Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NONFORMAL


(Studi Deskriptif di LKP EXPRESS Kuningan)
diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Pedagogik
yang Diampu Oleh Prof. Dr. Uman Suherman, M.Pd.

Oleh :
Muhamad Zulfikar

Mansyur (1503139)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Penyelenggaraan Pendidikan Nonformal.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai penyelenggaraan
pendidikan Nonformal. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa
sumber baik dari buku maupun dari Undang-Undang dan membuat gagasan dari
beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai
dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah
yang lebih baik.
Bandung, Desember 2015

BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada
hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat
berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir
sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Berdasarkan UU no 20 tahun
2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
Pendidikan formal, informal, dan nonformal sebagai bagian dari
continuing education dan lifelong education, ketiganya tidak dapat terpisahkan
dan tidak dapat berdiri sendiri. Ketiganya saling mengisi terutama dalam (1)
memenuhi kebutuhan belajar sepanjang hayat (selama masyarakat itu ada).
Masyarakat memperoleh pengetahun, pengalaman, dan keterampilan tidak cuup
hanya dari pendidikan formal saja, akan tetapi masyarakat perlu menambah
pendidikan lain sebagai (complementary) baik melalui pendidikan informal
maupun melalui pendidikan nonformal. (2) pengembangan pendidikan sepanjang
hayat melalui pendidikan formal, informal, dan nonformal, yang terintegrasi akan
memudahkan masyarakat dalam memilih pendidikan mana yang paling cocok dan
sesuai dengan kebutuhan pengembangan diri serta sesuai dengan keahlian
(kompetensi) yang dibutuhkan bagi kehidupannya.(Kamil, 2011)
Membicarakan tentang pendidikan nonformal bukan berarti hanya
membahas mengenai pendidikan alternative di masyarakat akan tetapi tetap
berbicara tentang pendidikan yang utuh, karena hakekatnya pendidikan nonformal
pun memiliki teori dan kaidah kaidah pendidikan yang utuh hanya pada

pendidikan nonformal tidak dibatasi dengan waktu, usia, jenis kelamin, ras,
kondisi social budaya, ekonomi, keluarga, dll.. terdapat berbagai macam
pendidikan nonformal berdasarkan UU no 20 tahun 2003. Pendidikan nonformal
yang dimaksud meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik. Dengan satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Dari berbagai satuan pendidikan nonformal yang telah disebutkan di atas
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) merupakan satuan pendidikan nonformal
yang cukup banyak terutama di kota kota besar.LKP tersebut berbentuk lembaga
bimbingan belajar atau kursus dimana sasaran utamanya adalah anak anak usia
sekolah yang memiliki kesulitan dalm proses pendidikan di lembaga pendidikan
formal. Tuntutan standar pendidikan yang tinggi namun terbatasnya kemampuan
di lembaga pendidikan formal membuat lembaga pendidikan nonformal utamanya
LKP menjadi solusi utama bagi para siswa untuk mengatasi permasalahan di
sekolahnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya. Maka
penulis ingin melakukan observasi di salah satu lembaga pendidikan non formal
di kabupaten kuningan dengan rumusan masalah
1. Bagaimana penyelenggaran pendidikan di lembaga pendidikan non formal
dengan satuan pendidikan Lembaga Kursus dan Pelatihan ?
2. Bagaimana kesesuaian penyelenggaraan pendidikan di Lembaga Kursus dan
Pelatihan dengan teori teori pendidikan serta peraturan perundangan yang
ada?

BAB II
HASIL OBSERVASI
A. Teori Pedagogik
Terdapat beberapa pendapat mengenai arti dari pedagogic diantaranya
Prof. DR. J Hoogveld (Sadullah, 2010) berpendapat bahwa pedagogic adalah
ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kea rah tujuan tertentu
yaitu agar ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya atau
dengan nama lain ilmu pedagogic adalah ilmu mendidik anak.
Sadullah (2010) mengartikan pedagogic sebagai suatu teori atau kajian yang
secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep konsep mengenai
hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan pendidikan, dan
hakikat proses pendidikan.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan baha pedagogic adalah ilmu
mengenai pendidikan baik itu objek pendidikan (anak/peserta didik), proses, dan
tujuan pendidikannya. Sehingga pedagodik tidak dapat dilepaskan dari pendidikan
itu sendiri. Terdapat beberapa pengertian pendidikann
UU no 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara ektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Henderson (Sadullah,2010) pendidikan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan social dan
lingkungan fisik dan berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Berdasarkan pengertian di atas maka pendidikan memiliki beberapa prinsip yaitu
1. Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak
manusia lahir dari kandungan ibunya samapai tutup usia selama ia mampu
menerima pengaruh dan mengembangkan dirinya.
2. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab semua manusia.
3. Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan
pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang yang membuatnya disebut manusia seutuhnya.

B. Teori Teori Pendidikan


1. Behaviorisme
Menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan pendidik kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus
yang diberikan oleh pendidik tersebut.
2. Kognitivisme
Pada teori ini pengetahuan didapat melalui proses pemikiran. Dmana
menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam
menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
3. Konstruksivisme
Pada teori ini yang menjadi focus adalah bahwa siswa apeserta didik
mengorganisasi pengalaman yang telah dimilikinya sehingga terbentuk
pengetahuannya sendiri.
4. Humanistik
Pada teori ini yang menjadi focus utama adalah pada dasarnya tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia oleh karena itu proses
pembelajaran dianggap berhasil apabila si pebelajar sudah memahami
dirinya sendiri dan lingkungannya. Tujuan utama pendidik pada teori ini
adalah untuk membantu siswa untuk mengembangkan dirinya dan
mewujudkan potensi potensi yang ada pada diri mereka
C. Pilar Pilar Pendidikan
Ada empat pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO yang dapat
digunakan sebagai prinsip pembelajaran yang bias diterapkan dalam dunia
pendidikan
1. Learning to Know
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa
belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil
belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan

proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan
tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari
yang harus dipelajari itu.
2. Learning to Do
belajar dimaknai sebagai upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya
mengetahui, mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,
tetapi lebih kepada dapat melakukan, terampil berbuat atau mengerjakan
kegiatan tertentu (sesuatu) sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna
bagi kehidupan. Fokus pembelajaran dalam pilar ini lebih memfokuskan pada
ranah psikomotorik.
3. Learning to Be
belajar adalah membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata
lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan
kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
4. Learning to Live Together
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat
diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global
dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin
bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
D. Pendidikan NonFormal (PNF)
Berdasarkan UU no 20 tahun 2003 Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan
di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.
Dengan penyelenggaraan yang dipertegas dan tertuang pada PP no 17 tahun 2010
yaitu
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 100
(1) Penyelenggaraan pendidikan nonformal meliputi penyelenggaraan satuan
pendidikan dan program pendidikan nonformal.
(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi satuan pendidikan:
a. lembaga kursus dan lembaga pelatihan;
b. kelompok belajar;

c. pusat kegiatan belajar masyarakat;


d. majelis taklim; dan
e. pendidikan anak usia dini jalur nonformal.
(3) Penyelenggaraan program pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pendidikan kecakapan hidup;
b. pendidikan anak usia dini;
c. pendidikan kepemudaan;
d. pendidikan pemberdayaan perempuan;
e. pendidikan keaksaraan;
f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan
g. pendidikan kesetaraan.
Pasal 101
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara denganhasil program
pendidikan formal.

Bagian Kedua
Fungsi dan Tujuan
Pasal 102
(1) Pendidikan nonformal berfungsi:
a. sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal atau
sebagai alternatif pendidikan; dan
b. mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.

(2) Pendidikan nonformal bertujuan membentuk manusia yang memiliki


kecakapan hidup, keterampilan fungsional, sikap dan kepribadian profesional,
dan mengembangkan jiwa wirausaha yang mandiri, serta kompetensi untuk
bekerja dalam bidang tertentu, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(3) Pendidikan nonformal diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan
untuk masyarakat.
Bagian Ketiga
Satuan Pendidikan
Paragraf 1
Lembaga Kursus dan Lembaga Pelatihan
Pasal 103
(1) Lembaga kursus dan lembaga pelatihan serta bentuk lain yang sejenis
menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat untuk:
a. memperoleh keterampilan kecakapan hidup;
b. mengembangkan sikap dan kepribadian profesional;
c. mempersiapkan diri untuk bekerja;
d. meningkatkan kompetensi vokasional;
e. mempersiapkan diri untuk berusaha mandiri; dan/atau
f. melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
(2) Lembaga kursus dapat menyelenggarakan program:
a. pendidikan kecakapan hidup;
b. pendidikan kepemudaan;
c. pendidikan pemberdayaan perempuan;
d. pendidikan keaksaraan;
e. pendidikan keterampilan kerja;
f. pendidikan kesetaraan; dan/atau
g. pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.
(3) Lembaga pelatihan menyelenggarakan program pelatihan kerja dan pelatihan
lain untuk meningkatkan kompetensi kerja bagi pencari kerja dan pekerja.

(4) Lembaga kursus dan lembaga pelatihan yang terakreditasi oleh Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal dan/atau lembaga akreditasi lain
dapat menyelenggarakan uji kompetensi kepada peserta didik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Lembaga kursus dan lembaga pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
memberikan sertifikat kompetensi kepada peserta didik yang lulus uji
kompetensi.
(6) Peserta didik yang telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran di lembaga
kursus dan lembaga pelatihan dapat mengikuti ujian kesetaraan hasil belajar
dengan pendidikan formal sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(7) Peserta didik yang telah memenuhi syarat dan/atau lulus dalam ujian
kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) memperoleh ijazah sesuai
dengan program yang diikutinya

E. Hasil Observasi
Leembaga non formal yang menjadi objek observasi pada makalah ini
adalah LKP EXPRESS English Speaking Course yang beralamat di Jalan
Siliwangi 80 Gg Kabupatean, Kab. Kuningan dan jalan Siliwangi 83 ciawigebang,
Kab Kuningan. Lembaga ini berdiri sejak taun 1982, namun barulah pada tahun
1985 EKSPRESS mendapat legitimasi dari depnaker untuk mengeluarkan
sertifikat yang setara dengan program Diploma. Lembaga ini bergerak pada
bidang bimbingan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris. EXPRESS sendiri
memiliki suatu rancangan kurikulum sendiri yang tidak berpatokan pada
kurikulum yang terdapat pada lembaga pendidikan formal baik itu Kurnas, K13,
KTSP, KBK, ataupun semacamnya. Lembaga ini memiliki strktur kurikulum
mereka sendiri yang didasarkna kepada tingkat kesulutian materi serta pesertea
pada setiap jenjang yang dimiliki pada lembaga tersebut. Berikut adalah jenjang
tahapan program pada lembaga EXPRESS
NO

PROGRAM

DESKRIPSI

PESERTA DIDIK

LEVEL

Dalam

Program

ini

anak anak belajar


mengenal

Bahasa

Inggris yang ada di


sekitarnya

Kids Class

sambal

bermain

sehingga

mereka

Siswa SD kelas 2 - 4

akan

mendapatkan
belajar

Kids I
Kids II
Kids III
Kids IV

suasana

yang

tidak

membosankan .
Program ini merupakan
lanjutan dari kids class,

English

For

Children (EFC)

dalam

program

ini

mereka

belajar

dan

EFC I

bermain dalam bahasa Siswa SD kelas 4-5


Inggris

dan

sambal

menyambung

dengan

materi

yang ada

EFC II
EFC III
EFC IV

di

Intersection

sekolah
Merupakan

Class

penyempurnaan dari 2

Inters II

program

Inters III

Siswa SD kelas 6
sebelumnya

sambal

Inters IV

memperkenalkan
materi secara aktif dan
melibatkan

peserta

didik dalam dialog


dialog sederhana. Pada
Program
sambal

Inters I

ini

siswa

dipersiapkan

dengan materi Bahasa

Inggris untuk SMP


Program untuk anak
SMP

dengan

sajian

yang akti dan kreatif


Beginners

akan

meningkatkan

kemampuan berbahasa

Beginners I
Siswa SMP kelas 1-2

inggris dengan suasana

Beginners II
Beginners III
Beginners IV

belajar sesuai dengan


dunia remaja
Merupakan
Interchange
Class

lanjutan

Interchange I

dari program Beginners


sekaligus

persiapan Siswa SMP kelas 3

pembekalan

untuk

yang

lebih

berfokus

pada

dunia

remaja

akhir/dewasa

Elementary I
Elementary II
Elementary III

awal dalam berbahasa


General English

inggris. Peserta didik


dapat mengembangkan

Intermediate I
Siswa SMA

kemampuan berbahasa
inggris secara optimal
baik aktif maupun pasif
dari

pemula

hingga

Conversatiion

mahir
Program

khusus Umum

in English

percakapan

Bahasa

Inggris
bagi

untuk

umum

mereka

yang

sudah
fundamental

memiliki

Interchange III
Interchange IV

menuju SMA
Program ini merupakan
program

Interchange II

Intermediate II
Intermediate III
Advance I
Advance II
Advance III

kemampuan

Bahasa

inggris pasif. Program


ini

diarahkan

memacu

untuk

kemampuan

berbicara

dengan

menggunakan
grammatical Language
dana

tau

Communication
Language lebih aktif

TOEFEL
Preparation

dan kreatif
Program

yang

dirancang

untuk

mempersiapkan

dan Umum

meningkatkan

nilai

TOEFL atau sejenisnya


Program
untuk
karyawan atau tenaga
professional di insttansi
pemerintah atau swasta
agar
Company
Training

mampu

mengaplikasikan
kemampuan

Bahasa

inggrisnya
dengan

sesuai

Karyawan/pekerja
professional

bidangnya

masing masing guna


mengimbangi
persaingan

di

era

Holiday

globalisasi
Program khusus liburan Peserta

English

siswa

sekolah

meningkatkan

untuk EXPRESS

didik

kemampuan

Bahasa

inggris aktif baik secara


lisan maupun tulisan
dalam suasana belajar
yang santai
Program pembelajaran
Bahasa Inggris di luar
Outdoor

kelas

dengan

peningkatan
ability

tujun Peserta

didik

speaking EXPRESS

dengan

atau

tanpa native speaker


Seperti yang tertera pada tabel diatas, lembaga express ini memiliki
rentang usia peserta didik mulai dari anak usia 6 tahun hingga tak terbatas pada
masyarakat umum. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan CEO EXPRESS
usia paling atas adalah pada usia 20an yang dimana umumnya peserta didik pada
usia tersebut membutuhkan bantuan untuk mengatasi skor tes tes Bahasa inggris
seperti TOEFL, TOEIC, atau IELTS. Secara fasilitas, lembaga EXPRESS ini
memiliki ruangan yang cukup mendukung dalam menjalankan proses pendidikan
dengan daya tampung ruang kelas adalah maksimal sebanyak 12 peserta didik.
Hal ini karena lembaga tersebut mempertimbangkan kenyamanan peserta didik
jika jumlah peserta didik pada setiap kelasnya terlalu banyak. Maka hal tersebut
dikhawatirkan dapat mengurangi kenyamana dan konsentrasi peserta didik dalam
mengikuti. Setiap level pada LKP EXPRESS ditempuh dalam jenjang waktu 24 x
1,5 jam (90 menit) dengan alokasi waktu 1,5 jam/ pertemuan dan 2
pertemuan/pekan. Atau dengan kata lain setiap level dapat diselesaikan dalam
rentang waktu 2,5 3 bulan. Para pengajar atau mentor pada lembaga ini
memiliki kualifikasi yang mempuni dalam memberikan ateri mengenai Bahasa
Inggris. Seperti LKP pada umumnya lembaga ini memiliki sertifikat yang
diketahui dan ditandatangani oleh Depnaker setempat, sehingga sertifikat tersebut
dapat

BAB III
ANALISIS
Berdasarkan teori yang telah diungkapkan sebelumnya Lembaga
pendidikan non formal EXPRESS English Course merupakan lembaga pendidikan
non formal dengan satun berupa Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) den
program yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan dan
kecakapan hidup. Lembaga ini sudah memperoleh izil dari DEPNAKER
Kabupaten Kuningan untuk mengeluarkan sertifikat mengenai kecakapan dalam
berbahasa Inggris (Reading, Listening, Structure) yang dapat digunakan dalam
dunia kerja ini artinya berarti lembaga tersebut telah sesuai dengan PP no 17 tahun
2010.
Dari segi teori pendidikan, sebagaimana telah diungkapkan bahwa hakikat
dari pendidikan adalah sepanjang masa sehingga semua jenjang usia dapat
mengikuti/menempuh pendidikan di lembaga pendidikan non formal LKP
EXPRESS walaupun pada kenyataannya adalah mayoritas peserta didik pada
lembaga tersebut adalah siswa siswa suia sekolah SD-SMA dan terdapat pula
peserta didik usia 20an tahun dengan berbagai tujun seperti tuntutan perkuliahan,
persiapan masuk perguruan tinggi, persiapan memasuki dunia kerja.
Dari segi Pilar pendidikan yang diungkapkan oleh UNESCO yaitu
Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, Learning to Live Together.
Semua pilar tersebut ada pada proses pendidikan pada lembaga EXPRESS yang
penulis observasi dimana para peserta didik belajar bukan hanya mengenai bisa
berbahasa inggris tapi juga tau apa kegunaan dan kapan penggunaan Bahasa
inggris yang tepat serta terampil dan cakap dalam menggunakan bahsa inggris
karena pada dasarnya Bahasa inggris adalah Bahasa pergaulan internasional
sehingga mereka tau bagaimana kegunaan dan bagaimana menggunakan Bahasa
inggris yang tepat.
Dari segi kurikulum yang digunakan,, sebagaimana layaknya lembaga
pendidikan non formal utamanya LKP yang telah diuraikan pada PP no 17 tahun
2010 bahwa lembaga tersebut memiliki struktur kurikulum sendiri yang tidak
sama dengan kurikulum yang dibuat oleh pemerintah dan digunakan di lembaga

formal. Namun hasil output yang dihasilkan oleh LKP EXPRESS ini diakui oleh
pemerintah. Hal itu terbukti dengan berwenangnya EXPRESS mengeluarkan
sertifikat yang diketahui, ditandatangani, dan diakui oleh DEPNAKER. Para
pemegang

sertifikat

ini

nantinya

mampu

menunjukkan

kemampuan

kebahasainggrisan mereka pada READING, LISTENING, dan STRUCTURE.


Sehingga kompetensi lulusan dari LKP ini adalah tingkat kecakapan berbahasa
inggris dari para peserta didik yang telah lulus yang dibuktikan dan sertifikat yang
dikeluarkan oleh lembaga tersebut yang diakui oleh DEPNAKER.
Dari segi teori belajar, proses pendidikan pada LKP EXPRESS ini lebih
cenderung pada teori behavioristik dan humanistic karena para peserta didik
dibiasakan menggunakan struktur Bahasa inggris yang benar dengan sering
berkomunikasi dengan para pendidik. Lebih lanjut suasana belajar di LKP
EXPRESS ini lebih nyaman dibandingkan di lembaga formal tempat mereka
belajar sehingga para peserta didik lebih merasa nyaman dalam belajar dan
mengasah

kemampuan

mereka

dalam

bidang

Bahasa

inggris.

Teori

konstruktivisme dan kognitivisme kurang tergunakan karena hampir sebgaian


besar pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik adalah langsung diberikan
dan peserta didik hanya tinggal memahami dan mengulangi tanpa sebelumnya
membangun pengetahuannya sendiri.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Lembaga pendidikan nonformal hadir sebagai solusi dari kebutuhan
masyarakat

akan

ilmu/keterampilan

yang

kurang

bisa

di

tampung/difasilitasi oleh lembaga pendidikan formal


2. LKP EXPRESS sanagat memfasilitasi para peserta didik yang ingin
memiliki kecakapan/keterampilan dalam bidang Bahasa inggris dan telah
mampu mengeluarkan sertifikat yang disetujui oleh DEPNAKER sehingga
kecakapan/keterampilan peserta didik yang menempuh pendidikan di LKP
EXPRESS dapat diakui oleh dunia luar atau dunia kerja.
B. Saran
1. Lembaga pendidikan nonformal hadir sebagai solusi dari ketidakmampuan
lemba pendidikan formal dalam memfasilitasi masyarakat dalam
kebutuhan akan kecakapan, sehingga sebaiknya perlu ada sinergisitas
antara lembaga pendidikan formal, nonformal, dan informal agar
keerampilan yang dibutuhkan masyarakat salang bersinergi antara yang
didapat di lembaga formal, nonformal, dan informal.
2. Untuk LKP EXPRESS sebaiknya ditingkatkan mengenai sertifikat yang
dikeluarkan seperti sertifikat TOEFL, TOEIC, dan IELTS yang diakui oleh
lembaga internasional sehingga lulusanlembaga ini bisa berkiprah di dunia
internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Kamil. 2011. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta


Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Tentang pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan
Sadullah, Uyoh. 2010. PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta..

dan

Sukardjo,M. dan Komarudin, Ukim. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan


Aplikasinyai. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Undang Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sisitem Pendidikan Nasional

LAMPIRAN LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai