Anda di halaman 1dari 57

GAME PUZZLE RANGKA MANUSIA

(Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu


Pengetahuan Alam Kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan
Tembung Tahun Ajaran 2013/2014)
A. Latar Belakang
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan terutama bagi guru pada tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) karena pada tingkat inilah yang
pertama dan paling utama dalam membentuk peserta didik. Bagi peserta didik,
tingkat SD/MI merupakan tempat awal terjadinya interaksi antara siswa dengan
guru, interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan warga sekolah
yang lainnya dan interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses
pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua
arah, dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar terpusat pada
peserta didik.1
Setiap guru (terutama guru SD/MI) harus menggunakan strategi dan media
pembelajaran yang tepat karena peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat
dengan proses pembelajaran dalam kelas. Saat pembelajaran dalam kelas
berlangsung, akan ditemui masalah atau persoalan yang menghambat proses
pembelajaran dan berpengaruh langsung terhadap pencapaian prestasi belajar
siswa.
1 Tantri, Tanggu Dan Pudjawan, Pengaruh Model pembelajaran Quantum Teaching Bermuatan
Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Nusa Penida
Kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan, (Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan PGSD dan Teknologi
Pendidikan, 2012), h. 2.

Setiap materi pembelajaran yang diajarkan pasti berbeda dan memiliki


tujuan yang berbeda, oleh karenanya akan ditemui masalah pembelajaran yang
berbeda dan membutuhkan penerapan strategi pembelajaran yang berbeda pula.
Begitu juga halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), materi
pembelajaran yang berbeda dan sudah tercantum dalam buku pelajaran menjadi
hal pokok bagi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan survey awal pada hari selasa tanggal 22 Januari 2013 di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung, peneliti memahami apa
yang menjadi masalah pada proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di kelas,
yakni:
1. Guru masih mengeluh tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan
kurangnya waktu untuk mengajarkan semua materi pembelajaran sehingga
pembelajaran berlangsung hanya seperti formalitas semata
2. Keterbatasan kemampuan pendidik dalam pemanfaatan

media

pembelajaran, tidak tersedianya media pembelajaran yang dibutuhkan dan


media pembelajaran yang tersedia sudah rusak
3. Rendahnya daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran membuat guru
pengampu mata pelajaran IPA mengalami kesulitan dalam mengaktifkan
siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan
materi pelajaran
4. Jumlah siswa setiap kelas cukup besar (30-40 siswa). Terkait

dengan

jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas, proses belajar dihadapkan
pada kenyataan rendahnya kemampuan pendidik menggunakan dan
mengelola sarana dan prasarana pembelajaran, sehingga hal tersebut juga
menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual

siswa secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa
terhadap materi pembelajaran
5. Siswa masih beranggapan mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang
bersifat teoritis semata. Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran IPA
siswa merasa cukup mencatat dan menghafal materi yang disampaikan oleh
guru, bahkan tugas-tugas yang diberikan dikerjakan secara tidak serius.2
Masalah-masalah dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA sebagaimana
dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada kualitas, proses dan hasil
pembelajaran. Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan semangat untuk
menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, apabila pada proses
pembelajaran guru masih menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran
konvensional yang memandang siswa sebagai objek, komunikasi lebih banyak
berlangsung searah, dan penilaian hanya menekankan aspek kognitif, maka
pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin meluas pada materi
pembelajaran berikutnya.
Dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan prestasi pembelajaran
mata pelajaran IPA, guru diharapkan mampu menciptakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga pengajaran dalam
proses pembelajaran. Strategi penggunaan alat peraga tersebut dapat membuat
situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu memotivasi murid-

2 Rosida Hasibuan, Guru Senior Dan Guru Kelas IV Abu Bakar MIN Medan Tembung
Tahun Ajaran 2012/2013, Wawancara Pribadi Pada Survey Awal, Medan, Selasa, 22
Januari 2013.

murid dan mampu membangkitkan minat murid-murid terhadap persoalan yang


dihadapi.3
Semua bentuk belajar bukanlah konsekwensi otomatis dari perenungan
informasi ke dalam benak siswa begitu juga dengan belajar IPA. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal tanpa
adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif memerlukan sarana dan media
pembelajaran. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,dan bersemangat.
Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat bertahan
untuk mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media yang digunakan
dalam menyampaikan materi.
Dari survey lanjutan yang dilakukan pada kamis 20 Juni 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung diperoleh Daftar Kumpulan Nilai
(DKN) harian semester ganjil mata pelajaran IPA pada materi Rangka Manusia.
Data nilai dalam DKN tersebut merupakan nilai yang diperoleh peserta didik
ketika pembelajaran yang disampaikan (dalam hal ini Ibu Sahmi Wita Nasution
selaku guru mata pelajaran IPA) masih menerapkan pembelajaran konvensionanl.
Kemudian diklasifikasikan dengan nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata
siswa.4

3 Max A. Sobel Dan Evan M. Maletsky, Mengajar Matematika (Sebuah Buku Sumber,
Alat Peraga, Aktivitas Dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP Dan SMA) Edisi
Ketiga,(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 67

Tabel 1
Daftar Kumpulan Nilai Harian IPA Tahun Ajaran 2010/2011
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38

2010/2011
NAMA SISWA
ABDUL KARIM LBS
DIMAS PRAYOGA
MUHAMMAD BAIZA
M RAIHAN AL FARUQ
KHAIRINAS SRG
ABDUL RAJAB LBS
AGUS S. DARMAWAN NST
AIDA UTAMI
ANGGI RAMADHANI SRG
BAGUS RISWADI SYAHPUTRA
DADANG HIDAYAT HRP
DAHLIA DARMAYANTI NST
DARA PUSPITA
DELA WAHDANA POHAN
DEVI NOVIDA
DIMANGGARA
VADILAH REZEKI SRG
FATMA RAMADHANI HRP
HABIB MAULANA HRP
HAFIZH ZIDANI ALFAZHRI NST
IBRA MAULANA
JIDDAN FARHAN
KARIMUDDIN HAKIM HSB
MAULANA DERMAWAN
MUHAMMAD ARIF
M. IKHWANUL ARFAN NASUTION
MHD RIKY FADILLAH
M. SELFIN WIBIANSYAH
MUHAMMAD SYARIF ABDILLAH
MIFTA NADYA WAHYUNI
MULYANA MEI FANI
NADHIRA FAHIRA NASUTION
PAISAL SANIY NASUTION
POETRIKU PRADHANA
RAHMAD IRFAN HARAHAP
RAHMAD RAMADANI BONGSU LUBIS
SATRIA PRATAMA

NILAI
6,00
6,00
7,30
6,30
7,20
7,40
5,50
6,40
7,10
5,80
4,70
7,50
6,70
7,00
5,60
7,50
7,40
7,50
4,60
7,20
5,50
7,00
3,60
6,10
7,00
4,70
7,10
7,00
3,60
7,00
6,83
6,50
6,58
7,33
7,10
6,40
7,00

4 Sahmi Wita Nasution, Guru Pengampu Mata Pelajaran IPA MIN Medan Tembung
Tahun Ajaran 2010/2011 s/d 2013/2014, Prosedural Pembelajaran IPA di MIN Medan
Tembung Dan Pengambilan Data Daftar Kumpulan Nilai (DKN), Wawancara Dengan,
Medan, Kamis 20 Juni 2013, Pukul 11.00 13.30 Wib.

39
40

SUNANTA PRATAMA
TEGUH ARDHI SISWORO

6,83
5,70

JUMLAH
RATA-RATA
NILAI TERENDAH
NILAI TERTINGGI

243,57
6,41
3,60
7,50

Diolah dari daftar kumpulan nilai yang diperoleh dari lokasi penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung.
Data nilai harian siswa di atas memaparkan bahwa siswa dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 18 siswa, berarti tingkat kelulusan
siswa hanya 45 %, sebanyak 22 siswa tidak mencapai KKM berati 55 % tidak
lulus.
Tabel 2
Daftar Kumpulan Nilai Harian IPA Tahun Ajaran 2011/2012
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

2011/2012
NAMA SISWA
ALDI PRADICA QODRI
AMELIA NABILA AMANDA
ALIF FADLY ROZY
DARA AZUMA MANURUNG
DEBI ARIZKI RAHMAN
DINI SAFIRA
FEBY ALLIFYA
FIONA AULIA
FRIDAYAH SHINTA MAHARANI
HIZA MAHENDRA
HUMAIRAH PUTRI HASRIN
INDAH PERMATA SARI
IRMA NINGSIH
JULIANI SYAHFITRI
KARTIKA JUNIATI
KHOIRUL AZWAR
MUHAMMAD RIZKI
MUHAMMAD AIDIL
M. RAFI MUMTAZ NASUTION
NADILA RAHMADINI
NUR AINUN NISA
PANJI KESUMA ARIANTO
PUTRI MAISYAROH
PUTRI NABILA
RAHMAT HIDAYAT
RAHMA PUTRI

NILAI
6,50
7,00
5,40
6,10
4,70
6,40
3,60
6,50
7,10
6,90
4,30
7,20
3,50
6,80
5,40
6,80
5,70
7,20
7,10
6,30
6,70
2,70
7,20
6,90
6,00
6,00

27
28
29
30
31
32
33

REZA NOVITA
RIRIN PUTRI ALI
RIRIN SALSABILA
SARAH APRILIA
SHOUFI RAMADHAN NASUTION
SITI HAWA SIREGAR
TEGAR AMINATA

5,70
7,00
7,40
5,80
7,30
6,60
5,80

JUMLAH
RATA-RATA
NILAI TERENDAH
NILAI TERTINGGI

201,60
6,11
2,70
7,40

Diolah dari daftar kumpulan nilai yang diperoleh dari lokasi penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung.
Dari paparan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa
siswa yang mencapai nilai KKM hanya 9 siswa berarti tingkat kelulusan siswa
hanya 28 % dan 23 siswa tidak mencapai KKM berarti yang tidak lulus 72 %.
Tabel 3
Daftar Kumpulan Nilai Harian IPA Tahun Ajaran 2012/2013
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

2012/2013
NAMA SISWA
AHMAD PAUZI NST
AHMAD FADHIL NUR RANGKUTI
ANGGI ANGGRAINI LUBIS
ANGGI SAFITRI NASUTION
ANWAR FAUZI SITUMORANG
ANGGI PRAYOGI ROHAM S
ANIS SA'ADAH
CUT MUTIAH
DHEA ANANDA
DINDA RAFA ADILLA
DINDA Z. MUNAWAROH BATUBARA
ELSA HARAHAP
ERLANGGA SAPUTRA LUBIS
FARHAN FADHILA IMRY
FAUZI AL QODRI
FAJAR SIDDIK
FITRI NABILLA PASARIBU
IRSAN SAPUTRA BATUBARA
KHAIRAH FIDDARAIN
MUHAMMAD AL- QORNI
M. ARFI AL FARIZ
MUHAMMAD FARIDZ
MHD. HARIS SIAGIAN

NILAI
6,10
8,20
7,90
8,10
5,60
5,30
5,10
5,80
5,40
6,50
6,30
6,20
5,30
6,10
5,40
8,30
6,70
7,20
7,40
6,90
7,40
7,10
6,70

24
25
26
27
28
29
30
31
32

MUHAMMAD BACHRI FIRDAUS


M. SALMAN ALFARIZI NST
MAULIDAH YUNI NASUTION
MEGA AGUSTINA HASIBUAN
MUTIA RANI PANE
NURHIDAYATI LUBIS
RANTIKA DEWI
RITA DAMAYANTI SILITONGA
ZAHRINA LUBIS

5,10
6,30
5,30
7,60
8,50
6,40
7,20
5,70
5,90

JUMLAH
RATA-RATA
NILAI TERENDAH
NILAI TERTINGGI

209,00
6,53
5,10
8,50

Diolah dari daftar kumpulan nilai yang diperoleh dari lokasi penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung.
Dari olahan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa
siswa yang mencapai KKM hanya 11 siswa berarti tingkat kelulusan siswa hanya
35 % dan 21 siswa tidak mencapai KKM berarti tingkat yang tidak lullus 65 %.
Data yang dipaparkan pada tabel 1, 2 dan 3 di atas menjadi pembuktian bahwa
setiap tahun sebagian besar siswa memperoleh nilai yang belum mencapai KKM.
Berdasarkan masalah pembelajaran dan pemaparan data di atas, perlu
dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan media pembelajaran yang
mengandung nilai permainan. Menurut hemat penulis, permainan yang dekat
dengan dunia anak berusia SD/MI salah satunya adalah permainan Puzzle, oleh
karenanya penulis menyusun rencana penelitian menggunakan media Game
Puzzle Rangka Manusia yang dibuat sendiri oleh penulis menggunakan peralatan
sederhana. Saat penggunaan media tersebut, dalam proses pembelajaran nantinya
akan digunakan media audio visual dan media alat peraga (torso) sebagai alat
bantu. Pembuatan dan penggunaan media ini diharapkan merangsang peningkatan

kemampuan profesional guru dalam merancang media pembelajaran sendiri


sehingga mampu melaksanakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan Game Puzzle Rangka Manusia?
2. Bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang baik

dengan

memanfaatkan Game Puzzle Rangka Manusia sebagai media pembelajaran?


3. Bagaimana pemanfaatan Game Puzzle Rangka Manusia untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Memahami bagaimana proses pembuatan media Game Puzzle Rangka
Manusia menggunakan peralatan sederhana
2. Memudahkan guru merancang pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif
sehingga dengan penggunaan media Game Puzzle Rangka Manusia siswa
menjadi aktif dalam proses penggalian dan penelaahan materi pelajaran
walaupun siswa dalam ruang kelas mencapai 30-40 orang
3. Media Game Puzzle Rangka Manusia menjadi solusi bagi guru untuk
menyampaikan materi rangka manusia menjadi lebih nyata sehingga peserta
didik benar-benar memahami materi tersebut melekat dalam kehidupan
sehari-hari
4. Dengan menggunakan media Game Puzzle Rangka Manusia prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran rangka manusia
diharapkan mampu mencapai atau melebihi KKM

D. Manfaat Penelitian
Adapun mafaat yang dapat diperoleh dari penggunaan Game Puzzle
Rangka Manusia sebagai media pembelajaran dalam proses belajar IPA materi
rangka manusia:
1. Sebagai panduan bagi guru atau peneliti lain mengenai prosedural
pembuatan media pembelajaran sendiri dengan menggunakan peralatan
sederhana. Sehingga, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya
menggunakan media pembelajaran yang dapat di beli dengan mudah di
pasaran dan peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis mampu
membuat media pembelajaran dengan bentuk yang lainnya.
2. Untuk mencari peningkatan prestasi belajar siswa, diarahkan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa bahwa materi pembelajaran IPA
bukan konseptual semata, melainkan berkaitan langsung dengan kehidupan
nyata, pembelajaran materi tersebut memang melekat dalam diri siswa dan
berpengaruh langsung dalam kehidupan sehari-hari siswa.
3. Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk pemantauan pengembangan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses semua materi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru khususnya pelajaran IPA dengan fokus
pembahasan rangka manusia.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA kelas IV yang
mencakup:
1. Standar Kompetensi: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan dengan fokus
memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta
pemeliharaannya

10

2. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh


manusia dengan fungsinya dan enerapkan cara memelihara kesehatan kerangka
tubuh
3. Uraian Materi:
a. Bagian-bagian rangka manusia
b. Fungsi rangka manusia
c. Perawatan rangka manusia

F. Originalitas Penelitian
Setiap rencana penelitian yang akan dilakukan harus benar-benar berbeda
dengan penelitian yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, agar karya ilmiah
yang disusun benar-benar orisinil dan tidak mengandung unsur plagiasi
sedikitpun. Dibawah ini dipaparkan beberapa penelitian terdahulu untuk melihat
persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti lain dengan rencana
penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 4
Analisis Penelitian Yang Akan Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya
No

Nama
Peneliti,
Bentuk,
Metode
Judul Dan Tahun Penelitian
Hadi Sutopo (Mhasiswa
Pascasarjana UNJ),
Disertasi, Reasearch
And
Development
(R&D), Pengembangan
Model
Pembelajaran
Pembuatan
Aplikasi
Multimedia Khususnya
Puzzle Game Pada Mata
Kuliah Multimedia Di
Universitas
Tarumanagara Dan Fakultas
Teknologi
Informasi
Universitas
Persada
Indonesia YAI Tahun
Akademik
2007/2008,
Tahun 2010.

Tujuan Penelitian

Kesimpulan Penelitian

Mengembangkan model
pembelajaran
pembuatan aplikasi
multimedia
khususnya puzzle
game dalam bentuk
CD-ROM,
yang
menjadi bagian dari
mata
kuliah
Multimedia.

1.

11

2.

Dengan
model
pembelajaran pembuatan
aplikasi
multimedia
khususnya puzzle game
mahasiswa
dapat
meningkatkan
kemampuan
untuk
membuat desain dan
pemrograman
dalam
membuat puzzle game.
Keterampilan
pemrograman dan desain
akan
mendorong
kreativitas
mahasiswa
untuk membuat aplikasi
multimedia
seperti
visualisasi,
company
profile,
pembelajaran,
hiburan dan lainnya.
Agar dapat menciptakan
aplikasi multimedia yang
baik, mahasiswa harus
menguasai desain dan

Any

Herawati (Mahasiswa
Pascasarjana Universitas
Negeri Malang), Tesis,
Metode
Penulisannya
Menggunakan
Mixed
Research, Pembelajaran
Kooperatif TAI Dan
game Puzzle Dalam
Meningkatkan Motivasi
Belajar Dan Pemahaman
Konsep
Matematika
Siswa SMA Negeri 3
Malang, Tahun 2012.

1.

2.

3.

pemrograman
serta
mampu mengembangkan
kreativitasnya.
3. Dosen mata kuliah
lain
dapat
mengembangkan
model
pembelajaran
dengan
komputer
karena
memudahkan
mahasiswa
untuk
memahami materi
kuliah,
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat
tercapai.
Meningkatkan
1. Pembelajaran kooperatif TAI
motivasi
belajar
Dan Game Puzzle yang
dan
pemahaman
dirancang pada Bab III dan
konsep
mata
dilaksanakan pada siswa XI
pelajaran
IPA 1 SMA Negeri 3
matematika fungsi
Malang
berhasil
komposisi
dan
meningktakan
motivasi
fungsi
invers
belajar dan pemahaman
menggunakan
konsep
mata
pelajaran
model
matematika
fungsi
Pembelajaran
komposisi dan fungsi invers
Kooperatif TAI dan 2. Pembelajaran Kooperatif TAI
dan Game Puzzle yang
Game Puzzle di
dapat
meningkatkan
SMA negeri
3
motivasi
belajar
dan
Malang
Memahami
pemahaman konsep mata
prosedural
pelajaran matematika dalam
penerapan
model
penelitian tersebut memiliki
Pembelajaran
beberapa tahap.
persiapan
Kooperatif TAI dan a. Tahapan
pembelajaran
Game Puzzle dalam
b. Tahapan Penyajian materi
meningkatkan
c. Tahap belajar individu
motivasi
belajar
d. Tahap belajar kelompok
dan
pemahaman e. Tahap diskusi kelas
konsep
mata f. Tahap tes individual
pelajaran
g. Tahap penerapan game
matematika fungsi
puzzle
penerapan
komposisi
dan h. Tahap
kelompok
fungsi invers di
SMA negeri
3 i. Guru memberikan tes akhir
3. Respon
siswa
terhadap
Malang
pembelajaran
kooperatif
Untuk
meneliti
TAI
dan
game
puzzle
ini
respon
siswa
adalah
sangat
positif
yang
terhadap penerapan
berarti siswa menganggap

12

3.

model
Pembelajaran
Kooperatif TAI dan
Game Puzzle dalam
meningkatkan
motivasi
belajar
dan
pemahaman
konsep
mata
pelajaran
matematika fungsi
komposisi
dan
fungsi invers di
SMA negeri
3
Malang
Mendeskripsikan
penerapan
media
crossword puzzle
dalam pembelajaran
IPS
materi
koperasi,
Mendeskripsikan
peningkatan
Aktivitas
belajar
siswa pembelajaran
IPS
materi
koperasi,
Mendeskripsikan
peningkatan hasil
belajar IPS materi
koperasi.

Angga Tri Aprilia (Mahasiswa


Universitas
Negeri
Malang),
Skripsi,
penelitian tindakan kelas,
Penerapan
Media
Crossword Puzzle Untuk
Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas IV B SDN
Penanggung Kecamatan
Klojen Kota Malang,
Tahun 2012.

1.

Pipit

Menghasilkan bahan ajar


materi KPK dan
FPB
berbasis
Pendidikan
Matematika
Realistik
(PMR)
berbantuan Puzzle
yang valid, praktis
dan efektif untuk
siswa kelas IV SDN
Tunjung sekar.

Pudji
Astutik
(Mahasiswa Pascasarjana
Universitas
Negeri
Malang Prodi Pendidikan
Dasar), Tesis, Metode
Penelitian Memodifikasi
Model 4D (Four D
Model), Pengembangan
Bahan Ajar Materi KPK
dan
FPB
Berbasis
Pendidikan Matematika
Realistik
(PMR)
berbantuan
Puzzle,
Tahun 2013.

13

bahwa model pembelajaran


ini menyenangkan, tidak
membosankan,
meningkatkan pemahaman
siswa dan memberi motivasi
belajar untuk memperoleh
skor tes hasil belajar

1.

Penggunaan
media
crossword
puzzle
membuat siswa menjadi
lebih
aktif, senang,
bersemangat
belajar,
serta
pembelajaran
menjadi menyenangkan
dan
bermakna
bagi
siswa.
2. Dengan
menggunakan
media crossword puzzle
aktivitas belajar siswa
menjadi meningkat
3. Dengan
penggunaan
media crossword puzzle
hasil
belajar
siswa
menjadi meningkat.
Bahan ajar yang telah disusun
berbasis
Pendidikan
Matematika
Realistik
(PMR)
berbantuan
Puzzle
memiliki
kelebihan
dan
kelemahan.
Oleh
karenanya,
pengembangan
bahan
ajar ini hanya pada
sampai tahap D3 dari
D4. Untuk penyebaran
(diseminasi) sebaiknya
perlu
dilakukan
uji
validasi terlebih dahulu.
Karena, bahan ajar ini
berdasarkan hasil analisis
masalah
pembelajaran

5.

Gendot Budiyono (Mahasiswa


Pascasarjana
Prodi
Pendidikan dasar), Tesis,
Penelitian
Tindakan
Kelas
Dengan
Pendekatan
Kualitatif,
Penerapan
Metode
Group
Investigation
Dipadu Dengan Game
Puzzle
untuk
Meningkatkan Aktivitas
Dan
Hasil
Belajar
Biologi Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 1
Bondowoso, Tahun 2011.

Dianita Solikha Rahayu, Tesis,


Penelitian
Tindakan

1.

2.

1.

Meningkatkan
Aktivitas
Belajar
Siswa Kelas VII-B
SMP Negeri 1
Bondowoso tahun
pelajaran
2009/2010 dengan
menggunkan
Metode
Group
Investigation
dipadu
dengan
Game Puzzle
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Biologi
Siswa
Kelas VII-B SMP
Negeri
1
Bondowoso tahun
pelajaran
2009/2010 dengan
menggunkan
Metode
Group
Investigation
dipadu
dengan
Game Puzzle

1.

Mendeskripsikan
Penerapan Media

1.

14

2.

3.

dan analisis karakteristik


siswa
dalam
pembelajaran
matematika di SDN
Tanjungsekar 3 Kota
Malang.
Sintaks
Group
Investigation yang terdiri
dari
selesksi
topik,
perencanaan kooperatif,
implementasi,
analisis
dan sintesis, presentasi
dan
evaluasi
dapat
meningkatkan
hasil
belajar siswa
Penerapan
metode
Group Investigation yang
diapdu dengan Game
Puzzle
dapat
meningkatkan aktivitas
siswa, dari nilai aktivitas
siswa siklus I 73,63%
menjadi 89,57% pada
siklus II.
Penerapan
metode
Group Investigation yang
diapdu dengan Game
Puzzle
dapat
meningkatkan
hasil
belajar siswa. Hasil
belajar siswa meningkat
dari 74,07% pada siklus I
menjadi 96,26% pada
siklus II. Hasil belajar
afektif secara klasikal
tidak
mengalami
peningkatan dari siklus I
dan II yaitu 96,29%
tetapi
mengalami
peningkatan pada ratarata kelas dari siklus I
81,29 menjadi 89,26
pada siklus II. Hasil
belajar
psikomotor
meningkat dari 77,785
pada siklus I menjadi
100% pada siklus II.
Penerapan media puzzle
dapat
meningkatkan,

kelas Model Hopkins,


Penerapan Media Puzzle
Untuk
meningkatkan,
Keterampilan membaca
Al-Quran Siswa Slow
Learner
Di
SDN
merjosari III Malang,
Tahun 2013.

2.

Puzzle
Untuk
meningkatkan,
Keterampilan
membaca Al-Quran
Siswa Slow Learner
Di SDN merjosari
III Malang
Mengetahui
peningkatkan,
Keterampilan
membaca Al-Quran
Siswa Slow Learner
Di SDN merjosari
III Malang

2.

Keterampilan membaca
Al-Quran Siswa Slow
Learner
Di
SDN
merjosari III Malang
Berdasrkan hasil uji coba
menyatakan
bahwa
media puzzle efektif
digunakan
untuk
meningkatkan
keterampilan membaca
Al-Quran Siswa Slow
Learner
Di
SDN
merjosari III Malang

G. Hipotesis Penelitian
Dengan memahami usia siswa pada tingkat pendidikan SD/MI khususnya
kelas IV yang masih memiliki keinginan bermain yang begitu besar serta
berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan pada tabel 4 di atas, hipotesis
penelitian ini adalah dengan penggunaan media Game Puzzle Rangka Manusia
proses pembelajaran mejadi lebih aktif dan menyenangkan serta dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi rangka
manusia di MIN Medan Tembung.
H. Definisi Operasional
Dari judul penelitian Game Puzzle Rangka Manusia (Penelitian Tindakan
Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas Iv Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan Tembung Tahun Ajaran 2013/2014)
pembatasan istilah pada penelitian tersebut dijelaskan di bawah ini.
1. Game Puzzle Rangka Manusia adalah media pembelajaran berbentuk
permainan menysusun bagian-bagian rangka manusia yang dibuat sendiri oleh
peneliti menggunakan peralatan sederhana.

15

2.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian reflektif yang dilakukan oleh


guru, hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian
mengajar

serta

merupakan

penelitian

tentang,

untuk

dan

oleh

masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan


kolaborasi antara peneliti dan kelompok sasaran.5
3. Meningkatkan Prestasi Belajar dalam penelitian ini maksudnya adalah suatu
upaya yang dilakukan guru dalam mengemas pembelajaran dengan
menggunakan media Game Puzzle Rangka Manusia dibantu dengan media
Audio Visual Dan Alat Peraga Torso agar proses belajar lebih baik lagi dan
prestasi belajar siswa pun meningkat.
4. Mata Pelajaran IPA ini merupakan salah satu mata pelajaran eksakta yang
diajarkan mulai dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA?MA. Dalam penelitian ini,
materi IPA yang menjadi pokok penelitian adalah IPA pada tingkat SD/MI
semester I (Ganjil) yaitu Rangka Manusia pada BAB I dalam buku pelajaran
Akrab Dengan Dunia IPA yang disusun oleh Muchammad Azam.
5. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan Tembung (MIN) Medan Tembung
merupakan lokasi penelitian yang ada di Kecamatan Medan Tembung tepatnya
beralamt di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Kelurahan Bantan Kecamatan Medan
Tembung.
I. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Di bawah ini dipaparkan pengertian belajar menurut para ahli pendidikan:
1. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar
adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.6
5 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Indeks, 2011), h. 8.
6 Syaful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h 12 .

16

2. Slameto menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan


seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, berupa hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.7
3. Menurut Suryasubrata, seseorang disebut belajar bila: belajar itu membawa
perubahan (dalam diri behavior changes, aktual maupun potensial),
perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru dan
perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.8
4. Sardiman menerangkan belajar adalah suatu perubahan, dalam hal ini yang
dimaksud dengan perubahan adalah tingkah laku. Jadi setelah belajar,
individu-individu akan mengalami perubahan baik yang dapat kita lihat dari
bentuk perbuatan maupun dalam bentuk fisikis. Perubahan dalam
kecakapan, keterampilan, dan juga pengetahuan.9
5. Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan
perkembangan ataupun perubahan dalam diri seseorang yang menyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Tingkah laku yang baru itu adalah pengetahuan, pengertian, sikap,
kebiasaan, sifat sosial, emosional dan pertumbuhan fisik.10

7 Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,


1991), h. 2.
8 Suryasubrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 246
9 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1992), h. 21
10 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito,
1975), h. 28.

17

6. Winkel juga menjelaskan bahwa belajar adalah Suatu aktivitas mental psikis
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.11
7. Menurut Tabarani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam proses belajar
mengajar mengemukakan pendapat Belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. pengertian ini berbeda dengan
pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah
memperoleh pengetahuan,bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentuk
kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.12
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap
diri seorang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan
dan sikapnnya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar disimpulkan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentinngnya belajar untuk diri
sendiri dan juga untuk orang lain. Allah berfirman tentang cara bagaimana

11 Winkel, W, Psikologi Pendidikan (Bandung: Gramedia, 2003), h. 36.


12 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya , 1989), h 7.

18

mengarahkan dan mengajari orang lain hendaknya disampaikan dengan cara yang
lemah lembut. Firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125:

Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baikSesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S Al-Nahl 125).
Dari ayat Al-Quran di atas menganjurkan bahwa dalam menyampaikan
materi kepada peserta didik dengan cara yang baik maka hasil yang

akan

diperoleh juga akan baik. Berdasarkan ayat di atas pula Rasululllah SAW
menjelaskan tentang kewajiban setiap muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan,
seperti diriwayatkan oleh Muslim.
:


( )

19

Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Bahwasannya Rasulullah SAW


bersabda: Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga. (H.R.
Muslim).13
Dari beberapa Definisi di atas maka belajar memeliki ciri-ciri yaitu:
(1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja
tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan
(psikomotor)
(2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang
terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan
lingkungan . interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis
(3) perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

1.
2.
3.
4.

Definisi belajar di atas sejalan dengan kesimpulan belajar di bawah ini:


Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki, baik fisik maupun mental
Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain
perubahan tingkah laku diharapkan ke arah positif dan ke depan
Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif
menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat, dan sebagainya
Belajar bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk,
menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang harus dirubah tersebut untuk
menjadi bekal hidup seseorang agar dia dapat membedakan mana yang
dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana pula
yang harus dipelihara

13 Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih (Jakarta: Gema Insan Pers, 1995), h.
206.

20

5. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan berbagai bidang ilmu,


misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis
jadi dapat menulis, dari tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung, dari
tidak tahu berbahasa Arab menjadi bisa berbahasa Arab.
6. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya:
keterampilan bidang olag raga, bidang kesenian, bidang teknik dan
sebagainya.14
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas,
penulis mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.
2. Prestasi Belajar Siswa
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat
transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa.
Tujuan akan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan
di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus
dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil
belajar matematika tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan
matematika yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran
matematika di sekolah dengan tidak melupakan hakikat matematika itu sendiri.
Hasil belajar yang mendasari suksesnya pelaksanaan pendidikan adalah
merubah pandangan atau persepsi setiap individu yang terlibat langsung dalam
pendidikan. Dari berbagai definisi belajar maka perubahan tingkah laku itu bisa
saja dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam
sikap dan kebiasaan, perubahan pandangan, kegemaran dan lain-lain. Kegiatan

14Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan Strategi


Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 35-36

21

dan usaha untuk mencapai tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu Hasil dan Belajar. Hasil
merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses
kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hamalik mengatakan bahwa : Hasil belajar adalah terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan.15
Selanjutnya Nana Sudjana dalam bukunya penilaian hasil proses belajar
mengajar hasil belajar adalah: kemampuankemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya .16 Horward Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar , yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar , yakni

(a)

informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan
(e) keterampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang

15 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Bandung: Bumi Aksara, 2007), h. 30.
16 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 22.

22

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah , yakni ranah kognitif, ranah
afektif , ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
tujuh

aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis ,dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tinggi .
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni
penerimaan , jawaban atau reaksi , penilaian , organisasi , dan internalisasi .
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan
reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)
keharmonisan dan ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan
ekspresif dan interpretatife. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran .
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dan
lain-lainl.17
Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan
rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk melihat sejauh mana
taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat(valid) dan
dapat dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data
yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan prilaku dan
pribadi peserta didik.

17 Ibid ,h. 28.

23

Dengan demikian teranglah sejauh mana kecermatan evaluasi atas taraf


keberhasilan proses belajar mengajar itu akan banyak bergantung pada tingkat
ketepatan, kepercayaan, keobjektifan, dan

keresponaktifan

informasi yang

didukung oleh data yang diperoleh.


Siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran atau tujuan intruksional. Dalam hal ini tujuan pengajaran tidak
hanya sekedar pada dimensi kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif, dan
psikomotorik. ketiga dimensi tujuan belajar ini sesuai dengan tiga ranah hasil
belajar menurut Bleong dalam Abdurrahman yaitu : kognitif, afektif dan
psikomotorik. Selanjutnya, adapun karakteristik perubahan hasil belajar menurut
Syah ada tiga perubahan,yaitu: (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu
positif dan aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional .18
3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono menerangkan bahwa faktorfaktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa ada dua hal yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor jasmaniah, psikologi yang terdiri atas faktor
intelektif yang meliputi faktor kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan
nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, faktor non intelektif yaitu unsur-unsur
kepribadian tertentu, kemudian faktor internal yang terakhir faktor
kematangan fisik maupun psikis.
2. Faktor eksternal yaitu faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor budaya, faktor lingkungan fisik
dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.19
18 Syah. Psikologi Belajar,( Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2003),h. 144.
19 Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), hlm. 130-131

24

Sejalan dengan hal di atas Dimyati dan Mujiono merincikan lagi faktorfaktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Faktor Internal
1. Sikap terhadap belajar. Sikap terhadap belajar dapat menerima, menolak,
atau mengabaikan kesempatan belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar.
2. Motivasi belajar. Motivasi belajar pada siswa dapat lemah, lemahnya
motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya akan
menurunkan hasil belajar.
3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi

belajar

merupakan

kemampuan

memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi


diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan
waktu belajar serta selingan istirahat.
4. Mengolah bahan belajar. Merupakan kemampuan siswa untuk menerima
isi dan cara memahami materi pelajaran yang telah dan akan diberikan,
sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
5. Menyimpan perolehan hasil belajar. Kemampuan siswa menyimpan
perolehan hasil belajar dapat berlangsung dalam waktu lama dan pendek.
Bagi siswa yangberkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat lama,
sedangkan siswa yang berkemampuan sedang hasil belajar lebih mudah
lupa.
6. Rasa percaya diri. Timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil.
7. Intelegensi dan keberhasilan belajar. Intelegensi merupakan suatu
kecakapan global untuk dapat bertindak secara terarah. Kecakapan siswa
dalam bertindak dan berpikir mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa

25

dalam memperoleh prestasi belajar. Perolehan hasil belajar yang rendah


disebabkan intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar.
8. Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan
dalam mencapai tujuan.20
b. Faktor Eksternal
1. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang
mendidik, bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk
sikap dan tingkah laku dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus
menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam menyampaikan
pembelajaran agar peserta didik tidak bosan atau jenuh dalam proses
pembelajaran.
2. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang memadai dapat
membatu meningkatkan hasil belajar. Karena sarana dan prasarana ini dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan
oleh seorang guru.
3. Kebijaksanaan Penilaian. Keputusan tentang hasil belajar merupakan
puncak harapan siswa. Siswa secara kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar,
oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian.
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah. Lingkungan sosial belajar yang
kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku
yang positif.21

20 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h. 228.
21 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h.
228.

26

Sejalan dengan hal di atas Slameto dan Oemar Hamalik juga menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: faktor intern dan faktor ekstren. Menurut
Slameto faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.

22

Selain itu dan

dengan penjelasan yang hampir sama Slameto memaparkan faktor yang


mempengaruhi belajar ada dua jenis, yaitu: faktor intern dan faktor ekstren, faktor
intern dibahas menjadi 3 bagian, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor
kelelahan. Faktor ekstren dikelompokkan menjadi 3 faktor , yaitu: faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Seperti yang diungkapkan Hamalik hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: (1).
Pengetahuan, (2). Pengertian, (3). Kebiasaan, (4). Keterampilan, (5). Apresiasi,
(6). Emosional, (7). Hubungan sosial, (8). Jasmani, (9). Etis atau budi pekerti,
(10). Sikap. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain koognitif, afektif dan
psokomotor.23
Hasil belajar juga terpengaruh bagaimana cara menyajikan secara
menyenangkan dan tak terlupakan, dalam hal ini ada cara untuk mengakhiri
sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami
cara penerapannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita
22 Slameto, op. cit., h. 54.
23 Hamalik, op. cit., h. 117.

27

kerjakan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya, menurut


Silberman tehni-tehniknya dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa
dari yang berikut ini: a) Peninjauan: mengingat dan mengihtisarkan apa yang telah
dipelajari, b) Penilaian diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan,
keterampilan atau sikap, c) Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana
siswa akan melanjutkan belajarnya secara pelajaran berakhir, d) Ungkapan
perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan yang dihadapi
siswa pada akhir pelajaran.24
Prestasi yang dicapai siswa sudah pasti berbeda-beda, hal ini disebabkan
siswa memkiliki bakat, kemampuan, ciri dan keunikan yang membedakan antara
satu siswa dengan siswa yang lainnya. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal)
individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
penting sekali diketahui dan dipahami oleh tenaga pendidik dan peserta didik agar
tenaga pendidik mampu mengarahkan dan membantu peserta didik dalam
mencapai prestasi yang sebaik-baiknya setelah proses pembelajaran dilaksanakan.
Secara sederhana faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dapat dilihat
dalam bentuk skema di bawah ini:
Guru, Metode
Kurikulum
Siswa
Baru Masuk
24 Santika, op.cit., h. 45.

Proses
Pembelajaran
Lingkungan,
Sarana
Dan Prasarana

28

Siswa Yang Berhasil


(Out Put)

Skema di atas menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran yang


dijalani oleh siswa faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, mulai dari
peserta didik itu memasuki suatu lembaga pendidikan hingga akhirnya selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4. Cara Mendapatkan Prestasi Belajar Yang Baik
Dalam mendapatkan hasil belajar yang baik tidak lepas dalam peran
bagaimana guru mengajarkan materi pelajaran, cara pembelajaran IPA yang
efektif dan insfitatif menurut harus diberikan melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang penuh ketenangan, kasih
sayang serta memberikan keleluasan kepada anak untuk sepenuhnya untuk
bereksplorasi.
Pengajaran yang mengasah kecerdasan majemuk siswa sekolah dasar lebih
menyenangi kegiatan yang sifatnya bermain. Guru harus dapat memberikan
metode pembelajaran yang menyenangkan sekaligus dapat mengasah kecerdasan
majemuk mereka. Bagian ini berisi tehnik-tehnik pengajaran yang bisa
digunakan pada saat mengajarkan inti dari pelajaran anda. Beraneka ragam
altennatif disediakan dan semuanya secara halus menekankan siswa untuk
memikirkan, merasakan dan menerapkan.
Ada beberapa alternatif yang dapat membantu siswa mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Silberman alternatif-alternatif itu antara
lain: a). Proses belajar mengajar satu kelas penuh: pengajaran yang dipimpin oleh
guru yang mensimulasi seluruh siswa, b). Diskusi kelas: dialog dan debat tentang
persoalan-persoalan utama, c). Pengajuan pertanyaan: siswa meminta penjelasan,

29

d). Kegiatan belajar kalaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam


kelompok kecil, e) Pengajaran oleh teman sekelas: pengajaran oleh teman sendiri,
f). Kegiatan belajar mandiri: aktifitas kegiatan yang dilakukan perseorangan, g).
Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilainilai dan sikap mereka.25
Tingkat keberhasilan setiap guru berbeda-beda tergantung persepsi guru
tersebut. Akan tetapi ada satu acuan keberhasilan tersebut menurut Djamarah dan
Aswan suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatan
berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya

atau yang sekarang

disebut sebagai indikator dapat tercapai.26


Sehubungan dengan hal ini keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas
beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Djamarah dan Aswan tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1). Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa,
2). Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar 76% s.d. 99% bahan pengajaran
yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,
3). Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75%
saja dikuasai oleh siswa,
4). Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
oleh siswa.
25 Silberman, Active Learning (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 13.
26 Djamara dan Aswa, op. cit., h. 107.

30

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan


kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan
refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d)
keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan
ekspresif dan interpretative.
5. Pengertian Media
Menurut Mujiono dalam proses belajar mengajar ada empat komponen
penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar,
suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar,
sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya
tujuan belajar yang optimal.
Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar

31

tujuan

dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek
pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga
bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima sisa dengan baik.
Media menurut Gerlach dan Ely adalah manusia, materi atau yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Di dalam pengertian ini guru, buku, teks dan lingkungan
sekolah merupakan media secara lebih khusus, pengertian media dalam belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photogtafis atau elektronis
untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.27
Media merupakan suatu alat yang dapat memudahkan seorang guru dalam
mengajarkan mata pelajaran. Media yang dipergunakan atau dimanfaatkan mulai
dari yang sederhana sampai yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan situasi yang efektif.
Menurut Achsin bahwa perluasan konsep tentang media, dimana
teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul pula
sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan
ilmu. 28
Berdasarkan Definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang
besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media

27 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3.


28 Ibid, h. 5.

32

pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan
belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
6.

Macam-macam Media Pembelajaran


Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi

tergantung pada sudut mana melihatnya. Sell dan Richey Berdasarakan


perkembangan teknologi tersebut media pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam empat kelompok, yaitu (1). Media hasil teknologi cetak, (2). Media hasil
teknologi audio visual, (3). Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, (4).
Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer. Lain halnya pendapat
Kemp dan Dayton mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu (1).
Media cetakan, (2). Media panjang (3). Overhead transparacis, (4). Rekaman
audio tape, (5). Seri slide dan flim strifs, (6). Penyajian multi-image, (7).
Rekaman video dan film hidup, dan (8). Komputer.29
Dari beberapa penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
media memiliki ragam jenis dan kegunaannya, saat proses belajar mengajar tidak
terlepas dengan penggunaan media sebagai fasilitator, sehingga dapat membantu
siswa dalam proses pembelajaran.
7. Penggunaan Media Pembelajaran
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Djamarah dan Aswan media
29 Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 28.

33

sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar
mengajar.30 Berdasarkan penjelasan ini maka dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksudkan dengan media pembelajaran adalah alat dan bahan yang
dipergunakan untuk menyalurkan informasi dari pengajar kelompok pembelajar.
Dalam hal ini bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan pembelajar di sekolah pada khususnya.
8. Fungsi Dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting
yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas
dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan
konteks pembelajaran termasuk karekteristik siswa.
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi
kognitif dan (d) fungsi kompensatoris. Menurut Arsyad Salah satu fungsi utama
media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Dalam pemakaian media pembelajaran memiliki manfaat seperti yang
dikemukakan Hamalik bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
30 Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 3.

34

belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,


membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.31
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa,
media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data
dan memadatkan informasi.

9. Game Puzzle Rangka Manusia


Puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang diaminkan dengan
bongkar pasang.32

Dalam Winatiningrum, senda memaparkan bahwa ada

beberapa manfaat Game Puzzle bagi peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran, yaitu:
1. Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang
lebih sedrhana, sehingga lebih mudah dihafalkan karena membnetuk satu
bangun yang tertentu
2. Membantu untuk mengingat kembali dan merevisikonsep pembelajaran,
membuat peta catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan
presentasi
31 Ibid, h. 15.
32 Misbach muzammil, 2010)h. 34.

35

3. Membantu untuk mendiagnosis apa yang telah diketahui oleh siswa dalam
bentuk struktur yang mereka bangun seperti menjadi bagan atau gambar
yang sesuai
4. Membantu untuk mengetahuiadanya miskonsepsi pada siswa, contohnya
ketika ujian berlangsung akan terlihat jawaban siswa yang benar-benar
memahamu materi dengan yang tidak
5. Membantu untuk mengetahui kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai
dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk
memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa
6. Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang dipelajari,
dimana bagan/gambar yang dibuat oleh siswa sudah benar atau masih salah
7. Membantu untuk merencanakan intruksional pembelajaran, evaluasi dan
untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.33
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
Game Puzzle adalah sejenis permainan anak-anak yang bertujuan memasangkan
potongan gambar yang satu dengan potongan gambar yang lainnya sehingga
membentuk gambar yang sempurna. Dalam penelitian yang akan dilakukan, akan
dibuat sejenis game edukasi berbentuk puzzle yang terbuat dari gambar rangka
manusia dan dirancang sendiri oleh peneliti dengan berbagai macam alat dan
bahan serat pembuatannya melalui beberapa tahap pengerjaan, game tersebut akan
dibuat secara manual dan tidak memakai cetakan mesin. Pada lmpiran tesis ini
nantinya akan dicantumkan foto proses pembuatan game trsebut.
10. Alat Peraga (Torso)
33 Winatiningrum, Penerapan Metode Bongkar Pasang/Puzzle Untuk Meningkatkan
kualitas Proses Dan Hasil Belajar IPS-Sejarah Kelas VII-A SMP Negeri 4 Kediri, PTK
tidak Diterbitkan, Dinas Pendidikan Kota Kediri, 2008, h. 21.

36

Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam khusunya pada tingkat


sekolah dasar diperlukan berbagai macam media pendidikan, agar peserta didik
lebih mudah memahami segala materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal
kaitannya dengan pembelajaran IPA yang berkaitan dengan materi rang dan alat
indera manusia maka juga harus ditunjukkan kepada peserta didik replika organ
tulang yang ada dalam tubuh yang dinamakan dengan torso.

11. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


a. Pengertian IPA
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh
meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nila ilmiah. Pengembangan aspekaspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan
hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan
hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap
pengetahuan tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta-fakta, prinsip-prinsip,
dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak
siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi IPA yang diberikan harus disesuaikan
dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya, materi IPA
yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkatan kelas, sehingga

37

penguasaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun
bagi kelestarian lingkungan alam sekitar.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses. Dalam pembelajaran
tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses
(keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi:
keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat
dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja;

38

mengajukan

pertanyaan;

menggolongkan

data;

menafsirkan

data;

mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah


informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan
masalah sehari-hari.
IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
observasi. Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar,
karena IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tujuan
mata pelajaran IPA di SD/MI secara umum adalah agar siswa dapat menghargai
alam yang ada di sekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan
memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Hakikat Pembelajaran IPA di MI
Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang
sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih
ditentukan oleh insting, sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian
kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh
karena itu, berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan
proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung
sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan IPA juga memegang peranan yang
menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta-fakta,

39

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses


penemuan.
J. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Alasan mengapa penelitian ini
dilakukan adalah untuk memaparkan dan memperbaiki proses pembelajaran
dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung guna meningkatkan hasil belajar
siswa dengan alat bantu media audio visual, salah satu alat bantunya dirancang
dengan aplikasi macromedia Flash 8 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dengan pokok pembahasan Rangka dan Alat Indera.
1.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Medan Tembung Tahun Pelajaran
2013/2014 yang berlokasi di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa Kelas IV MIN Medan Tembung sebanyak 1 ruang kelas (Kelas IV
C/Hambali) denga jumlah siswa adalah 32 siswa. Objek penelitian dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA.
2. Kehadiran Peneliti
Pelaksanaan penelitian ini rencananya dilaksanakan selama 3 bulan. Yang
dimulai dari kegiatan pembangunan komunikasi dengan segala pihak yang
berkaitan dengan pelaksanaan penelitian (terutama pihak sekolah tempat
penelitian dilaksanakan), survey singkat, pengidentifikasian masalah, persiapan
hal-hal lain yang dibutuhkan pada saat `penelitian hingga pada pelaksanaan

40

tindakan. Pada tabel di bawah ini dipaparkan rincian singkat kehadiran peneliti di
lokasi penelitian.
Tabel 2
Rincian kegiatan penelitian di MIN Medan Tembung
No.

Hari/Tanggal
Minggu, 20 Januari 2013

Kegiatan
Keterangan
Komunikasi awal dengan Komunikasi melalui
salah

satu

penelitian

penelitian.

Sida

dengan
yang
guru

kelas V A.
Survey awal mulai pukul Wawancara

awal

07.00 wib s/d 12.00

denga Ibu Wita

wib.

guru

Pengajuan

mata

pelajaran IPA.
pembimbing Diajukan
di

tesis dan pengajuan

resepsionis

surat penelitian di

sekolah

kampus.

pascasarjana
UIN

Jumat, 14 Juni 2013

selular

mengenai lokasi

merupakan

Kamis, 13 Juni 2013

telepon

pendidik di lokasi

Ibu

Selasa, 22 Januari 2013

tenaga

Pengambilan

Malang.
surat Bertempat

penelitian dan surat

41

MALIKI
di

resepsionis UIN

pembimbing.
Sabtu, 15 Juni 2013

Berangkat

MALIKI
Malang
medan Naik bus ALS (Antar

ke

Pukul 11.00 wib.

Lintas
Sumatera)
dengan
perjalanan 4 hari

Selasa, 18 Juni 2013

3 malam.
Masih dalam perjalanan Pukul 20.00
menuju medan.

Kamis, 20 Juni 2013

sampai
medan.
surat Ke Ruangan

Mengantar

Research ke lokasi
28 Juni 2013

penelitian
Studi
pustaka

wib
di
Tata

Usaha

di Pukul 08.00 15.00

perpustakaan daerah

wib.

sumatera
utara(PUSDA
4 Juli 2013

SUMUT)
Wawancara
kepala

dengan Pukul

sekolah

MIN
10

15 Juli 2013

tembung
Pengambilan
profil,

42

di

09.00-12.00

wib

medan
lengkap Pukul 09.00 13.00
foto

serta

wib

video Sekolah MIN


11

14 Agustus 2013

Medan Tembung
Memberikan pengantar Pukul
pembelajaran

di

09.30-10.30

wib

kelas dengan media


audio visual yang
12

24 Agustus 2013

Pre

telah disiapkan.
test
dan Pukul
Pembelajaran
kelas

di

Siklus

08.00-10.00

wib.

Dibantu

oleh guru IPA

Menggunakan media
yang
13
14

sudah

31 Agustus 2013

disiapkan.
Pembelajaran Siklus II, Pukul

31 Agustus 2013

Pemberian latihan.
wib
Evaluasi penelitian yang Dilakukan
telah

08.00-10.00
sebelum

dilaksanakan

pulang

ke

perpisahan

malang

pukul

dan
bersama

kepala

sekolah dan dewan

11.00

wib

hingga selesai.

guru.
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk
siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat
keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari
satu atau lebih pertemuan.

43

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan tes


awal kepada siswa kelas IV C/Hambali yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Setelah diberikan tes, barulah dapat diketahui apakah
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran cukup baik atau tidak. Dengan
berpatokan peda tes awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan
prosedur yang tersusun oleh Arikunto yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Perencanaan

3. Pengamatan

2. Pelaksanaan

4. Refleksi34

BAGAN MODEL PTK


PERENCANAAN
REFLEKSI

SIKLUS I

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN
REFLEKSI

SIKLUS II

PELAKSANAAN

PENGAMATAN
Gambar 1. Bagan disusun berdasarkan
? pendapat oleh Suarsimi Arikunto

34 Arikunto, Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 16.

44

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus. Adapun


tahapannya sebagai berikut:
Siklus I
a. Tahapan perencanaan
Pada tahap perencanan, peneliti bersama guru kelas membahas teknisi
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain:
3. Menentukan kelas yang akan diteliti serta menentukan materi yang akan
diajarkan sesuai silabus dan kurikulum, yaitu materi kebebasan berorganisasi
yang membahas tentang bagaimana bagaimana berorganisasi di lingkungan
sekolah.
4. Membuat rencana pembelajaran ( RPP) sesuai dengan metode yang digunakan
5. Menyiapkan alat alat yang akan dipakai sesuai dengan materi yang
dipelajarai
6. Menyiapkan beberapa pertanyaan untuk membangkitkan keaktifan siswa dalam
mengungkapkan pendapat
7. Membuat soal soal tugas yang akan diberikan pada masing masing siswa
berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari
8. Membuat lembar observai tentang keaktifan.
9. Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian
diterapkan.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini tindakan yang diambil adalah: peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif IPA
yang sesuai dengan skenario yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
1.

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV C/Hambali


MIN Medan Tembung.

45

2.

Memberikan pengarahan kepada siswa bahwa pembelajaran

yang dilakukan mempergunakan media audio visual.


3.
Menerapkan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game
Edukatif sesuai dengan relevansinya pada materi yang sedang diajarkan,
sehingga siswa dapat mengerti dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru dapat menjawab dan
4.
5.

menerangkan kembali jika siswa mengalami kesulitan.


Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.
Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai

pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media audio visual.


6.
Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses
belajar mengajar dengan menggunakan Media Audio Visual Alat Peraga Dan
7.

Game Edukatif IPA.


Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post

test I.
c. Tahapan Observasi
Observasi yang dilakasanakan meliputi implementasi dalam monitoring
pada proses pembelajaran di kelas secara langsung. Observasi terhadap
pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajarn secara umum dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan
selama proses pembelajaran berlangsung dibantu seorang guru kelas menyangkut
keaktifan siswa dalam mengikutu pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan
yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian observasi yang dilakukan
di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.

46

Tabel 3. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada
siklus I
Penilaian
No

Nama Siswa

Aspek yang di nilai

Ket.
Orang

Tidak memperhatikan
.
penjelasan guru
Mengobrol
dan
bercanda dengan
.
teman

sewaktu

guru menjelaskan
Keberanian
siswa
dalam
.

bertanya

dan
mengemukakan
pendapat
Kreativitas

siswa

membuat catatan,
.

ringkasan
sewaktu

guru

menjelaskan
Interaksi dengan guru
sewaktu

selama

.
kegiatan
pembelajaran

47

Persentase

Mengerjakan

tugas

Dst
lain

b. Tahap Repleksi
Kegiatan refleksi dilakukan dengan untuk mempertimbangkan pedoman
mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang
diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya kelemahan dan kekurangan
untuk kemudian diperbaiki dalam siklus kedua.
1. Refleksi dilaksanakan setelah diperoleh pembelajaran berlangsung dan
diperoleh hasil teks.
2. Refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil teks dan observasi kelas.
3. Penelitian dibantu oleh guru pada saat proses refleksi.
Siklus II
Apabila dalam melakukan siklus pertama peneliti belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, pada tingkat ini kemampuan siswa dalam mengungkapkan
pendapat belum teraplikasi dalam pembelajaran, maka dalam hal ini dilaksanakan
siklus II dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahapan perencanaan pada siklus II sama dengan tahapan
perencanaan pada siklus I. Tahapan siklus II disusun berdasarkan data dari hasil
refleksi dan analisis dari siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan kegiatan yang
telah direncanakan, antara lain :

48

1. Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajar pada pertemuan atau
siklus sebelumnya
2. Menjelaskan kembali kepada siswa tentang teknisi pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu belajar dengan menggunakan media audio visual.
3. Melanjutkan kembali materi sesuai dengan yang sudah ditentukan
4. Menerapkan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif IPA sesuai
dengan relevansinya pada materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa dapat
mengerti dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pada saat
pembelajaran berlangsung, guru dapat menjawab dan menerangkan kembali
jika siswa mengalami kesulitan.
5. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.
6. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan media audio visual.
7. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses belajar mengajar dengan
menggunakan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif IPA.
8. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test II
c. Tahapan Observasi
Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring
pada proses pembelajaran di kelas secara berlangsung. Kegiatan yang diamati
meliputi aktifitas guru dan anak didik dalam pembelajaran. Observasi ini
bertujuan untuk mengetahui kesulitan tindakan

dengan rencana yang telah

disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat


menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian
observasi yang dilakukan di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.

Tabel 4. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada
siklus II

49

Penilaian
No

Nama Siswa

Aspek yang di nilai

Ket.
Orang

Tidak

Persentase

memperhatikan

.
penjelasan guru
Mengobrol dan bercanda
dengan

teman

.
sewaktu

guru

menjelaskan
Keberanian siswa dalam
bertanya

dan

.
mengemukakan
pendapat
Kreativitas

siswa

membuat

catatan,

ringkasan

sewaktu

.
guru menjelaskan
Interaksi dengan guru
sewaktu

selama

.
kegiatan

Dst

pembelajaran
Mengerjakan tugas lain

d. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan selama
siklus II tahap ini mengamati secara rinci segala sesuatu yang terjadi dalam

50

pembelajaran pada siklus II, sehingga peneliti dapat menemukan hasil


pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1. Test
Dalam hal pengumpulan data. Tes merupakan pertanyaan, latihan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa. Pengumpulan data
dengan menggunakan tes yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap,
bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau
hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan
dari tindakan yang telah dilakukan, tingkat keberhasilan ditentukan dengan
melihat criteria yang telah ditetapkan yaitu:
<65 = siswa tidak tuntas belajar
>65 = siswa tuntas belajar
Data criteria ketuntasan minimal di atas peneliti ambil berdasarkan KKM yang
telah ditentukan dari madrasah yang bersangkutan. tahap test dilakukan dalam 3
tahapan, yaitu test awal (pre test) dilaksanakan sembelum menggunakan Media
Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif, test I (post test I) dilakukan pada
siklus I dan test II (post test II) dilakukan pada siklus II.
2. Observasi
Observasi dimaksud untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan
rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

51

tindakan telah dilakukan, kemudian dapat diperoleh hasil perubahan yang sesuai
dengan yang dikendaki. Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas guru dan
aktifitas siswa dalam pembelajaran.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan pada saat tatap muka langsung dengan kepala
sekolah, guru kelas dan siswa, untuk mengetahui kesulitankesulitan yang
dihadapi siswa selama proses belajar mengajar.
4. Analisis Data
Tehnik analisis data yang akan dilakukan berupa:
1. Reduksi Data
Proses

reduksi

data

yang

dilakukan

dengan

cara

menyeleksi,

menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam


traskip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memilih dan
mengelompokan jawaban siswa dari jenis kesalahan yang ditakutkan dalam
menyelesaikan soal-soal pada materi kebebasan berorganisasi.
2. Paparan Data
Data kesulitan siswa dalam menjawab soal yang telah direduksi kemudian
disajikan dalam bentuk paparan data kesulitan dalam menjawab soal-soal pada
materi kebebasan berorganisasi. Demikian juga dengan data tindakan yang telah
dilakukan disajikan dalam bentuk paparan tindakan.
3. Verifikasi

52

Kegiatan verifikasi dilakukan terhadap paparan data. Verifikasi terhadap


kesalahan-kesalahan jawaban siswa tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa
untuk menyelesaikan soal dan menarik kesimpulan dari data penelitian
4. Menarik Kesimpulan
Adapun menganalisis data adalah dengan memakai analisa data persentase
dan kuantitas data.
5. Analisis Persentase
Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa
persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari seberapa persentasi keberhasilan
yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar.
Dengan rumus : jumlah siswa yang mengalami perubahan 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
Analisis data dengan peningkatan persentase dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a) Melakukan pengecekan data yang sudah masuk
b) Tahap pengumpulan data. Dalam hal ini reduksi data yang dilakukan adalah
menyeleksi hal-hal yang pokok, merangkum dan memfokuskan pada
pembedaan hasil atas jawaban siswa pada lembar jawaban. Kegiatan reduksi
ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada pembelajaran pada materi kebebasan berorganisasi melalui
media audio visual.

53

c) Tahap

penafsiran hasil. Tahap ini dilakukan dari hasil data yang telah

dikumpulkan. Penafsiran data merupakan tahap memperediksi hasil


sementara dari hasil data yang diperoleh. Dengan kata lain tahap ini
berbentuk dugaan sementara hasil data yang ada.
d) Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk
siklus pembelajaran serta pengambilan kesimpulan.
e) Meniympulkan apakah tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan
kemampuan membaca pada siswa. Dalam kegiatan ini ditarik beberapa
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan
yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan perlu
tidaknya siklus dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.
Berdasarkan ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai dari 65 s/d
100 dikatakan berhasil atau tuntas belajar jika ketuntasan belajar di kelas sudah
mencapai 80% maka ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.
6. Kriteria Keberhasilan
Tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat dari kreteria yang telah
ditatapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat persentase jumlah siswa dari tiap
indicator dibagi lima bagian yaitu :
Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Siswa
Tingkat keberhasilan
80% 100%

Arti
Sangat baik

60% 79%

Baik

40% 59%

Cukup

20% 39%

Kurang

54

0% 20%

Sangat kurang

5. Pengecekan Keabsahan Data


Untuk memperkuat keshahihan data dan temuan hasil penelitian, maka
penulis mengacu pada penggunaan standar yang disarankan oleh Lincoln dan
Guba, terdiri dari: (1) Keterpercayaan atau credibility, (2) dapat ditransfer atau
transferability, (3) dapat dipegang kebenarannya atau dependability, dan (4) dapat
dikonfirmasikan atau confirmability. Masing-masing dari proses penjaminan
keabsahan data yang dikembangkan oleh Lincoln dan Guba akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Keterpercayaan (Credibility)
Aktivitas untuk membuat lebih terpercaya (credibly) temuan-temuan dan
interpretasi dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:
a. Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
tidak tergesa-gesa, sehingga pengumpulan data dan informasi tentang situasi
social dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna.
b. Ketekunan pengamanan (persistent observation) terhadap

media

pembelajaran, untuk memperoleh informasi yang sahih.


c. Melakukan triangulasi yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa sumber
diperiksa silang antara data wawancara dengan data pengamatan dan sumber
informasi yang diperoleh dari seseorang informan akan dicross-chek dengan
informasi dari informasi lain.
d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam
penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain.

55

e. Analisis kasus negative (inegative case analysis) yaitu menganalisis dan


mencari kasus atau keadaan yang menyanggah temuan penelitian, sehingga
tidak ada bukti lagi yang menolak temuan hasil penelitian.
f. Pengujian ketetapan referensi terhadap data temuan dan intervretasi. Pada
laporan penelitian, peneliti akan membedakan antara data yang dikumpulkan
dari lapangan dan interpretasi peneliti terhadap data tersebut. Pernyataanpernyatan interfretasi dapat ditandai dengan tanda baca buka dan tutup
kurung () atau akan dinyatakan dengan ungkapan menurut peneliti... hal
ini adalah untuk membantu menjamin tingkat keterpercayaan hasil penelitian.
2. Dapat Ditransfer (Transferability)
Kelayakan transfer hasil penelitian ini sangat relative dan bergantung
pada konteks dan stuasi lain yang mempunyai kriteria sejenis. Kemungkinan
transfer pada situasi lain juga ditentukan oleh latar penelitian yang lebih kurang
serupa dengan setting penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
akan semaksimal mungkin mendeskrifsikan latar penelitian secara detail dan kaya
agar dapat menjadi acuan bagi karakteristik latar penelitian lain yang sejenis untuk
membantu menjamin tingkat transferability.
3. Dapat Diandalkan (Dependability)
Dapat diandalkan (dependability) berarti juga dapat dipercaya. Untuk
menjamin hal ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk konsisten
dalam keseluruhan proses penelitian. Segala aktifitas peneliti akan dicatat dalam
bentuk memo untuk membantu proses analisis data. Di samping itu, sebagaimana
yang telah disebutkan di atas, peneliti juga akan menggunakan kamera sebagai
alat bantu mengumpulkan data sekaligus berfungsi sebagai alat pembuktian untuk
menjamin tingkat keterandalan ini. Alat perekam dalam proses wawancara juga

56

akan membantu dalam menjamin keterandalan untuk menghindari bias interfretasi


peneliti.
4. Dapat Dikonfirmasikan (Confirmability)
Aktivitas cross-checking dan triangulasi dalam analisis data akan
membantu menjamin tingkat confirmabilityi. Data yang diperoleh dari seseorang
informan akan dikonfirmasikan kembali kepada informan tersebut dan juga
informan lain sampai mendapatkan pengakuan yang seragam. Di samping itu, data
yang diperoleh dengan wawancara akan diuji silang atau dikonfirmasi dengan data
yang diperoleh melalui observasi.

57

Anda mungkin juga menyukai