TINJAUAN PUSTAKA
Zaman semakin maju dan berkembang, iptek memberikan pengaruh besar bagi
seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah
semakin maju. Dimana dapat kita lihat telah berdiri kokoh seperti gedung-gedung
bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara, bangunan lepas pantai, stadion,
terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan patung. Adapun elemen konstruksi
tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, batako, genting, kaca, dan sebagainya.
Penggunaan bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding sudah populer
dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini.
2.1 Batako
Batako merupakan beton tanpa agregat kasar yang disusun oleh semen dan
agregat halus saja. Batako adalah batu-batuan atau batu cetak yang tidak dibakar dari
tras dan kapur, kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland, sudah banyak
dipakai oleh masyarakat untuk pembuatan rumah dan gedung. Batako mempunyai
sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Semakin
banyak produksi batako semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat
karena tidak harus dibakar.
Batako pada umumnya dibuat dengan bahan baku yang terdiri dari pasir,
semen dan air dengan perbandingan tertentu. Bahan-bahan tersebut dicampur pada
tempat yang bersih dan mempunyai atap dan memakai alas agar tidak bercampur
dengan tanah. Masa perawatan 3-5 hari, guna memperoleh pengeringan dan
kemantapan bentuk. Untuk memperoleh proses pengerasan biarkan selama 3-4
minggu. Di samping itu diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab
(Frick,H.,1996). Karena mencegah penguapan akibat suhu yang tinggi. Penguapan
dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan
terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan.
Penguapan juga dapat menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat,
sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak
(Murdock,L.J.,1991).
(a)
(b)
Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat
dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki
beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah
yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua
penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain
batako berlubang adalah kedap panas dan suara (Muller,C, Fitriani,E, Halimah, &
Febriana,I. 2006).
1. batako putih, dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air sehingga sering juga
disebut batu cetak kapur tras.
2. batako semen pc / batako pres, dibuat dari campuran semen pc dan pasir atau abu
batu. Ukuran dan model lebih beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako
ini biasanya menggunakan 2 lubang atau 3 lubang disisinya untuk diisi oleh
adukan pengikat. Nama lain dari batako semen adalah batako press, yang
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu press mesin dan press tangan. Secara kasat
mata, perbedaan press mesin dan tangan dapat dilihat pada kepadatan permukaan
batakonya (Susanta,G.,2007).
9,7
II
6,7
III
3,7
IV
2.2 Semen
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Pengikatan kapur terjadi akibat kehilangan air atau akibat penguapan. Proses
pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan kapur mati.
Dari reaksi tersebut akan terbentuk kembali kristal-kristal kalsium karbonat, yang
mengikat massa heterogen itu menjadi massa padat.
Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Jenis kapur yang
baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika
masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung
banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air (Mulyono,T.,2004).
Semen yang umum dipakai pada pembuatan batako adalah semen Portland dan
semen portland pozzolan. Semen Portland ini dibuat dari serbuk halus mineral
kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat.
Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang
ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk
mengatur waktu ikat semen (Mulyono,T.,2004).
Penggunaan
II
III
IV
(Wang Salmon.,1993).
Walaupun komposisi semen dalam batako hanya sekitar 20%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Semen akan bereaksi dengan sangat cepat jika ditambah dengan air, sehingga
menjadi pasta semen. Semen ini tidak mengeras karena pengeringan akan tetapi oleh
karena reaksi hidrasi kimia. Oleh karena itu batako harus tetap basah untuk menjamin
pengerasan yang baik. Reaksi hidrasi tersebut melepaskan panas, panas ini dinamakan
panas-hidratasi. Jumlah panas yang dibentuk antara lain tergantung dari jenis semen
yang dipakai, kehalusan penggilingan dan faktor air semen. Perkembangan panas ini
dapat membentuk suatu masalah yakni retakan yang terjadi ketika pendinginan.
kehalusan semen
faktor air-semen
temperatur
Faktor air semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat semen :
berat air
berat semen
Faktor air semen yang rendah (kadar air sedikit) menyebabkan air di antara
F.A.S =
Perbandingan air semen menentukan kekuatan beton atau batako. Air yang
berlebihan hanya akan mengambil tempat dan menghambat ikatan, karena air yang
berlebihan tersebut tidak turut reaksi hidrasi. Bila air yang berlebihan tersebut
menguap, retak halus akan tertinggal. Oleh karena itu perbandingan air semen dibuat
serendah mungkin. Meskipun demikian air harus cukup, agar beton mudah dicor, dan
dapat mengisi ruangan tanpa kekosongan. Getaran akan mempercepat proses
pengisian. Kekosongan berbentuk bulat ini tidak akan melemahkan beton. Cacat yang
terjadi setelah kelebihan air menguap yang dapat mengurangi kekuatan beton
(Vlack,V.,1981).
Sifat kimia yang perlu mendapat perhatian adalah kesegaran semen itu sendiri.
Semakin sedikit kehilangan berat berarti semakin baik kesegaran semen. Dalam
keadaan normal kehilangan berat sekitar 2% dan maksimum kehilangan yang
diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena adanya kelembaban dan karbondioksida
dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.
4. Jenis P-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta
untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
2.3 Agregat
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan
lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan
air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin
dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdock,L.J.,1991).
Kekuatan batako tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu
sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari batako yang akan dibuat maka
agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran batako. Kekerasan
atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh
lekatan antara butir satu dengan lainnya. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari
pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan batako yang dapat diandalkan.
Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal : (1). Karena
terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik
dalam hal pengikatan (interlocking). (2). Porositas yang besar. Porositas yang besar
mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan terhadap beban kejut
(Mulyono,T.,2004).
Agregat yang digunakan pada campuran batako dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan. Contoh agregat alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan
contoh agregat buatan adalah agregat yang berasal dari hasil residu terak tanur tinggi,
pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expended
slag dan lainnya.
Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu :
1. agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan-pecahan dari blast-furnace)
dan
2. agregat halus (pasir alami dan buatan).
Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm
(4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm).
Agregat yang digunakan dalam beton sama halnya pada batako. Biasanya agregat
yang digunakan pada batako adalah agregat halus berupa pasir. Agregat halus yang
baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No.
100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. (Nawy,G.E.,1990).
Terdapat 4 jenis utama pasir, yaitu:
1. Pasir galian
2. Pasir laut
3. Pasir sungai
4. Pasir yang dihancurkan
Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk
pembuatan batako. Dalam penelitian ini digunakan pasir sungai. Pasir ini terbentuk
ketika batu-batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil
dapat juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya (khlorida)
dibersihkan dan kulit kerang disisihkan. Produksi penggalian pasir dan kerikil akan
dipisah-pisahkan dengan ayakan dalam 3 kelompok yaitu :
1. kerikil kasar (lebih besar dari 30 mm)
2. kerikil beton (dari 5 mm sampai 30 mm)
3. pasir beton (lebih kecil dari 5 mm)
(Sagel,R.,1997).
(4) Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. Karena
bahan organik dapat menghambat proses hidrasi semen, sehingga memperlama
pengerasan dan mengurangi kekuatan.
(5) Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.
(6) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.
2.4 Air
Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk campuran batako. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula,
atau bahan-bahan kimia lain, bila dipakai untuk campuran batako akan sangat
menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Selain itu, air
yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen dan
mungkin pula mempengaruhi kemudahan pengerjaan.
Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam,
situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang
telah ditetapkan. Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78%
adalah sodium klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garam-garam dalam air
laut ini akan mengurangi kualitas batako hingga 20%. Untuk air yang tidak memenuhi
syarat mutu, kekuatan batako pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari
90% jika dibandingkan dengan kekuatan batako yang menggunakan air standar/suling
(Mulyono,T.,2004).
Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunakan sebagai campuran
bahan bangunan adalah sebagai berikut:
a) Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak
daripada beton.
b) Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium
Penyelidikan
Bahan
untuk
mendapatkan
pengujian
sebagaimana
yang
dipersyaratkan.
c) Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran berat
dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
Hukum ini memberikan arti, bahwa beton yang dipadatkan sempurna dengan
agregat yang baik dan pada kadar semen tertentu, kekuatannya tergantung pada
perbandingan air semen. Maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total (semen +
agregat halus) material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan antara air
dan semen pada campuran yang menentukan.
Secara umum bahan campuran yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan campuran yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan campuran yang bersifat mineral (additive). Bahan campuran kimia merupakan
bahan campuran yang lebih banyak mengubah perilaku beton saat pelaksanaan
pekerjaan, jadi dapat dikatakan bahwa bahan campuran kimia lebih banyak digunakan
untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Sedangkan bahan campuran mineral
merupakan bahan campuran yang lebih banyak bersifat penyemenan, jadi bahan
campuran aditif lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatannya.
Jenis bahan campuran kimia yang utama pada beton atau batako :
1. bahan campuran pengurang air (water-reducing admixture)
2. bahan campuran penghambat pengikatan (retarding admixture)
3. bahan campuran pemercepat pengikatan (accelerating admixture)
4. bahan campuran pengurang air dan pengontrol pengeringan (water reducing
and retarding admixture)
5. bahan campuran pengurang air dan pemercepat pengikatan (water reducing
and accelerating admixture)
6. bahan campuran pengurang air dengan kadar tinggi (water reducing, high
range admixture)
7. bahan campuran pengurang air dan penghambat ikatan dengan kadar tinggi
(water reducing, high range retarding admixture).
(Mulyono,T.,2004).
Pada saat ini, bahan campuran mineral lebih banyak digunakan untuk
memperbaiki kinerja tekan beton atau batako. Beberapa bahan campuran mineral ini
adalah pozzollan, fly ash, slag, silica fume, dan abu jerami padi.
2.6 Padi
Menurut sejarahnya tanaman padi berasal dari Benggala, sebelah Utara. Padi
termasuk dalam genus Oriza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di
daerah tropis dan daerah sub tropika seperti Asia, Afrika, Amerika, dan Australia.
Padi yang sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oriza
sativa f.spontanea. Kesuburan tanaman padi tergantung pada keadaan tanah. Pada
tanah kering kurang baik ditanami padi, sebab pada jenis tanah ini akar padi kurang
menyebar. Tanaman padi terdiri atas beberapa bagian antara lain : akar, batang, daun,
dan buah. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras, beras
mengandung berbagai zat makanan yang diperlukan oleh tubuh antara lain :
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, dan vitamin. Di samping beras pertanian
padi dapat menghasilkan jerami, merang, katul dan sekam yang juga dapat
dimanfaatkan. Bagian-bagian tersebut memiliki manfaat dan kegunaan masing-masing
antara lain :
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi.
Perbandingan yang dapat diperoleh antara gabah dan jerami tergantung dari varietas
padi biasanya adalah 1 : 1 atau 1 : 1,25.
Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil bulirnya (gabahnya) sehingga
tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar. Jerami
sebagai limbah pertanian sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering
dibakar untuk mengatasi masalah tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia, jerami
diangkut seluruhnya untuk pakan ternak, pembuatan kertas dan lain-lain.
Jerami padi merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
Limbah padat pada umumnya berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah
domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat
umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll.
(a)
(b)
Gambar 2.2 (a) Batang utama tanaman padi yang menunjukkan kondisi fisik jerami,
(b) Tanaman padi siap panen
mengandung terlalu banyak air potensial untuk tempat hidup jamur dan serangga
kecil.
2. Nampak cemerlang pada kulitnya sebagai pertanda memiliki kekuatan yang cukup
dan belum mengempis rongga udaranya. Memiliki warna kuning cerah, sebagai
pertanda belum lama dipanen. Bila terlalu lama disimpan warnanya berubah
menjadi pucat atau lebih tua, tergantung pada cara penyimpanan. Masa
penyimpanan yang lama dapat menyebabkan rongga udara mengempis. Untuk
mengetahui apakah jerami masih baru saja dipanen atau lama disimpan, selain
dengan jalan menunggui proses pemanenan juga dapat diketahui melalui bau yang
ditimbulkan jerami. Jerami baru panen tidak berbau dan bila telah lama disimpan
menghasilkan bau yang kurang sedap. Cek kepadatan jerami dapat juga dilakukan
dengan menumpuknya kemudian diinjak, bila segera mengempis berarti
kualitasnya kurang baik. Namun bila mengempis sesaat kemudian kembali lagi,
berarti kualitasnya baik.
3. Ketebalan (diameter rongga) jerami secara rata-rata adalah sama, oleh karenanya
yang perlu dipilih adalah panjang batang utama. Diperkirakan dibutuhkan panjang
batang utama sekitar 20 cm, setelah dibersihkan dari cabang-cabangnya.
4. Memiliki berat yang secara rata-rata sama. Pengujian dapat dilakukan dengan
mengambil kira-kira 20-30 batang kemudian ditimbang, demikian ambil lagi 2030 batang yang lain kemudian ditimbang.
(Mediastika,C.E, 2007)
Komposisi (%)
9,02
Protein kasar
3,03
Lemak
1,18
Serat kasar
35,68
Abu
17,71
Karbohidrat kasar
33,71
Menurut DTC-IPB
Karbon (zat arang)
1,33
Hydrogen
1,54
Oksigen
33,64
Silika (SiO2)
16,98
Pembuatan jerami dan briket arang jerami menghasilkan abu. Abu jerami padi
berasal dari jerami yang dibakar. Abu jerami padi dapat dimanfaatkan untuk abu
gosok, bahan ameliorasi tanah asam dan bahan campuran dalam pembuatan semen
hidrolik serta dapat dimanfaatkan untuk campuran batako, mortar, beton dan
campuran batu bata press.
Kadar (%)
SiO2
65,92
Al2O3
1,78
Fe2O3
0,2
CaO
2,4
MgO
3,11
SO3
0,69
Dan lain-lain
25,9