Li Tumbang LBM 3
Li Tumbang LBM 3
TUMBUH KEMBANG
1. Tahap-tahap tumbuh kembang anak
a. masa prenatal :
masa mudigah/embrio : konsepsi- 8 minggu
masa janin/fetus : 9 minggu lahir
b. masa bayi : usia 0-1 tahun
masa neonatal : usia 0-28 hari
a. masa neonatal dini : 0-7 hari
b. masa neonatal lanjut : 8-28 hari
masa pasca neonatal : 29 hari 1tahun
c. masa pra-sekolah : usia 1-6 tahun
d. masa sekolah : usia 6-18/20 tahun
masa pra-remaja : usia 6- 10 tahun
masa remaja :
a. masa remaja dini
i. wanita, usia 8-13 tahun
ii.
pria, usia 10-15 tahun
b. masa remaja lanjut
i. wanita, usia 13-18tahun
ii.
pria, usia 15-20 tahun
(Tumbuh Kembang anak, dr. Soetjiningsih)
2. Tingakat perkembangan yang harus dicapai berdasarkan usia tertentu sesuai dengan
umurnya ( mileston )
a) Perkembangan anak balita
i) sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni
ii) prasekolah,sekolah, akil balik dan remaja
iii) untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:
(a) kesehatan & gizi yang baik daripada ibu hamil, bayi dan anak prasekolah
(b) stimulasi/rangsangan yang cukup dalam kualitas dan kuantitas
iv) keluarga dan KIA-KB mempunyai peran yang penting dalam pembinaan fisk, mental
sosial anak balita.
b) Dari lahir sampai 3 bulan
a. Belajar mengangkat kepala
b. belajar mengikuti obyek dengan matanya
c. melihat kemuka orang dengan tersenyum
d. bereaksi terhadap suara/bunyi
e. mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak.
f. menahan barang yang dipegangnya
c)
Dari 3 sampai 6 bulan:
mengangkat kepala 90 derajat den mengangkat dada dengan bertopang tangan
mulai belajar merah benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar
jangkauannya
menaruh benda-benda di mulutnya
berusaha memperluas lapangan pandangan
tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang.
d)
Dari 6 sampai 9 bulan:
dapat duduk tanpa dibantu
dapat tengkurep dan berbalik sendiri
dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
bergembira, dengan melempar benda-benda
mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
mengenal muka anggota-anggota kelurga dan takut kepada
orang asing/lain
mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sem
bunyi-sembunyian
e)
Dari 9 sampai 12 bulan:
dapat berdiri sendiril tanpa dibantu
dapat berjalan dengan dituntun
menirukan suara,
mengulang bunyi yang didengarnya
belajar menyatakan satu atau dua kata
mengerti perintah sederhana atau larangan
memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
berpartisipasi dalam permainan
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
k)
Pendidikan/ stimulasi yang perlu diberikan:
akademik sederhana; pengenalan ruang, bentuk, warna, per
siapan berhitung
pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan
bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman
menyanyi, menggambar
bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair
sederhana
melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita
menggambar
membuat permainan dad kertas
bermain musik
mengenal tugas, larangan-larangan
aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air bosar,
kontrol buang air kecil)
Sumber:
Skala yawil-mimi bagian psikolog1 anak u.1. & Uk1k pediatri sosial IDAI
(Tumbuh Kembang Anak, dr. Soetjiningsih, SpAK)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
2 faktor utama yang mempengaruhi :
Genetik, meliputi berbagai faktor bawaan yang normal & patologik, jenis kelamin, suku
bangsa, atau bangsa
Lingkungan, meliputi : faktor pranatal & Postnatal.
Faktor Pranatal, meliputi :
Mekanis
Toksin/zat kimia
Endokrin
Radiasi
Infeksi
Stres
Imunitas
Anoksia embrio
Faktor Postnatal, meliputi :
Lingkungan Fisik, Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, Radiasi
Faktor Psikososial, Stimulasi, motivasi belajar, stres, sekolah, cinta & kasih sayang
Faktor keluarga & adat istiadat, pekerjaan, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara,
jenis kelamin, agama, urbanisasi
(Tumbuh Kembang anak, dr. Soetjiningsih)
b. Kelainan sensorimotor
c. Palsi serebral
d. Kelainan persepsi
d. Kesulitan membedakan suara,
mengerti bahasa, simbolisasi,
mengenal konsep, akhirnya
menimbulkan kesulitan belaJar di
sekolah.
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus dicari
dalarn keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Disamping itu
kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini karena
1.
2.
3.
4.
pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hernisfer kiri lebih bak
Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik, yaitu untuk
tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.
Sedangkan Aram DM (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak dapat
disebabkan oleh kelainan dibawah ini:
Lingkungan sosial anak.
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan
bicara dan bahasa pada anak.
Sistem masukan/input.
Adalah sistern pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak dengan
otitis media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan
kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat
pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial
(infeksi intra uterin: sifilis, rubella, toksoplasmosis. sitomegalovirus), tuli konduksi
seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak dapat mendengar),
tuli persepsi/afasia sensotik (terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi
suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme
infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya.
Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang
berat, demikian pula dengan anak dengan defisit taktil-kinestetik akan terjadi gangguan
artikulasi.
Sistem pusat bicara dan bahasa.
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi,
formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari
anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya
pada sindrom Down.
Sistem produksi.
Sistem produksi suara seperti faring, faring, hidung, struktur mulut, dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara,
bunyi faring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat
faring, faring, dan rongga mulut.
(Tumbuh Kembang Anak, dr. Soetjiningsih, SpAK)
Etiologi ;
faktor : kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi syaraf, emosi psikologis,
dsb.
Klasifikasi : menurut Rutter ;
Sedang, keterlambatan lebih berat dari akusisi bunyi kata2 & perkembangan
bahasa terlambat (Disfasia ekspresif)
Berat, Keterlambatan lebih berat dari akusisi & bahasa, gangguan pemahaman
bahasa (Disfasia reseptif & Tuli persepsi)
Sangat Berat, Gangguan pada seluruh kemampuan bahasa (Tuli persepsi & tuli
sentral)
Menurut Rapin dan Allen berdasar patofisiologi, membagi kelainan bahasa pada
anak menjadi 6 subtipe :
a. 2 primer ekspresif:
i. Disfraksia verbal
ii.
Gangguan defisit produksi fonologi
b. 2 defisit represif dan ekspresif :
i. Gangg campuran ekspresif-represif
ii.
Disfasia verbal auditori agnosia
c. 2defisit bahasa yang lebih berat:
i. Gangg leksikal-sintaksis
ii.
Gangg semantik-pragmatik
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak
Gangguan bicara kongenital
a. Retardasi mental
b. Ketulian (akibat rubela, kern ikterus, sindrom Turner, osteogenesis imperfecta),
Rehabilitasi harus sedini mungkin dengan alat pendengar dan slb agar anak dapat
mengenal bunyi2an sebelum belajar bicara.
c. Cerebral palsy, Gangguan bicara pada anak ini mungkin disebabkan oleh retardasi
mental atau disrtria akibat spastisitas, atetosis, ataksia, korea dsb. Pertolongan
dengan speech therapy sering dapat menolong bila gangguan intelegensi tidak
terlampau berat.
d. Anomali alat bicara perifer (palatum, bibir, gigi, lidah), Gangguan bicara berupa
disartria terutama pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang yang
hebat. Pada palatoskizis pertolongan dengan speech theraphy sebaiknya dilakukan
sedini mungkin sebelum dilakukan pembedahan plastik, agar anak tidak
membiasakan diri berbicara melalui hidung atau menutup lubang palatum dengan
menekan pangkal lidah ke atas, yang akan sukar dikoreksi kemudian, terutama
jika sudah berlangsung lama. Koreksi bicara sesudah pembedahan harus
dilakukan secepatnya.
e. Gangguan perkembangan bicara (developmental speech disorders), misalnya
developmental dyslexia, gagap, developmental dysarthria, developmental word
deafness, developmental motor aphasia. Sebagian besar dasar penyebab dari
anak2 dengan kesukaran belajar, kesukaran membaca dan gangguan bicara tidak
diketahui, tetapi diduga terdapat sejak lahir. Gangguan membaca (word blindness,
disleksia), gagap, word deafness lebih sering ditemukan pada keluarga dengan left
handedness dan ambidekstri.
2) Gangguan bicara didapat
a. Afasia akibat penyakit yang disertai kejang, pascaensefalitis, pascatrauma,
neoplasma, gangguan vaskuler otak, penyakit degeneratif
b. Disartria pada bells palsy (kelumpuhan N. VII perifer), polio mielitis, tumor
batang otak, miastenia gravis, penyakit degeneratif
c. Psikogenik
d. Sosiokultural
(Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI)
Diagnosis gangguan perkembangan bahasa pada anak
f.
Anamnesis
Pengambilan anamnesis harus mencakup uraian mengenai perkembangan bahasa
anak. Autisme setelah berumur 18 bulan dan bicara yang sulit dimengerti setelah
berumur 3 tahun, paling sering ditemukan. Dokter anak hartis curiga bila orang
tua melaporkan bahwa anaknya tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti
pada umur 18 bulan atau belum mengucapkan frase pada umur 2 tahun. Atau anak
memakai bahasa yang singkat untuk menyampaikan maksudnya.
Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan kalau
dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan tidur dan
makan sering dikeluhkan orang tua pada awal gangguan autisme. Pertanyaan
bagaimana anak bermain dengan temannya dapat membantu mengungkap tabir
tingkah laku. Anak dengan autisme lebih senang bermain dengan huruf balok atau
magnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain dengan anak
sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri.
g. Instrumen penyaring.
Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan instrumen penyaring untuk
menilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Milestone
Scale (Coplan dan Gleason), atau DDST (pada Denver 11 penilaian pada sektor
bahasa lebilh banyak daripada DDST yang lama) atau Reseptive-Expresive
Emergent language Scale. Early Language Milestone Scale cukup sensitif dan
spesiflk untuk mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun.
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari
gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan
gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang suku kata PA, TA, PATA, PA-TA-KA. Gangguan kernamptian oromotor terdapat pada verbal apraksia.
i. Pengamatan saat bermain.
Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan
umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah laku.
Idealnya peme riksa juga bermain dengan anak tersebut dan kemudian mengamati
orang tuanya saat bermain dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan
pada ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat bermain sendiri, selama
pengambilan anamnesis dengan orang tuanya, lebih mudah dilaksanakan. Anak
yang memperlakukan mainannya sebagai obyek saja atau hanya sebagai satu titik
pusat perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku.
j. Pemeriksaan laboratorium.
Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak
tidak kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan, maka perlu
dilakukan pemeriksaan "auditory brainstern responses".
Pemeriksaan laboratorium lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis
5
6
.7
8
Bahasa ekspresif
(bahasa aktif)
Vokalisasi yang masih sembarang,
terutama huruf hidup.
Tanda-tanda vokal yang
menunjukkan perasaan senang,
senyum sosial
Tersenyum sebagai jawaban
terhadap pembicara
Jawaban vokal terhadap rangsang
sosial
Mulai meniru suara
Protes vokal, berteriak karena kegi
ringan
Mulai menggunakan suara mirip kata
kata kacau
Menirukan rangkaian suara
9
10
11
12
13
18
21
24