Anda di halaman 1dari 31

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
petunjuk Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
TINJAUAN HUKUM KESEHATAN TERHADAP MENINGGALNYA JOHANES
Akibat Kesalahan Dokter Dalam Melakukan Operasi Ilegal. Makalah ini membahas
mengenai contoh kasus malpraktik dan analisa terhadap kasus tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sem purna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun, penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Bandung, November 2015


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1

Latar Belakang................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3

Tujuan Penulisan.............................................................................................2

1.4

Manfaat Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3


2.1

Pengertian-pengertian.....................................................................................3

2.1.1

Pengertian Malpraktik.............................................................................3

2.1.2

Kode Etik Kedokteran.............................................................................4

2.1.3

Surat Tanda Registrasi (STR)..................................................................5

2.1.4

SIP (Surat Izin Praktik)............................................................................5

2.2

Pengertian Hukum..........................................................................................6

2.2.1

Pengertian Hukum Kesehatan.................................................................7

2.2.2

Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan.................................................9

2.2.3

Praktik Kedokteran................................................................................11

2.3

Konsep..........................................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................13


3.1

Penyebab Pasien Meninggal.........................................................................14

3.2

Penyebab Dugaan Malpraktik.......................................................................14

3.3

Tinjauan Hukum Kesehatan Terhadap Kasus...............................................14

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................17


4.1

Simpulan.......................................................................................................17

4.2

Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
Hariri, Wawan Muhwan. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : CV. PustakaSetia.
Dewantara, Rudy. 2008. Malpraktik. [Online] Tersedia :
https://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/28/malpraktiksejauhmana-kita-sebagai-seorang-dokter-memahaminya/
Septianingrum, Dorya Asti. 2013. Malpraktik. [Online] Tersedia :
http://doryastiseptianingrum.blogspot.co.id/2013/12/malpraktik.html
Zulqifli. 2013. Malpraktik Dalam Dunia Kesehatan. [Online] Tersedia :
http://informasikesehatanbulukumba.blogspot.co.id/2013/11/malpraktikdalam-dunia-kesehatan_1808.html
Gitahafas. 2008. SURAT IJIN PRAKTEK ( SIP ). [Online] Tersedia :
http://www.ilunifk83.com/t97-surat-ijin-praktek-sip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
Meilany, Novyta . 2013. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan
Kesehatan.
[Online] Tersedia :
http://meilanyhartanti.blogspot.co.id/2013/06/hak-dan-kewajiban-pasiendalam.html
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal penting bagi manusia. Banyak cara yang


dilakukan agar manusia dalam keadaan sehat, seperti olahraga, menjaga pola
hidup sehat, dan masih banyak lagi. Apabila dalam kondisi tidak sehat,
masyarakat biasa memeriksakan diri ke dokter. Dokter sebagai salah satu
komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai
peranan yang sangat penting dan terkait secara langsung dengan proses
pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.

Namun, kasus malpraktik sering terjadi di Indonesia, termasuk


malpraktik yang dilakukan oleh dokter. Salah satu contohnya adalah kasus
malpraktik yang dilakukan oleh dokter spesialis ahli bedah bernama
dr.Bambang Suprapto, Sp.B.M.Surg yang tidak memiliki Surat Izin Praktik
(SIP) di Rumah Sakit Tingkat IV Kota Madiun (Rumah Sakit DKT), tetapi tetap
berpraktik di Rumah Sakit tersebut sebagai dokter tamu. Terdakwa melakukan
operasi terhadap pasiennya yang bernama Johanes Tri Handoko yang
sebelumnya telah diperiksa oleh terdakwa dan diduga menderita penyakit tumor
pada usus. Dalam proses operasi terdakwa selaku dokter ahli hanya dibantu
oleh 3 (tiga) orang perawat yang sebenarnya tidak sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional. Seharusnya pelaksanaan operasi besar dilakukan oleh
tim dokter ahli. Kemudian setelah operasi, pasien sadarkan diri dan pasien
merasakan sakit terus-menerus.

Setelah dirujuk ke rumah sakit lain dan dilakukan dua kali operasi
yang ditangani oleh tiga dokter ahli sesuai standar operasional. Dalam operasi
ini, dilakukan evakuasi cairan dan cairan berwarna kuning seperti nanah yang
mengkontaminasi dan menginfeksi rongga perut. Selanjutnya dilakukan

pencucian dengan NaCl fisiologis. Pada operasi ini ditemukan benang jahitan
warna hitam yang tertinggal pada usus besar yang bocor. Berdasarkan kronologi
tersebut, Jaksa Penuntut Umum menyatakan perbuatan terdakwa telah
melanggar Pasal 76 dan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menetapkan judul makalah


TINJAUAN HUKUM KESEHATAN TERHADAP MENINGGALNYA
JOHANES Akibat Kesalahan Dokter Dalam Melakukan Operasi

Ilegal.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat kami rumuskan


permasalahan, sebagai berikut :

1) Apa yang menyebabkan pasien meninggal dunia?

2) Mengapa dr.Bambang diduga melakukan malpraktik?

3) Bagaimana tinjauan hukum kesehatan terhadap kasus ini?

1.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut :

1.4

1)

Untuk mengetahui penyebab pasien meninggal dunia.

2)

Untuk memaparkan penyebab dr.Bambang melakukan malpraktik.

3)

Untuk meninjau kasus malpraktik ini dari segi hukum kesehatan.

Manfaat Penulisan

1) Secara teoritis penulisan makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu


pengetahuan kepada pembaca

2) Secara praktis penulisan makalah ini bermanfaat agar kelompok kami


dapat mengetahui dan memahami mengenai malpraktik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian-pengertian
2.1.1 Pengertian Malpraktik

Secara harfiah Mal mempunyai arti salah sedangkan Praktik


mempunyai arti Pelaksanaan atau Tindakan, sehingga malpraktik
berarti Pelaksanaan atau tindakan yang salah.

Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari


seseorang dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya dalam menggunakan
ilmu pengetahuan untuk mengobati dan merawat pasien. (Valentin v. La
Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).

Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang


dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien,
yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut
ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktik juga dapat diartikan sebagai
tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang
tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsipprinsip transparansi atau keterbukaan, dalam arti, harus menceritakan
secarajelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik
pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.

Sebaiknya, tenaga medis dalam memberikan pelayanan wajib


menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif
semaksimal mungkin. Namun, penyalahartian malpraktik biasanya terjadi
karena ketidaksamaan persepsi tentang malpraktik.

Menurut Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa


malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence)
yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang
menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.

Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).


Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World Medical Associations)
adalah Involves the physicians failure to conform to the standard of care
for treatment of the patients condition, or a lack of skill, or negligence in
providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the
patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan
terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan
perawatan pasien, yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya
cedera pada pasien).

2.1.2 Kode Etik Kedokteran

Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi


kedokteran dalam hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan
masyarakat umumnya serta merupakan bagian dari keseluruhan proses
pengambilan keputusan dan tindakan medis ditinjau dari segi norma
-norma / nilai- nilai moral. Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk
mengantisipasi atau mencegah terjadinya perkembangan yang buruk
terhadap profesi dokter dan mencegah agar dokter dalam menjalani
profesinya dapat bersikap professional.

Kode etik kedokteran menunjukkan bahwa profesi dokter sejak


perintisannya telah membuktikan sebagai profesi yang luhur dan mulia.
Sehingga setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah dokter dari awal pengucapan sumpah kedokteran.

2.1.3

Surat Tanda Registrasi (STR)


STR dokter Surat Tanda Registrasi (STR), merupakan dokumen

hukum atau tanda bukti tertulis bagi dokter dan dokter spesialis bahwa
yang bersangkutan telah mendaftarkan diri dan telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan serta telah diregistrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia.
Masa berlaku STR dokter dan dokter spesialis di Indonesia adalah lima
tahun.
STR sementara merupakan STR yang diberikan kepada dokter dan
dokter spesialis warga Negara asing yang melakukan kegiatan dalam
rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang
kedokteran yang bersifat di bidang kedokteran yang bersifat sementara di
Indonesia berlaku selama satu tahun. STR bersyarat diberikan oleh KKI
kepada peserta program pendidikan dokter spesialis warga negara asing
yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

2.1.4

SIP (Surat Izin Praktik)

Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.

Sebelum mengurus SIP (Surat Ijin Praktik Dokter) terlebih dahulu


yang harus dilakukan adalah mengurus Rekomendasi dari IDI. Untuk
beberapa daerah seperti Jakarta, dan daerah Jawa Timur serta sebagian
besar daerah yang lain Rekomendasi ada 2 Jenis yaitu Rekomendasi asal
dan rekomendasi tujuan. Pengertian rekomendasi asal adalah adalah surat
rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI tempat pertama kali dokter tersebut
mendaftar keanggotaan IDI. Sedangkan Rekomendasi tujuan adalah
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI dimana tempat dokter tersebut
akan berpraktik.

Fungsi Surat Izin Praktik :

1. Sebagai salah satu persyaratan/bukti seorang dokter/dokter gigi dalam


menjalankan praktik.

2. Sebagai bukti bahwa praktik yang dilaksanakan bersifat legal.

3. Sebagai kekuatan hukum apabila terjadi kasus yang tidak diinginkan.

4. Untuk menyatakan batasan wilayah dimana seorang dokter tersebut


bertugas.

5. Untuk mengetahui berkompetensi tidaknya seorang dokter dan dokter gigi


dalam pelayanan medis.

6. Agar dokter dan dokter gigi dapat mengamalkan praktik dan pengetahuan
ilmu kedokterannya untuk kepentingan masyarakat secara resmi.

Kewajiban administrasi tersebut antara lain ;

Kewajiban memiliki surat tanda registrasi (STP) dan surat izin praktik
(SIP) dokter/dokter gigi.

Kewajiban memiliki SIP diatur dalam pasal 36 bunyinya;


Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki Surat Izin Praktik.

2.2

Pengertian Hukum

Berikut ini pengertian dan definisi hukum menurut beberapa para ahli:

1. Prof. Soedkno Mertokusumo

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah


dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tingkah laku yang
berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan sanksi.

2. Mochtar Kusumaatmadja

Hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang
mewujudkan kaidah tersebut dalam masyarakat.

3. Van Kan

Hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk


melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

4. E Utrecht

Himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya


ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.

5. M.H. Tirtaamidjaya, S.H

Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian, jika melanggar aturan-aturan itu, akan membahayakan diri sendiri
atau harta, umpamanya orang yang akan kehilangan kemerdekaan, didenda dan
sebagainya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dapat disimpulkan bahwa


hukum merupakan ketetapan, peraturan dan ketentuan yang telah disepakati
oleh masyarakat dan para penegak hukum, yang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Hukum mengandung sanksi-sanksi tertentu untuk diterapkan
pada para pelanggar hukum.

2.2.1 Pengertian Hukum Kesehatan

Prof. Van der Mijn, Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai


kumpulan pengaturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan dan
juga penerapannya kepada hukum perdata, hukum pidana dan hukum
administrasi. Hukum medis yang mempelajari hubungan yuridis dimana
dokter menjadi salah satu pihak, adalah bagian dari hukum kesehatan.

10

Hukum kesehatan termasuk hukum lex specialis, melindungi


secara khusus tugas profesi kesehatan (provider) dalam program pelayanan
kesehatan manusia menuju ke arah tujuan deklarasi health for all dan
perlindungan secara khusus terhadap pasien receiver untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Dengan sendirinya hukum kesehatan ini mengatur
hak dan kewajiban masing-masing penyelenggara pelayanan dan penerima
pelayanan, baik sebagai perorangan (pasien) atau kelompok masyarakat.

Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia dalam anggaran


dasarnya menyatakan hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan
penerapannya serta hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap
lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari
pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi;
sarana pedoman medis nasional/internasional, hukum di bidang
kedokteran, yurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran
kesehatan. Yang dimaksud dengan hukum kedokteran ialah bagian hukum
kesehatan yang menyangkut pelayanan medis.

Hukum kesehatan menurut H.J.J. Lennen adalah keseluruhan


ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan langsung dengan pelayanan
kesehatan dan penerapan kaidah-kaidah hukum perdata, hukum
administrasi negara, dan hukum pidana dalam kaitannya dengan hal
tersebut.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Van Der Mijn, hukum
kesehatan dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan yang berkaitan
dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum

11

perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara. Dengan demikian


dapat dikatakan bahwa hukum kesehatan adalah seluruh kumpulan
peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan.

Sumber hukum kesehatan tidak hanya bertumpu pada hukum


tertulis (undang-undang), namun juga pada jurisprudensi, traktat,
konsensus, dan pendapat ahli hukum serta ahli kedokteran (termasuk
doktrin). Hukum kesehatan dilihat dari objeknya mencakup segala aspek
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Dengan demikian dapat
dibayangkan bahwa sumber hukum kesehatan cukup luas dan kompleks.
Bentuk hukum tertulis atau undang-undang mengenai hukum kesehatan
diatur dalam:

a. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

b. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

2.2.2 Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk


perawatan tercantum pada UU No 36 tahun 2009 yaitu :

Pasal 14 ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,


mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

12

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh


masyarakat.

Pasal 52 (1) Pelayanan kesehatan terdiri atas: a. pelayanan kesehatan


perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Pasal 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.

Pasal 58 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap


seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya. (2) Tuntutan ganti rugi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. (3) Ketentuan
mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Secara rinci, hak dan kewajiban pasien adalah sebagai berikut :

13

1. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai


dengan standar profesi kedokteran.

2. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan
medis yang akan dilakukan dokter/ suster.

3. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien.

4. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.

5. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis yang


akan dilakukan pada pasien.

6. Hak untuk menghentikan pengobatan.

7. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain /


Rumah Sakit lain.

8. Hak atas isi rekaman medis / data medis.

9. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.

10. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang
dikenakan / dokumen pembayaran / bon /bill.

11. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan
yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

14

2.2.3 Praktik Kedokteran

Peraturan praktik dokter dalam melaksanakannya keprofesiannya


diatur dalam UU no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran :

Pasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik


kedokteran mempunyai kewajiban : a. memberikan pelayanan
medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien; b. merujuk pasien ke
dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan; c. merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia; d. melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas
dan mampu melakukannya; dan e. menambah ilmu pengetahuan
dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

Pasal 76 Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja


melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

15

Pasal 79 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)


tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang : a. dengan sengaja
tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (1); b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1); atau c. dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

2.3

Konsep

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai analisa suatu kasus


malpraktik. Yang akan diperjelas dan dijabarkan dalam pembahasan makalah ini
adalah mengenai:

1. Penyebab dari pasien yang bernama Johanes ini meninggal. Mulai dari
penyebab atau bahan yang menyebabkannya meninggal sampai petugas
yang akibat kelalaiannya menyebabkannya meninggal.

2. Kemudian kami juga akan membahas dr.Bambang diduga melakukan


malpraktik. Di sini akan dibahas mulai dari penyebab pasien meninggal
sampai petugas yang seharusnya bertanggung jawab. Karena operasi ini
harus dilakukan sesuai standar prosedur operasional dan oleh petugas yang
kompeten.

3. Kemudian setelah diketahui penyebab dari meninggalnya pasien dan petugas


yang seharusnya bertanggung jawabatas meninggalnya pasien, selanjutnya

16

akan dibahas mengenai sumber hukum yang akan dijadikan acuan dalam
penyelesaian kasus ini. Dalam hal ini yang dijadikan sumber hukum adalah
Undang-Undang praktik kedokteran pasal 76, pasal 79 C dan pasal 51.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Penyebab Pasien Meninggal

Kronologis kejadian meninggalnya pasien, pada tanggal 21 oktober


2007 Johanes datang ke RS DKT Madiun. Dari hasil diagnosa, Johanes diduga
menderita tumor pada usus dan Johanes merujuk untuk operasi. 25 Oktober
2007 dr.Bambang melakukan operasi pengangkatan tumor dan melakukan
penyambungan usus secara langsung. Setelah selesai operasi, Johanes lalu
dipindah ke sel rawat inap. Tapi pasien merasa kesakitan terus menerus dan
perutnya kembung. 2 November 2007 Johanes dirujuk ke RS RKZ Surabaya.
Karena kamar penuh, Johanes lalu dipindah ke RS Mitra Keluarga Surabaya
dan langsung dilakukan operasi lanjutan. 2 November 2007 operasi lanjutan
kedua dengan hasil menemukan benang jahitan warna hitam yang tertinggal
pada usus besar yang bocor. 20 Juli 2008 Johanes meninggal dunia karena
ususnya bocor akibat infeksi dengan bukti benang hitam yang tertinggal di
perut.

14

Dalam kasus ini, pasien meninggal dunia akibat kesalahan operasi


yang dilakukan oleh dr. Bambang. Pasien melakukan operasi usus. Setelah lima
hari pasca operasi pasien mengalami sakit yang terus menerus, sehingga
dilakukan operasi ulang. Pada operasi yang kedua ini ternyata ditemukan
benang jahitan warna hitam yang tertinggal pada usus besar yang bocor. Usus
mengalami kebocoran, infeksi dan bernanah.

Jadi pasien meninggal di karenakan operasi yang kurang benar dari


dokter yang melakukan operasi tersebut sehingga terjadi kebocoran usus yang
menyebabkan infeksi pada usus dan berujung kematian pasien akibat infeksi
tersebut.
3.2

Penyebab Dugaan Malpraktik

dr.Bambang ternyata tidak mempunyai izin berpraktik di RS DKT


Madiun. Status dr.Bambang pada RS DKT Madiun hanyalah sebagai dokter
tamu. Terdakwa sama sekali tidak mempunyai surat izin praktik untuk
berpraktik di RS DKT Madiun. Ini berarti terdakwa tidak berhak melakukan
tindakan medis lebih jauh, termasuk operasi. Seharusnya dr.Bambang merujuk
ke dokter lain di RS DKT Madiun yang lebih ahli dan profesional. Atas
kejadian itu, RS DKT baru melarang dr.Bambang praktik belakangan.

Dalam operasi itu dr.Bambang mengajak 3 tenaga kesehatan RS


tersebut yaitu:

1. Ismardiantoro yang bertugas menyiapkan alat.

2. Sudarsono sebagai petugas anastesi.

15

3. Sunar sebagai perawat dan administrasi.

Ketiganya merupakan Ahli Madya Kesehatan (Pendidikan DIII), bukan


dokter ahli.

Dugaan malpraktik dr.Bambang yaitu tidak mempunyai surat ijin


praktik (SIP) di RS DKT Madiun karena hanya sebagai dokter tamu.

3.3

Tinjauan Hukum Kesehatan Terhadap Kasus

Adapun Undang-Undang yang terkait dalam kasus meninggalnya


Johanes ini adalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran yang terdiri dari:

a. Pasal 76

Setiap dokter yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran


tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda
paling banyak Rp 100 juta.

b. Pasal 79 C

16

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda


paling banyak Rp 50 juta setiap dokter atau dokter gigi yang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

c. Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran


mempunyai kewajiban:

i.

memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan


standar

ii.

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai


keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

iii.

merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,


bahkan

iv.

juga setelah pasien itu meninggal dunia

melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,


kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya dan

v.

menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu


kedokteran atau kedokteran gigi.

17

Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk


perawatan tercantum pada UU No 36 tahun 2009 yaitu :

Pasal 14 ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,


mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat.

Pasal 52 (1) Pelayanan kesehatan terdiri atas: a. pelayanan kesehatan


perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Pasal 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.

Pasal 58 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap


seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya. (2) Tuntutan ganti rugi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. (3) Ketentuan
mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

18

19

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1

Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB III dapat penulis simpulkan
sebagai berikut :
1. Dalam kasus ini, pasien meninggal dunia karena ususnya bocor akibat
infeksi dengan bukti benang hitam yang tertinggal di perut.
2. Dugaan malpraktik dr.Bambang yaitu tidak mempunyai surat ijin
praktik (SIP) di RS DKT Madiun karena hanya sebagai dokter tamu.
3. Sumber hukum yang dapat di kaitkan dengan kasus ini adalah UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

4.2

Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas penulis berpendapat agar dalam
penanganan kasus malpraktik, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran dapat di jadikan sebagai acuan atau sumber hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Hariri, Wawan Muhwan. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : CV. PustakaSetia.

Dewantara, Rudy. 2008. Malpraktik. [Online] Tersedia :

20

https://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/28/malpraktiksejauhmana-kita-sebagai-seorang-dokter-memahaminya/

Septianingrum, Dorya Asti. 2013. Malpraktik. [Online] Tersedia :

http://doryastiseptianingrum.blogspot.co.id/2013/12/malpraktik.html

Zulqifli. 2013. Malpraktik Dalam Dunia Kesehatan. [Online] Tersedia :

http://informasikesehatanbulukumba.blogspot.co.id/2013/11/malpraktikdalam-dunia-kesehatan_1808.html

Gitahafas. 2008. SURAT IJIN PRAKTEK ( SIP ). [Online] Tersedia :

http://www.ilunifk83.com/t97-surat-ijin-praktek-sip

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004

TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

21

Meilany, Novyta . 2013. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan


Kesehatan.

[Online] Tersedia :

http://meilanyhartanti.blogspot.co.id/2013/06/hak-dan-kewajiban-pasiendalam.html

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009

TENTANG KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai