Tafsir QS
Tafsir QS
Al Fatihah
Assalammualaikum,
Tafsir Al Fatihah. Kali ini rangkuman yang dituliskan oleh ARA mengenai Tafsir QS. Al
Fatihah dari kajian Ust. Nouman Ali Khan. Tentunya sebagai seorang muslim, kita sangat
familiar dengan surat ini karena minimal dalam sehari kita akan membacanya 17 kali dalam setiap
shalat wajib. Tentunya hafalan di luar kepala sudah pasti, namun bagaimana dengan arti dan
tafsirnya? apakah kita sudah mengetahui dari apa yang kita baca sehari-hari? atau hanya sepintas
keluar dari mulut tanpa tahu pengertian dari setiap ayat?
Yuk disimak lebih dalam mengenai QS. Al-Fatihah :)
Bisa langsung dipraktekan dalam setiap shalat :)
Pendahuluan
Insya Allah pada hari ini kita akan membahas surat Al-Fatihah untuk kita bisa memaknai dan lebih
menghargai akan kedahsyatan surat ini :)
Insya Allah kita semua tahu bahwa surat yang pertama kali turun adalah Al Alaq 1-5, Iqro, namun
surat itu tidak lengkap sampai ayat terakhir diturunkan dalam satu waktu. Dan surat yang
pertama kali lengkap diturunkan adalah surat Al Fatihah. Dan surat ini merupakan awal dari
pembukaan Al Quran, dan menjadi rukun dalam shalat kita. Dan Insya Allah pasti semua muslim
hafal betul surat Al-Fatihah, mungkin ini adalah surat pertama yang kita hafal. Sebetulnya ada
perbedaan
pendapat
mengenai
awal
dari
surat Al
Fatihah yakni Bismillah atau Alhamdulillah. Namun, pada kesempatan kali ini kami tidak akan
membahas mengenai perbedaan pendapat ini. Pada pembahasan kali ini, dikarenakan waktu yang
terbatas, kami akan membahas mulai dari Alhamdulillah. Dikarenakan pula saya pribadi lebih
condong ikut ke pendapat dari Alhamdulillah karena hadits Qudsi yang berbicara tentang Al
Fatihah:
Isi
Ayat yang akan kita bicarakan pertama kali, adalah kalimat yang sangat sering kita ucapkan atau
kita dengar. Seperti misalkan kita bertemu dengan orang dan bertanya apa kabar? jawabnya
Alhamdulillah. Contoh lainnya kalau kita dapet rezeki, atau gaji turun atau mungkin beasiswa turun
buat mahasiswa, kita mengatakan Alhamdulillah.
Al Fatihah
Dalam arti terjemahan nya adalah. Segala puji {2} bagi Allah, Tuhan semesta
alam. {3} (Al Fatihah)
Namun, sebetulnya Al Hamdu memiliki dua makna yaitu pujian serta syukur (terima
kasih). Sebetulnya memuji dan berterima kasih adalah berbeda. Contoh kita ketemu dengan
teman kita yang baru melahirkan kita pasti memuji bayi itu, Bayinya lucu, kita tidak berterima
kasih kepada bayi itu. Dan berterima kasih itu dilakukan ketika orang telah menolong atau berbuat
baik kepada kita. Dan seringkali pujian itu tidak harus dibarengi dengan rasa terima kasih. Atau
rasa terima kasih itu disertai dengan pujian.
Saya beri contoh kisah dalam Al Quran, kisah tentang nabi Musa allaihisalam dengan Firaun.
Singkatnya Firaun berkata Berani beraninya kau berbuat/berkata seperti ini (menentang Firaun)?
Tidakkah kamu berterima kasih karena kami yang merawatmu/membesarkanmu dari bayi sampai
besar? lalu jawab Musa alaihisalam, Ya memang benar kamu telah membesarkanku, terima
kasih . Kita tahu kalau Firaun itu tidak akan pernah kita puji karena Firaun mengaku-ngaku
menjadi Tuhan dan berlaku tirani kepada rakyatnya. Nabi Musa hanya berterima kasih karena
dibesarkan, tanpa memuji Firaun. Jadi, terima kasih tidak selamanya dengan pujian.
Alhamdu artinya kita memuji dan berterima kasih (bersyukur) dua sekaligus. Sebetulnya
dalam bahasa arab memiliki Alhamdu lillah artinya segala puji bagi Allah dan
Asysyukrulillah artinya terima kasih kepada Allah.
Pujian terkadang bisa jadi tidak tulus. Misalkan, kita diundang jamuan makan yang tidak sesuai
dengan selera lidah kita, namun kita tetep bilang enak banget. Sebuah pujian yang tidak tulus.
Terima kasih adalah sebuah reaksi, hanya terjadi ketika sesuatu yang baik datang kepadamu.
Misalkan kita jatuh dari motor, terus ada orang menolong, pasti kita bilang terima kasih. Tapi kalau
tidak ada orang yang datang menolong, kita tidak berterimakasih kepada orang.
Menariknya Alhamdu itu artinya pujian yang pasti tulus dan rasa terima kasih yang tidak
perlu menunggu datangnya kebaikan itu. Dari segi arti lebih kuat dari al Madhu atau Asy
syukru. Jadi kalau diterjemahkan Alhamdulillah artinya yang pas segala puji dan syukur
kepada Allah. Kalau Alhamdu wa syukrulillah artinya juga segala puji dan terima kasih kepada
Allah. Namun, penggunaan kata dan dalam bahasa arab (wa) itu bisa mengakibatkan pengertian
kita memuji Allah untuk hal A dan berterima kasih kepada Allah untuk hal B. Dan hal ini bukti dari
keindahan sebuah bahasa arab yang mana bahasa itu simple tapi memiliki makna yang mendalam.
Contohnya ada teman kita berbicara lama sampai 30 menit tapi belum sampai ke pointnya. Dan
contoh lainnya yaitu pembicaraan yang terlalu mendetil dan menjadi terlalu panjang.
Alhamdu adalah kata benda (isim marfu) dalam bahasa arab, artinya tak lekang oleh
waktu.Implikasinya dalam kehidupan adalah kita harus selalu berpikir positif akan semua
kejadian, berpikir kalau semua pasti ada hikmahnya. Ketika dapat nikmat kita
mengucapkan Alhamdulillah, ketika mendapat hal yang buruk Alhamdulillah ala kulli hal. Yang sulit
adalah tetap bersyukur kalau dalam keadaan sulit, saya coba ambil contoh ketika kita sering
dimarahi sama majikan kita, dimarahi sama istri/suami kita, dimarahi sama atasan kita, kita harus
berpikir positif, Alhamdulillah kita masih ada pekerjaan tidak perlu merendahkan diri menjadi
pengemis, Alhamdulillah kita sudah punya pasangan.Alhamdu adalah kata benda yang
artinya juga tidak membutuhkan subjek yang mengindikasikan. Allah itu tunggal dan
tidak bergantung pada Makhluknya, kitalah yang bergantung pada Allah.
Kemudian penempatan kata Allah sangat penting setelah Alhamdu. Jika ini tidak ada, maka
kalimat ini akan terdengar rancu. Contoh Alhamduli rabbil alamiin, secara arti segala puji bagi
Tuhan semesta alam. Bagi kita yang mendengarnya sebetulnya biasa saja. Namun jika non-muslim
yang mendengarnya maka akan memiliki perspektif yang berbeda akan siapa Tuhan semesta alam
ini. Maka Allah menempatkan nama-Nya sendiri untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dan agar
manusia tidak memiliki perspektif lain mengenai Tuhan semesta alam. Dan sesungguhnya Allah
memiliki 99 nama, dan memilih nama Allah untuk mencakup kesuluruhan sifat dan nama Allah.
Rabb artinya yang memiliki, yang memelihara pertumbuhan, yang memberikan hadiah, yang
menguatkan agar tidak terjatuh, yang memiliki kekuasaan penuh. Dan pemilihan kata ini
mengindikasikan bahwa kita harus menyadari kalau Allah adalah Tuhan, Majikan kita dan kita
adalah budaknya Allah.
Alamin artinya seluruh dunianya manusia, semua negara, semua generasi, semua budaya, semua
bahasa. Di sini mengindikasikan bahwa Allah pun menciptakan segala macam budaya dan bahasa
agar kita hamba-Nya tidak harus menjadi bangsa manapun, kita Indonesia cukup menjadi
Indonesia, tidak perlu menjadi Arab. Allah memberikan petunjuk bukan kepada bangsa arab saja
tapi ke semua bangsa. Dan ini juga mengindikasikan bahwa tidak ada satupun bangsa yang unggul
atas bangsa yang lain. Semua orang berhak untuk dihormati dan tidak boleh direndahkan.
tidak perlu diadili. Dan jangan pernah untuk mengambil keuntungan dari kasih sayang
Allah dengan melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Demikianlah bagian pertama dari surat Al-Fatihah bagiannya Allah (hingga ayat ke4). Cukup untuk mendeskripsikan Tuhan kita adalah Allah.
Hanya Engkaulah yang kami sembah {6}, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. {7}
Ayat ini adalah ayat transisi. Ada dua bagian yang bertama iyyakanabudu bagiannya
Allah, iyyakanastain bagian kita hamba-Nya.
Iyyakanabudu artinya kita menandatangani perjanjian, mengakui bahwa Allah adalah
Tuan/Majikan dan kita adalah hamba/budak-Nya. Inilah hubungan kita dengan Allah.
Istaiinu artinya dalam bahasa arab adalah meminta tolong ketika kita sudah berusaha
terlebih dahulu.Contoh, misalkan ban mobil kita meletus di jalan. Lalu, kita berusaha untuk
membuka kap, menyiapkan ban serepnya, tapi ketika kita ingin mengangkat mobilnya kita tidak
kuat, lalu kita meminta tolong kepada orang yang lewat untuk mendongkrak mobilnya. Inilah arti
dari istaiinu.
Contoh dalam peperangan Badar, kaum muslimin kan ditolong oleh Allah dengan diturunkannya
para malaikat. Ketika itu muslim sudah perang duluan, artinya sudah bertempur dulu baru malaikat
diturunkan. Bukan Malaikat sudah menunggu duluan di medan perang.
Implikasi dari ayat ini adalah pertolongan Allah itu turun kalau kita sudah berusaha
terlebih dahulu.Bukan kepada orang yang bermalas malasan.
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nimat kepada mereka;
Jalannya orang-orang beriman, orang-orang bertakwa. Seperti cerita para Nabi di dalam al Quran,
pemuda-pemuda Shalih seperti pemuda kahfi, wanita shalihah. Bagaimana mendidik anak, ciri-ciri
orang bertaqwa seperti apa. Semua digamblangkan di dalam al-Quran.
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
{9}
Dalam sebuah tafsir, dijelaskan bahwa yang dimurkai adalah Yahudi dan yang sesat
adalah Nasrani.Disini bukan berarti ketika kita bertemu dengan orang yang beragama
Yahudi/Kristen lalu mencela mereka dasar sesat. Namun, kita harus mempelajari sifat apakah
yang dimurkai itu. Kaum Yahudi, dahulu di istimewakan oleh Allah, dikarenakan banyak nabi dari
Bani Israil, mereka diberi ilmu yang banyak, mereka sangat pintar. Namun, Allah
mengangkat/mencabut keutamaan kaum Yahudi. Karena ilmu yang mereka miliki tidak membuat
mereka beramal. Mereka hanya mempelajari ilmu ke-Tuhanan dengan baik, tapi malah
membangkang. Contoh kasus seperti ini, misalkan seorang guru bilang ke murid-murid kalau
misalkan besok ada ujian. Lalu, guru tersebut memberitaukan soalnya dan juga jawabannya
lengkap. Pada keesokan harinya setelah ujian selesai, hasilnya keluar. Lalu, ada muridnya yang
jelek nilai ujiannya, kira-kira wajar atau tidak kalau gurunya marah atau kesel? Wajar. Inilah kaum
yang dimurkai oleh Allah karena salah satu sifatnya adalah mengetahui banyak ilmu tapi tidak
diamalkan. Dan apakah kita muslim, kebal terhadap sifat ini? Tentu saja tidak. Kita mungkin saja
bisa terperangkap dalam perangai ini.
Lalu apakah perangai yang sesat itu dan apa kaitannya dengan kaum nasrani? Banyak beramal
tapi tidak berlandaskan ilmu. Sebagian kaum nasrani sering disebut kaum spiritualis. Namun,
mereka tidak merujuk pada kitabnya. Banyak mengikuti budaya dan banyak yang diada-adakan.
Apakah kita kaum muslimin kebal dari sifat ini? Sekali lagi tidak. Kita mungkin saja bisa
terperangkap dalam perangai ini.
Kita meminta setiap hari minimal 17 kali sehari agar tidak terperangkap dari banyak
ilmunya tapi amalnya nol, atau banyak amalnya tapi tidak berdasarkan ilmu sama
sekali.