Anda di halaman 1dari 4

3. Etiologi, manifestasi, tatalaksana dan komplikasi epitaksis?

a. Etiologi
Epitaksis atau perdarahan dari hidung seringkali merupakan gejala atau manifestasi
penyakit lain. Kebanyakan ringan dan dapat berhenti sendiri tanpa perlu bantuan
medis,tetapi epitaksis yang berat, walaupun jarang, merupakan masalah kedaruratan
yang berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Epitaksis seringkali timbul spontan tanpa diketahui penyebabnya. Namun juga
epitaksis dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Trauma
Epitaksis dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan
ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu kuat. Atau sebagai trauma yang
lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu-lintas, selain itu bisa
juga karena adanya benda asing tajam atau trauma akibat pembedahan.
2. Kelainan anatomi
Karena adanya spina septum yang terlalu tajam, sehingga sewaktu konka
mengalami pembengkakan dan berhadapan dengan spina tersebut akan terjadi
perdarahan.
3. Kelainan pembuluh darah (lokal)
Biasanya kongenital. Pembuluh darah lebih lebar, tipis, jaringan ikat dan selselnya sedikit.
4. Tumor
Epitaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih sering terjadi
pada angiofibroma, dapat menyebabkan epitaksis berat.
5. Penyakit kardiovaskuler
Hipertensi, arteriosclerosis, nefritis kronis, sirosis hepatic atau diabetes mellitus
dapat menyebabkan epitaksis. Epitaksis pada penyakit hipertensi seringkali hebat
dan dapat berakibat fatal.
6. Kelainan darah
Penyebabnya antara lain leukemia, trombositopenia, bermacam-macam anemia
serta hemophilia.
7. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epitaksis ialah teleangiektasis
hemoragik herediter (hereditary hemorraghic teleangiectasis Osler-Rendu-Weber
disease). Juga sering terjadi pada Von Willenbrand disease.
8. Infeksi sistemik
Yang sering menyebabkan antara lain DBD. Demam tifoid, influenza, dan morbili
juga dapat disertai epitaksis.
9. Perubahan udara atau tekanan atmofir
Epitaksis ringan dapat terjadi apabila seseorang berada pada tempat yang
caucanya sangat dingin atau kering. Selain itu dapat juga terjadi akibat adanya
zat-zat kimia pada tempat industry yang menyebabkan keringnya mukosa hidung.
10. Gangguan hormonal

Epitaksis juga dapat terjadi pada wanita hamil atau menopause karena pengaruh
perubahan hormonal.
b. Manifestasi klinis
Dilihat dari asal perdarahan, epitaksis dibagi menjadi epitaksis anterior dan epitaksis
posterior.
1. Epitaksis anterior
Kebanyakan berasal dari pleksus Kisselbach di septum bagian anterior atau dari
arteri etmoidalis anterior. Perdarahan biasanya ringan, seringkali berulang dan
dapat berhenti sendiri.
2. Epitaksis posterior
Dapat berasal dari arteri etmoidalis posterior atau arteri sfenopalatina. Perdarahan
seringkali hebat dan jarang dapat berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi, arteriosclerosis, atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler
karena pecahnya arteri sfenopalatina.
c. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan epitaksis ialah perbaiki keadaan umum, cari sumber
perdarahan, hentikan perdarahan, dan cari faktor penyebab agar mencegah
berulangnya perdarahan.
1. Perbaiki keadaan umum
Bila pasien datang dengan epitaksis, perhatikan keadaan umumnya, nadi
pernafasan dan tekanan darahnya. Bila ada kelainan, atasi terlebih dahulu
misalnya dengan memasang infus. Jalan napas yang tersumbat akibat adanya
bekuan darah perlu dibersihkan atau diisap.
2. Cari sumber perdarahan
Setidaknya dilihat apakah perdarahan dari anterior atau posterior. Alat-alat yang
diperlukan adalah lampu kepala, speculum hidung, alat pengisap dan tampon
sementara yang berupa kapas yang telah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan
pantocain atau lidocain 2%.
a. Pasien dalam posisi duduk atau setengah duduk atau berbaring dengan kepala
ditinggikan. Harus diperhatikan jangan sampai darah mengalir ke saluran
napas bawah.
b. Darah dan bekuan darah diisap menggunakan alat penghisap.
c. Kemudian pasang tampon sementara tadi. Tunggu 10-15 menit
d. Setelah terjadi vasokontriksi, biasanya dapat dilihat perdarah berasal dari
anterior atau posterior.
3. Menghentikan perdarahan
Perdarahan anterior
Bila sumber perdarahan sudah terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik
dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30%. Setelah itu diberi krim
antibiotik. Apabila perdarah masih terjadi, lakukan pemasangan tampon
berupa kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotik.

Pemberian pelumas ini bertujuan agar saat memasukkan tampon, hidung tidak
mengalami perdarahan baru akibat tampon tersebut. Tampon dipertahankan
selama 2 hari, lalu setelah itu segera dilepas agar tidak terjadi infeksi hidung.
Apabila masih terjadi perdarahan pasang tampon yang baru kembali.
Perdarahan posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya perdarahan
hebat dan sulit dicari sumbernya dengan rhinoskopi anterior.
Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon
posterior yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini dibuat dari kapas atau
kasa padat dibentuk kubus atau bulatdengan diameter 3 cm. Pada tampon
diikatkan 3 utas benang, 2 buah benang pada satu sisi dan seutas benang pada
sisi yang berlawanan.
Untuk memasang tampon posterior pada perdarahan satu sisi, digunakan
bantuan kateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di
orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut. Pada ujung kateter diikatkan 2
benang tampon Bellocq tadi, kemudian kateter ditarik kembali melalui hidung
sampai benang keluar dan dapat ditarik. Tampon perlu didorong dengan
bantuan telunjuk untuk dapat melewati palatum mole dan masuk ke
nasofaring. Bila masih terjadi perdarahan, maka dapat ditambahkan tampon
anterior ke dalam kavum nasi. Kedua benang yang keluar pada hidung diikat
pada sebuah gulungan kain kasa di depan nares anterior, supaya tampon pada
nasofaring tetap pada tempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut
diikatkan secara longgar pada pipi pasien. Gunanya untuk menarik tampon
keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati saat mengeluarkan tampon
karena dapat menyebabkan laserasi mukosa.
Bila perdarahan berat pada kedua sisi, missal pada kasus angiofibroma,
digunakan bantuan dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan
kiri, dan tampon posterior terpasang di tengah-tengah nasofaring.
Sebagai pengganti tampon Bellocq tadi, dapat digunakan kateter Folley
dengan balon. Akhir-akhir ini juga banyak dapat tersedia tampon buatan
pabrik dengan balon yang khusus untyk hidung atau tampon dari bahan gel
hemostatic.
Dengan semakin meningkatnya pemakaian endoskopi, akhir-akhir ini juga
dikembangkan teknik kauterisasi atau ligase a. sfenopalaina dengan bantuan
endoskop.
4. Cari faktor penyebab epitaksis
Anamnesis secara lengkap sangat membantu menentukan sebab perdarahan.
d. Komplikasi epitaksis
Komplikasi dapat terjadi akibat dari epitaksisnya sendiri atau sebagai akibat dari
usaha penanggulangan epitaksis. Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi
darah ke dalam saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan

gagal ginjal. Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan


hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi coroner sampai infark miokard
sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini pemerian infus dan transfuse
darah harus segera dilakukan.
Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat terjadi infeksi, sehingga pelu diberikan
antibotik.
Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino-sinusitis, otitis media, septicemia atau
toxic shock syndrome. Oleh karena itu, harus diberikan antibiotic pada setiap
pemasangan tampon baru.
Selain itu dapat menyebabkan hemotimpanum yaitu darah mengalir melalui tuba
Eustachius, dan air mata berdarah akibat darah mengalir secara retrogard melalui
duktus nasolakrimalis.
Pemasangan tampon posterior dapan menyebabkan laserisasi palatum mole atau
sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat dilekatkan pada pipi.
Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena dapat
menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum.

Anda mungkin juga menyukai