Anda di halaman 1dari 18

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

Zaman semakin maju dan berkembang, iptek memberikan pengaruh besar bagi
seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah
semakin maju. Dimana dapat kita lihat telah berdiri kokoh seperti gedung-gedung
bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara, bangunan lepas pantai, stadion,
terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan patung. Adapun elemen konstruksi
tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, batako, genting, kaca, dan sebagainya.
Penggunaan bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding sudah populer
dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini.

2.1 Batako

Batako merupakan beton tanpa agregat kasar yang disusun oleh semen dan
agregat halus saja. Batako adalah batu-batuan atau batu cetak yang tidak dibakar dari
tras dan kapur, kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland, sudah banyak
dipakai oleh masyarakat untuk pembuatan rumah dan gedung. Batako mempunyai
sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Semakin
banyak produksi batako semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat
karena tidak harus dibakar.

Pemakaiannya bila dibandingkan dengan batu merah, terlihat penghematan


dalam beberapa segi, misalnya : per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah batu yang
dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan. Terdapat pula penghematan
dalam pemakaian adukan sampai 75%. Beratnya tembok diperingan sampai 50%,
dengan demikian juga fondasinya bisa berkurang. Bentuk batu batako yang
bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup, dan jikalau kualitas
batu batako mengizinkan, tembok ini tidak usah diplester dan sudah cukup menarik.

Universitas Sumatera Utara

Batako pada umumnya dibuat dengan bahan baku yang terdiri dari pasir,
semen dan air dengan perbandingan tertentu. Bahan-bahan tersebut dicampur pada
tempat yang bersih dan mempunyai atap dan memakai alas agar tidak bercampur
dengan tanah. Masa perawatan 3-5 hari, guna memperoleh pengeringan dan
kemantapan bentuk. Untuk memperoleh proses pengerasan biarkan selama 3-4
minggu. Di samping itu diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab
(Frick,H.,1996). Karena mencegah penguapan akibat suhu yang tinggi. Penguapan
dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan
terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan.
Penguapan juga dapat menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat,
sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak
(Murdock,L.J.,1991).

Berdasarkan bentuknya, batako digolongkan ke dalam dua kelompok utama:

(a)

(b)

Gambar 2.1 (a) Batako padat, (b) Batako berlubang

Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat
dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki
beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah
yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua
penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain
batako berlubang adalah kedap panas dan suara (Muller,C, Fitriani,E, Halimah, &
Febriana,I. 2006).

Berdasarkan bahan bakunya, batako dibedakan menjadi dua, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. batako putih, dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air sehingga sering juga
disebut batu cetak kapur tras.
2. batako semen pc / batako pres, dibuat dari campuran semen pc dan pasir atau abu
batu. Ukuran dan model lebih beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako
ini biasanya menggunakan 2 lubang atau 3 lubang disisinya untuk diisi oleh
adukan pengikat. Nama lain dari batako semen adalah batako press, yang
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu press mesin dan press tangan. Secara kasat
mata, perbedaan press mesin dan tangan dapat dilihat pada kepadatan permukaan
batakonya (Susanta,G.,2007).

Kelebihan dinding batako pres:

Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.

Pemasangan lebih cepat.

Kekurangan dinding batako pres:

Harga relatif lebih mahal dibanding batako tras.

Mudah terjadi retak rambut pada dinding.

Mudah dilubangi karena terdapat lubang pada bagian sisi dalamnya.

Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal


sebagai bahan bangunan dinding dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan
bangunan dinding
Mutu

Kuat tekan minimum (MPa)

9,7

II

6,7

III

3,7

IV

(Sumber : SNI 03-0349-1989)

Universitas Sumatera Utara

Kuat-hancur dari batako dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh


perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya
yaitu :
1. Jenis semen dan kualitasnya.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai sekitar 40 persen
dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya.
4. Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan batako bertambah dengan
bertambahnya suhu.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan batako bertambah dengan umurnya.
Pada awal dari hidrasi hanya berlangsung reaksi kimia pada bagian luar partikel
semen. Maka partikel yang belum mengalami hidrasi terus menyerap air dari udara
meskipun air pencampur telah kering. Proses kimia yang berkelanjutan ini secara
berangsur-angsur meningkatkan kekuatan dan kepadatan batako, sebuah proses
yang berkelanjutan sampai beberapa tahun. Kecepatan bertambahnya kekuatan
tergantung pada jenis semen. Misalnya semen dengan kadar alumina yang tinggi
menghasilkan batako yang kuat hancurnya pada 24 jam sama dengan semen
Portland biasa pada 28 hari (Murdock,L.J.,1991).

2.2 Semen

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah


berhubungan dengan air. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

2.2.1 Semen non-hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Pengikatan kapur terjadi akibat kehilangan air atau akibat penguapan. Proses
pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan kapur mati.
Dari reaksi tersebut akan terbentuk kembali kristal-kristal kalsium karbonat, yang
mengikat massa heterogen itu menjadi massa padat.

Universitas Sumatera Utara

Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Jenis kapur yang
baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika
masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung
banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air (Mulyono,T.,2004).

2.2.2 Semen hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di


dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozollan, semen
terak, semen alam, semen portland, semen portland-pozollan, semen portland terak
tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif.

Semen yang umum dipakai pada pembuatan batako adalah semen Portland dan
semen portland pozzolan. Semen Portland ini dibuat dari serbuk halus mineral
kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat.
Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang
ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk
mengatur waktu ikat semen (Mulyono,T.,2004).

Tabel 2.2 Jenis-jenis semen Portland


Jenis

Penggunaan

Konstruksi biasa di mana sifat yang khusus tidak diperlukan

II

Konstruksi biasa di mana diinginkan perlawanan terhadap sulfat atau panas


dari hidrasi yang sedang

III

Jika kekuatan permulaan yang tinggi diinginkan

IV

Jika panas yang rendah dari hidrasi diinginkan

Jika daya tahan yang tinggi terhadap sulfat diinginkan

(Wang Salmon.,1993).

Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk


suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.

Universitas Sumatera Utara

Walaupun komposisi semen dalam batako hanya sekitar 20%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.

Semen akan bereaksi dengan sangat cepat jika ditambah dengan air, sehingga
menjadi pasta semen. Semen ini tidak mengeras karena pengeringan akan tetapi oleh
karena reaksi hidrasi kimia. Oleh karena itu batako harus tetap basah untuk menjamin
pengerasan yang baik. Reaksi hidrasi tersebut melepaskan panas, panas ini dinamakan
panas-hidratasi. Jumlah panas yang dibentuk antara lain tergantung dari jenis semen
yang dipakai, kehalusan penggilingan dan faktor air semen. Perkembangan panas ini
dapat membentuk suatu masalah yakni retakan yang terjadi ketika pendinginan.

Adapun yang mempengaruhi waktu pengikatan adalah :


-

kehalusan semen

faktor air-semen

temperatur

Faktor air semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat semen :
berat air
berat semen
Faktor air semen yang rendah (kadar air sedikit) menyebabkan air di antara

F.A.S =

bagian-bagian semen sedikit, sehingga jarak antara butiran-butiran semen pendek.


Akibatnya massa semen menunjukkan lebih berkaitan, karenanya kekuatan awal lebih
dipengaruhi dan akhirnya batuan-semen mencapai kepadatan tinggi (Sagel,R.,1997).

Perbandingan air semen menentukan kekuatan beton atau batako. Air yang
berlebihan hanya akan mengambil tempat dan menghambat ikatan, karena air yang
berlebihan tersebut tidak turut reaksi hidrasi. Bila air yang berlebihan tersebut
menguap, retak halus akan tertinggal. Oleh karena itu perbandingan air semen dibuat
serendah mungkin. Meskipun demikian air harus cukup, agar beton mudah dicor, dan
dapat mengisi ruangan tanpa kekosongan. Getaran akan mempercepat proses
pengisian. Kekosongan berbentuk bulat ini tidak akan melemahkan beton. Cacat yang
terjadi setelah kelebihan air menguap yang dapat mengurangi kekuatan beton
(Vlack,V.,1981).

Universitas Sumatera Utara

Sifat kimia yang perlu mendapat perhatian adalah kesegaran semen itu sendiri.
Semakin sedikit kehilangan berat berarti semakin baik kesegaran semen. Dalam
keadaan normal kehilangan berat sekitar 2% dan maksimum kehilangan yang
diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena adanya kelembaban dan karbondioksida
dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.

Adapun komponenkomponen bahan baku Portland cement yang baik menurut


Tjokrodimuljo, yaitu :
(1) Batu kapur (CaO) = 60 67%
(2) Pasir Silika (SiO2) = 17 25%
(3) Alumina (Al2O3) = 0,3 0,8%
(4) Magnesia (MgO) = 0,3 0,8%
(5) Sulfur (SO3) = 0,3 0,8% (Wisnuwijanarko, 2008).

Menurut SNI 15-0302-2004, Semen portland pozolan adalah suatu semen


hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan
pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan
pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan
bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar
pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan. Pozolan yaitu bahan
yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat
mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya
air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu
kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.

Jenis dan penggunaan semen portland pozolan :


1. Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan
panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

4. Jenis P-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta
untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.

2.3 Agregat

Agregat (yang tidak bereaksi) adalah bahan-bahan campuran batako yang


saling diikat oleh perekat semen. Agregat yang banyak digunakan karena sifatnya
yang ekonomis adalah pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil alamiah timbul pada tempat
yang dangkal (mengapung) atau terletak di dasar sungai-sungai maupun sebagai
peninggalan ketika es mencair.

Sifat-sifat agregat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku dari


batako yang sudah mengeras, karena agregat biasanya menempati sekitar 60%-80%
dari isi total batako. Karena agregat merupakan bahan yang terbanyak di dalam
batako, maka semakin banyak persen agregat dalam campuran akan semakin murah
harga batako, dengan syarat campurannya masih cukup mudah dikerjakan untuk
elemen struktur yang memakai batako tersebut.

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan
lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan
air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin
dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdock,L.J.,1991).

Kekuatan batako tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu
sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari batako yang akan dibuat maka
agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran batako. Kekerasan
atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh
lekatan antara butir satu dengan lainnya. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari
pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan batako yang dapat diandalkan.

Universitas Sumatera Utara

Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal : (1). Karena
terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik
dalam hal pengikatan (interlocking). (2). Porositas yang besar. Porositas yang besar
mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan terhadap beban kejut
(Mulyono,T.,2004).

Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk


agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan,
bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin pemecah batu dan
teknik yang digunakan. Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan
campuran beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih.
Penggunaan pasta semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih
banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh concrete).

Agregat yang digunakan pada campuran batako dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan. Contoh agregat alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan
contoh agregat buatan adalah agregat yang berasal dari hasil residu terak tanur tinggi,
pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expended
slag dan lainnya.
Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu :
1. agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan-pecahan dari blast-furnace)
dan
2. agregat halus (pasir alami dan buatan).

Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm
(4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm).
Agregat yang digunakan dalam beton sama halnya pada batako. Biasanya agregat
yang digunakan pada batako adalah agregat halus berupa pasir. Agregat halus yang
baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No.
100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. (Nawy,G.E.,1990).
Terdapat 4 jenis utama pasir, yaitu:
1. Pasir galian
2. Pasir laut

Universitas Sumatera Utara

3. Pasir sungai
4. Pasir yang dihancurkan

Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk
pembuatan batako. Dalam penelitian ini digunakan pasir sungai. Pasir ini terbentuk
ketika batu-batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil
dapat juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya (khlorida)
dibersihkan dan kulit kerang disisihkan. Produksi penggalian pasir dan kerikil akan
dipisah-pisahkan dengan ayakan dalam 3 kelompok yaitu :
1. kerikil kasar (lebih besar dari 30 mm)
2. kerikil beton (dari 5 mm sampai 30 mm)
3. pasir beton (lebih kecil dari 5 mm)
(Sagel,R.,1997).

Agregat merupakan komponen penyusun beton yang digunakan untuk


membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat
berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan,
durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:

Menghasilkan beton yang murah

Menimbulkan volume beton yang stabil

Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut

Penyusun serta pengisi volume yang terbesar.

Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia (1982: 23) agregat halus sebagai


campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syaratsyarat sebagai
berikut:
(1) Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.
(2) Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama.
(3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila lebih dari
5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang
dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.

Universitas Sumatera Utara

(4) Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. Karena
bahan organik dapat menghambat proses hidrasi semen, sehingga memperlama
pengerasan dan mengurangi kekuatan.
(5) Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.
(6) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.

2.4 Air

Di dalam campuran batako, air mempunyai dua fungsi :


1. untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan, dan
2. sebagai pelicin campuran pasir dan semen agar memudahkan percetakan.

Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk campuran batako. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula,
atau bahan-bahan kimia lain, bila dipakai untuk campuran batako akan sangat
menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Selain itu, air
yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen dan
mungkin pula mempengaruhi kemudahan pengerjaan.

Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam,
situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang
telah ditetapkan. Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78%
adalah sodium klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garam-garam dalam air
laut ini akan mengurangi kualitas batako hingga 20%. Untuk air yang tidak memenuhi
syarat mutu, kekuatan batako pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari
90% jika dibandingkan dengan kekuatan batako yang menggunakan air standar/suling
(Mulyono,T.,2004).
Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunakan sebagai campuran
bahan bangunan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a) Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak
daripada beton.
b) Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium
Penyelidikan

Bahan

untuk

mendapatkan

pengujian

sebagaimana

yang

dipersyaratkan.
c) Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran berat
dan harus dilakukan setepat-tepatnya.

Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah


proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya batako yang dihasilkan akan
kurang kekuatannya.

Adapun hukum perbandingan air semen dari Abrams, sebagai berikut :


Pada bahan-bahan beton dan keadaan pengujian tertentu, jumlah air campuran yang
dipakai menentukan kekuatan beton, selama campuran cukup plastis dan dapat
dikerjakan (Murdock,L.J.,1991).

Hukum ini memberikan arti, bahwa beton yang dipadatkan sempurna dengan
agregat yang baik dan pada kadar semen tertentu, kekuatannya tergantung pada
perbandingan air semen. Maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total (semen +
agregat halus) material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan antara air
dan semen pada campuran yang menentukan.

2.5 Bahan Campuran

Bahan campuran adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran


batako selain semen, agregat dan air pada saat atau selama pencampuran berlangsung.
Bahan campuran digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari batako
misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain
seperti penghematan energi.

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia bahan campuran telah banyak dipergunakan. Manfaat dari


penggunaan bahan campuran ini perlu dibuktikan dengan menggunakan agregat dan
jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan. Dalam hal ini
bahan yang dipakai sebagai bahan campuran harus memenuhi ketentuan yang
diberikan oleh SNI.

Secara umum bahan campuran yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan campuran yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan campuran yang bersifat mineral (additive). Bahan campuran kimia merupakan
bahan campuran yang lebih banyak mengubah perilaku beton saat pelaksanaan
pekerjaan, jadi dapat dikatakan bahwa bahan campuran kimia lebih banyak digunakan
untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Sedangkan bahan campuran mineral
merupakan bahan campuran yang lebih banyak bersifat penyemenan, jadi bahan
campuran aditif lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatannya.

Jenis bahan campuran kimia yang utama pada beton atau batako :
1. bahan campuran pengurang air (water-reducing admixture)
2. bahan campuran penghambat pengikatan (retarding admixture)
3. bahan campuran pemercepat pengikatan (accelerating admixture)
4. bahan campuran pengurang air dan pengontrol pengeringan (water reducing
and retarding admixture)
5. bahan campuran pengurang air dan pemercepat pengikatan (water reducing
and accelerating admixture)
6. bahan campuran pengurang air dengan kadar tinggi (water reducing, high
range admixture)
7. bahan campuran pengurang air dan penghambat ikatan dengan kadar tinggi
(water reducing, high range retarding admixture).
(Mulyono,T.,2004).
Pada saat ini, bahan campuran mineral lebih banyak digunakan untuk
memperbaiki kinerja tekan beton atau batako. Beberapa bahan campuran mineral ini
adalah pozzollan, fly ash, slag, silica fume, dan abu jerami padi.

Universitas Sumatera Utara

Penambahan bahan campuran dalam campuran beton atau batako tidak


mengubah komposisi yang besar dari bahan yang lainnya, karena penggunaan bahan
campuran ini cenderung merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran
batako itu sendiri.

2.6 Padi

Menurut sejarahnya tanaman padi berasal dari Benggala, sebelah Utara. Padi
termasuk dalam genus Oriza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di
daerah tropis dan daerah sub tropika seperti Asia, Afrika, Amerika, dan Australia.
Padi yang sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oriza
sativa f.spontanea. Kesuburan tanaman padi tergantung pada keadaan tanah. Pada
tanah kering kurang baik ditanami padi, sebab pada jenis tanah ini akar padi kurang
menyebar. Tanaman padi terdiri atas beberapa bagian antara lain : akar, batang, daun,
dan buah. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras, beras
mengandung berbagai zat makanan yang diperlukan oleh tubuh antara lain :
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, dan vitamin. Di samping beras pertanian
padi dapat menghasilkan jerami, merang, katul dan sekam yang juga dapat
dimanfaatkan. Bagian-bagian tersebut memiliki manfaat dan kegunaan masing-masing
antara lain :

2.6.1 Batang Padi (Jerami Padi)

Tanaman padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung


pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek
daripada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih
panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter. Biasanya setelah panen hasil, batang padi tidak
dipergunakan lagi dan dibuang begitu saja sehingga menjadi kumpulan jerami padi
yang tidak berguna lagi. Jerami tersebut kebanyakan terdiri dari batang padi, tetapi
ada juga terdapat ujung daunnya.

Universitas Sumatera Utara

Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi.
Perbandingan yang dapat diperoleh antara gabah dan jerami tergantung dari varietas
padi biasanya adalah 1 : 1 atau 1 : 1,25.

Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil bulirnya (gabahnya) sehingga
tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar. Jerami
sebagai limbah pertanian sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering
dibakar untuk mengatasi masalah tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia, jerami
diangkut seluruhnya untuk pakan ternak, pembuatan kertas dan lain-lain.

Jerami padi merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
Limbah padat pada umumnya berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah
domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat
umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll.

(a)

(b)

Gambar 2.2 (a) Batang utama tanaman padi yang menunjukkan kondisi fisik jerami,
(b) Tanaman padi siap panen

Adapun persyaratan jenis jerami yang baik untuk digunakan :


1. Memiliki tingkat kekeringan yang cukup (kandungan air hanya 14-16% saja).
Idealnya digunakan jerami hasil panen saat musim kering dan langsung dijemur.
Jangan sampai terkena hujan atau percikan air sekalipun. Jerami yang

Universitas Sumatera Utara

mengandung terlalu banyak air potensial untuk tempat hidup jamur dan serangga
kecil.
2. Nampak cemerlang pada kulitnya sebagai pertanda memiliki kekuatan yang cukup
dan belum mengempis rongga udaranya. Memiliki warna kuning cerah, sebagai
pertanda belum lama dipanen. Bila terlalu lama disimpan warnanya berubah
menjadi pucat atau lebih tua, tergantung pada cara penyimpanan. Masa
penyimpanan yang lama dapat menyebabkan rongga udara mengempis. Untuk
mengetahui apakah jerami masih baru saja dipanen atau lama disimpan, selain
dengan jalan menunggui proses pemanenan juga dapat diketahui melalui bau yang
ditimbulkan jerami. Jerami baru panen tidak berbau dan bila telah lama disimpan
menghasilkan bau yang kurang sedap. Cek kepadatan jerami dapat juga dilakukan
dengan menumpuknya kemudian diinjak, bila segera mengempis berarti
kualitasnya kurang baik. Namun bila mengempis sesaat kemudian kembali lagi,
berarti kualitasnya baik.
3. Ketebalan (diameter rongga) jerami secara rata-rata adalah sama, oleh karenanya
yang perlu dipilih adalah panjang batang utama. Diperkirakan dibutuhkan panjang
batang utama sekitar 20 cm, setelah dibersihkan dari cabang-cabangnya.
4. Memiliki berat yang secara rata-rata sama. Pengujian dapat dilakukan dengan
mengambil kira-kira 20-30 batang kemudian ditimbang, demikian ambil lagi 2030 batang yang lain kemudian ditimbang.
(Mediastika,C.E, 2007)

Tabel 2.3 Komposisi Kimiawi Jerami Padi


Komponen

Komposisi (%)

Menurut Suharno (1979)


Kadar air

9,02

Protein kasar

3,03

Lemak

1,18

Serat kasar

35,68

Abu

17,71

Karbohidrat kasar

33,71

Universitas Sumatera Utara

Menurut DTC-IPB
Karbon (zat arang)

1,33

Hydrogen

1,54

Oksigen

33,64

Silika (SiO2)

16,98

(Sumber : Manahu,L., 2008)

Dengan komposisi kandungan kimia seperti itu, maka jerami dapat


dimanfaatkan untuk :
1. bahan baku industri kimia, terutama kandungan kimia furtural,
2. bahan baku industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang
dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen Portland, bahan
isolasi dan campuran pada industri bata merah.
3. sumber energi panas karena kadar selulosanya cukup tinggi sehingga dapat
memberikan pembakaran yang merata dan stabil.

2.6.2 Abu Jerami Padi

Pembuatan jerami dan briket arang jerami menghasilkan abu. Abu jerami padi
berasal dari jerami yang dibakar. Abu jerami padi dapat dimanfaatkan untuk abu
gosok, bahan ameliorasi tanah asam dan bahan campuran dalam pembuatan semen
hidrolik serta dapat dimanfaatkan untuk campuran batako, mortar, beton dan
campuran batu bata press.

Teknologi produksi abu bervariasi, dari pembakaran tumpukan terbuka sampai


pembakaran yang dirancang khusus. Karena gradien suhu yang tinggi menghasilkan
pembentukan struktur kristal silika yang lebih tinggi. Penggunaan abu silika dalam
campuran batako dan beton dimaksudkan untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi.
Abu silika berkinerja tinggi sehingga dapat menghasilkan kekuatan sekitar 30-70 Mpa
untuk umur 28 hari berkisar antara komposisi 0-30%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Abu Jerami Padi


Komponen

Kadar (%)

SiO2

65,92

Al2O3

1,78

Fe2O3

0,2

CaO

2,4

MgO

3,11

SO3

0,69

Dan lain-lain

25,9

(Sumber : El-Sayed,A,M & El-Samni,M,T, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai