berkaca
pada
evaluasi
diri
maka
dapat
32
DAFTAR PUSTAKA