Karakterisasi Nilam
Karakterisasi Nilam
Karakterisasi Nilam
OLEH:
FAIZAL AMRI HARAHAP
NIM 060824017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
PENGESAHAN SKRIPSI
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN ISOLASI SERTA
ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI
DAUN NILAM ( Pogostemon cablin Benth. )
ASAL ACEH TENGGARA
Oleh:
FAIZAL AMRI HARAHAP
NIM: 060824017
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: Maret 2009
Pembimbing I,
Panitia Penguji,
(Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.) (Dr. Ginda Haro, MSc., Apt.)
NIP 130 535 838
NIP 130 872 282
Pembimbing II,
KATA PENGANTAR
rahmat dan karuniaNYA dan telah memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan
salam disampaikan kejunjungan kita nabi Muhammad SAW, yang safaatnya kita
harapkan dihari yang kemudian. Ucapan terima kasih yang tulus tiada terhingga
kepada Ayahanda N. Malik Harahap, dan Ibunda Milhani Dalimunthe, atas
perhatian, nasehat, dorongan semangat dan doa yang tiada hentinya kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. M. Pandapotan Nst, MPS., Apt. Dan Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si.,
Apt. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab
serta menyediakan fasilitas laboratorium selama melakukan penelitian hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU.
2. Bapak Drs. Syahrial Yoenoes, SU., Apt. selaku Dosen Wali yang telah
banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.
3. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Staf Penguji yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Rekan-rekan asisten Laboratorium Farmakognosi
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
ABSTRAK
massa
(GC-MS)
untuk
mengetahui
komponen-komponen
penyusunnya.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa: saponin, tannin,
triterpenoid/steroid, flavonoid dan glikosida. Hasil karakterisasi simplisia adalah
kadar abu total 7,47%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,79%, kadar sari
yang larut dalam etanol 12,64%, kadar sari yang larut dalam air 10,59%, kadar air
8,62%, kadar minyak atsiri 1,99% v/b sedangkan kadar minyak atsiri dari ekstrak
daun nilam 4,61%
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri yang diperoleh dari simplisia daun nilam
(Pogostemonis cablin Folium) menunjukkan 5 komponen utama yaitu : betapatchoulen dengan kadar 3,13%, diepi-alfa-cendren dengan kadar 4,06%, delta-
guiaen dengan kadar 4,36%, delta-guiaen dengan kadar 4,82%, patchouli alkohol
dengan kadar 62,59%. Sedangkan hasil analisis GC-MS minyak atsiri yang dari
ekstrak kental daun nilam (Extractum Pogostemonis cablin Folii Spissum) dengan 5
komponen utama yaitu: trans cariofillen dengan kadar 4,02%, alfa-guaien dengan
kadar 4,70%, seikellen dengan kadar 5,26%, delta-guaien dengan kadar 5,94%,
patchouli alkohol dengan kadar 51,88%.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
ABSTRACT
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................
ii
ABSTRAK ..........................................................................................
iii
ABSTRACT ........................................................................................
iv
viii
xi
xii
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
10
12
12
13
13
13
14
14
15
16
18
18
3.2 Bahan-bahan.......................................................................
18
18
20
20
21
21
21
22
22
22
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
22
3.6.4 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam .....
23
23
24
24
24
25
25
25
26
26
26
27
27
27
28
29
29
30
30
30
31
31
46
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
46
5.2 Saran.................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Penentapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam
asam ...................................................................................... 52
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.
Lampiran 27.
Lampiran 28.
Lampiran 29.
Lampiran 30.
Lampiran 31.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 32.
Lampiran 33.
Lampiran 34.
Lampiran 35.
Lampiran 36.
Lampiran 37.
Lampiran 38.
Lampiran 39.
Lampiran 40.
Lampiran 41.
Lampiran 42.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3 .
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Gambar 20.
Gambar 21.
Gambar 22.
Gambar 23.
Gambar 24.
Gambar 25.
Gambar 26.
Gambar 27.
Gambar 28.
Gambar 29.
Gambar 30.
Gambar 31.
Gambar 32.
Gambar 33.
Gambar 34.
Gambar 35.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik hayati
maupun nonhayati. Kekayaan sumber daya alam hayati terlihat dari melimpahnya
bermacam-macam jenis flora yang tersebar di berbagai wilayah di seluruh pelosok
tanah air. Sumber daya hayati ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri,
obat-obatan dan bahan perdagangan lain yang menghasilkan devisa negara serta
pendorong pertumbuhan ekonomi negara. Selain terkenal rempah-rempahnya,
Indonesia juga terkenal dengan minyak atsirinya (Isfaroiny dan Mitarlis, 2005).
Minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris merupakan minyak yang
mudah menguap dengan komposisi yang berbeda-beda sesuai dengan sumber
penghasilnya. Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia tunggal, melainkan
merupakan kumpulan dari komponen senyawa kimia yang memiliki sifat fisika dan
kimia yang berbeda-beda. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri maka
usaha penggalian sumber-sumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam
kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri tersebut digunakan sebagai
bahan pengharum atau pemberi aroma pada makanan, sabun, pasta gigi, wangiwangian dan obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan yang semangkin meningkat
ini maka diperlukan sumber-sumber penghasil minyak atsiri yang lain (Lutony dan
Rahmayati, 2000; Bulan, 2004).
Beberapa jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri telah lama dikenal
di Indonesia, antara lain suku Lamiaceae (Labiatae), Pinaceae, Lauraceae,
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
tanaman. Minyak atsiri yang dihasilkan nilam ini mempunyai komponen utama
yaitu Patchouli alkohol dimana senyawa ini merupakan penentu bau yang wangi dan
khas minyak nilam sehingga banyak digunakan sebagai bahan pencampur dan
pengikat wangi-wangian dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah dapat dilakukan karakterisasi terhadap simplisia daun nilam
(Pogostemonis cablin Folium) sesuai dengan karakterisasi yang tercantum
dalam Materia Medika Indonesia ?
2. Apakah dapat dilakukan isolasi serta ditentukan kadar minyak atsiri dari
simplisia dan ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) ?
3. Apakah komponen minyak atsiri dari simplisia dan ekstrak nilam
(Pogostemon cablin Benth.) dapat dipisahkan dan dianalisis secara GC-MS ?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesisnya adalah
1. Dapat dilakukan karakterisasi terhadap simplisia daun nilam (Pogostemonis
cablin Folium) sesuai dengan karakterisasi yang tercantum dalam Materia
Medika Indonesia ?
2. Dapat dilakukan isolasi serta ditentukan kadar minyak atsiri dari simplisia
dan ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth.).
3. Komponen minyak atsiri dari simplisia dan ekstrak nilam (Pogostemon
cablin Benth.) dapat dipisahkan dan dianalisis secara GC-MS.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Nilam.
Memastikan asal usul tanaman nilam ternyata tidaklah begitu mudah. Ada
yang menduga berasal dari India, Srilangka, atau bahkan dari Filipina. Pada tahun
1895 seorang Belanda membawa tanaman nilam jenis Pogostemon cablin Benth.
yang berasal dari Filipina.
Tanaman ini sendiri memiliki beberapa jenis yang berbeda varietasnya yaitu:
1. Pogostemon cablin Benth.
Menurut pendapat para ahli, nilam jenis ini terdapat di Filipina,
Brazil, Malaysia, Paraguay, Mandagaskar, dan Indonesia. Nilam ini tidak
berbunga, kadar minyaknya tinggi (2,5-5 %). Karakteristik minyaknya sesuai
dengan yang diinginkan dalam perdagangan.
2. Pogostemon heyneanus Benth.
Nilam ini jarang terjadi tumbuh secara liar di Indonesia rumah atau
di tempat-tempat yang jarang dijamah oleh manusia. Oleh karena itu disebut
nilam hutan. Daunnya lebih tipis dari pada daun nilam jenis Pogostemon
cablin Benth. dan ujungnya agak runcing. Spesifikasi nilam jenis ini adalah
berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0,5-1,5% dari berat daun kering.
Karakteristik minyak ini kurang diinginkan dalam perdagangan.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
tunggal, yang berbentuk bulat telur, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi
bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan berbulu, panjang 6-7 cm, lebar 5-6 cm,
permukaan atas hijau dan permukaan bawah hijau keunguan. Tanaman ini juga
mempunyai akar serabut, berbatang lunak, dan berbuku-buku. Buku batangnya
mengelumbung dan berair, warna batngnya hijau kecoklatan (Santoso,1990 )
2.1.3 Sistematika Tanaman.
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spematophyta
Anak Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales (Personatae/Tubiflorae)
Familia
: Lamiaceae (Labiatae)
Genus
: Pogostemon
Spesies
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
bunga dengan
Mulyani,
2004;
Sastrohammidjojo,2004)
2.2.1 Kegunaan Minyak Atsiri
Peranan minyak atsiri pada tanaman itu sendiri adalah sebagai pengusir
serangga pemakan daun sebaliknya minyak atsiri dapat berfungsi sebagai penarik
serangga guna proses penyerbukan dan sebagai cadangan makanan. Selain dua
kegunaannya tadi juga berguna sebagai cadangan makanan dalam tanaman.
Kegunaan minyak atsiri pada manusia umumnya berbeda-beda misalnya sebagai
antiseptik dan sebagai antibakteri. sedangkan aromanya juga dapat digunakan untuk
mempengaruhi emosi dan pikiran (Gunawan dan Mulyani, 2004; Ketaren, 1985).
Sebuah referensi menyebutkan, minyak nilam bisa untuk bahan antiseptik,
antijamur, antijerawat, obat eksem dan kulit pecah-pecah, serta ketombe. Juga bisa
mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga membantu mengurangi kegelisahan dan
depresi, atau membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur). Makanya
minyak ini sering dipakai untuk bahan terapi aroma. Juga bersifat afrodisiak:
meningkatkan gairah seksual. Bukan cuma minyak nilamnya yang bermanfaat. Di
India daun kering nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Malahan air rebusan atau jus daun nilam, kabarnya, dapat diminum sebagai obat
batuk dan asma. Remasan akarnya untuk obat rematik, dengan cara dioleskan pada
bagian yang sakit. Bahkan juga manjur untuk obat bisul dan pening kepala. Remasan
daun nilam dioleskan pada bagian yang sakit.
2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada
umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1)
Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon
teroksigenasi.
a. Golongan Hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C)
dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian
besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen
(4 unit isopren) dan politerpen. Golongan ini lebih mudah mengalami proses
oksidasi dan resinifikasi.
b. Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsure
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan jenuh dan
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
ikatan tak jenuh. Persenyawa Terpen umumnya tersusun ikatan tidak jenuh.
Golongan ini lebih tahan dan stabil terhadap proses Oksidasi dan Resinifikasi. Salah
satu contohnya adalah patchouli alkohol (Ketaren, 1985).
2.2.3.1 Patchouli Alkohol
Patchouli alkohol merupakan penyusun utama dalam minyak nilam, dan
kadarnya mencapai 50-60%. Patchouli alkohol merupakan senyawa sesquiterpen
alkohol tersier, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter dan pelarut organik
yang lain. Mempunyai titik didih 280,37oC dan kristal yang terbentuk memiliki titik
leleh 56oC.(yanyan, dkk,2004 )
2.3 Ektraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya
dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran. Dimana menurut pepatah like dissolve like yang
maksudnya pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar
akan melarutkan solut yang non polar. Pada ekstraksi terjadi perpindahan massa
komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut ( Simon BW,2008).
Ada beberapa metode ektraksi menurut Ditjen POM, 2000.
A. Ekstraksi dengan mengunakan pelarut
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98oC selama
30 menit.
Semua ektraksi diatas menggunakan simplisia sebagai bahan bakunya. Hasil
dari ekstraksi adalah ekstrak. Dimana ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati maupun hewani
mengunakan pelarut yang sesuai.
2.4 Cara Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Penyulingan
(distillation), 2) Pengepresan (pressing), 3) Ekstraksi dengan pelarut menguap
(solvent extraction), 4) Ekstraksi dengan lemak.
2.4.1 Metode Penyulingan
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak
langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam
secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri
khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh
karena itu, sering disebut penyulingan langsung
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
2.5 Kromatografi
Kromatografi berasal dari bahasa yunani, Kromatos yang berarti warna
dan Graphos yang berarti menulis. Nama kromatografi pertama kali diberikan
oleh Tswett pada tahun 1906. Menurut IUPAC ( The International Union of Pure
and Applied Chemistry) mendefinisikan kromatografi sebagai : suatu metode yang
terutama digunakan untuk pemisahan komponen cuplikan yang komponenkomponennya terdistribusi diantra dua fase, salah satunya stationer (diam) yang
lainnya bergerak. Fase diam dapat padat atau cair disangga pada zat padat atau gel.
Fase diam dikemas dalam kolom, disebar sebagai lapisan atau terdistribusi sebagai
film ( lapis tipis ) dan lain-lalinya.(sudjadi, 1988; pavia, et al, 1988).
Cara kromatogarafi dapat dikelompokkan berdasarkan macam fase yang
digunakan (Sastrohamidjojo, 1985), yaitu :
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Kromatografi kertas
fase diam dengan waktu yang paling cepat akan keluar pertama dari kolom dan yang
paling lambat akan keluar paling akhir (Eaton, 1998).
Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom disebut
waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikan sampai saat elusi
terjadi (Gritter, dkk,1991).
Menurut Eaton (1989), hal yang mempengaruhi waktu retensi yaitu:
1. Sifat senyawa, semakin sama kepolaran dengan kolom dan makin kurang
keatsiriannya maka akan tertahan lebih lama di kolom dan sebaliknya.
2. Sifat adsorben, semakin sama kepolaran maka senyawa akan semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
3. Konsentrasi adsorben, semakin banyak adsorben maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
4. Temperatur kolom, semakin rendah temperatur maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
5. Aliran gas pembawa, semakin kecil aliran gas maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
6. Panjang kolom, semakin panjang kolom akan menahan senyawa lebih lama dan
sebaliknya.
Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi, kolom,
fase diam, suhu dan detektor.
Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni,
dan mudah diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang
dipakai. Keuntungannya adalah karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
dalam keadaan murni dan kering yang dapat dikemas dalam tangki bertekanan
tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen
(N2), hidrogen (H2), dan karbon dioksida (CO2) (Agusta, 2000).
2.6 Spektrometri massa
Spektrometri massa adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada
pemisahan berkas-berkas ion yang sesuai dengan perbandingan massa dengan
muatan dan pengukuran intensitas dari berkas-berkas ion tersebut. Molekul senyawa
organik pada spectrometer massa ditembak dengan berkas elektron dan
menghasilkan ion bermuatan positif yang mempunyai energi yang tinggi karena
lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion yang lebih kecil.
Spectrum massa merupakan gambar antara limpahan relatif lawan perbandingan
massa/muatan (Sastrohamidjojo, 1985).
Spektrometer massa terdiri dari sistem pemasukan cuplikan, ruang pengion
dan percepatan, tabung analisis, pengumpul ion dan penguat, dan pencatat.
Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu metode ini
lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak diketahui atau
untuk menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini disebabkan adanya pola
fragmentasi yang khas sehingga dapat memberikan informasi mengenai bobot
molekul dan rumus molekul. Puncak ion molekul penting dikenali karena
memberikan bobot molekul senyawa yang diperiksa. Puncak paling kuat pada
spektrum, disebut puncak dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100% dan
kekuatan puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya dinyatakan sebagai
persentase puncak dasar tersebut (Silverstein, 1985).
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan
karekteristik simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, analisis ekstrak dan
minyak atsiri secara KLT, analisis komponen minyak atsiri dari simplisia dan
ekstrak daun nilam (Pogostemon calbin Benth.) secara GC-MS.
3.1 Alat alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca kasar
(Ohaus), neraca listrik (Mettler Toledo), cawan penguap, penangas air, blender
(Natsional), seperangkat alat destilasi untuk penentuan kadar air, seperangkat alat
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
bagus dan yang tidak, kemudian dibersihkan dari kotoran yang melekat lalu dicuci
dengan air bersih, ditiriskan dan disebar diatas koran sehingga airnya terserap, lalu
ditimbang diperoleh sebanyak 4 kg sebagai berat basah, lalu daun nilam dikeringkan
pada suhu 50oC-60oC pada lemari pengering. Daun dianggap kering jika diremas
menjadi hancur. Daun yang sudah kering ini disebut simplisia. Simplisia disortasi
kering, lalu ditimbang diperoleh sebanyak 1,1 kg. Simplisia selanjutnya disimpan
dalam kantung plastik untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotor lain.
3.5 Pemeriksaan Mikroskopik Daun Segar
-
tetap dan di timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan
yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Hasil perhitungan kadar abu
yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 59.
3.6.5 Penetapan Kadar Air
Penetapan
kadar
air
dilakukan
dengan
metode
Azeotropi
Alat : labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung,
tabung penerima 5 ml.
Cara : Ke dalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air, didestilasi
selama 2 jam. Toluena didinginkan selama 30 menit dan volume air dalam tabung
penerima dibaca. Kemudian ke dalam labu dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang
telah ditimbang seksama. Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah
toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai
sebahagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4
tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas
dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima
dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna
baca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air dibaca sesuai
dengan kandungan air yang didalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam
persen (Ditjen POM, 1989). Hasil perhitungan kadar air dapat dilihat pada lampiran
11 halaman 46.
Liter) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat
pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah
ditara dan dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam
air dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1989). Hasil
perhitungan kadar sari larut dalam air dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 61.
3.6.7 Penetapan Kadar Sari dalam Etanol
Sebangak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimaserasi
selama 24 jam dalam etanol 95% dalam labu bersumbat dikocok sekali-kali selama 6
jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari
penguapan etanol, diambil 20 ml filtrat kemudian diuapkan sampai kering dalam
cawan yang berdasar rata yang telah ditara dan dipanaskan pada suhu 105oC sampai
bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang dikeringkan
diudara (Ditjen POM, 1989). Hasil Perhitungan kadar sari larut dalam etanol dapat
dilihat pada lampiran 13 halaman 62.
3.6.8 Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan mengunakan alat Stahl
Gambar alat dapat dilihat pada Lampiran 6 Halaman 55
Caranya : Sebanyak 15 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam labu alas bulat
berleher pendek, lalu ditambahkan air suling sebanyak 300 ml. Lalu diletakkan
diatas pemanas listrik, labu dihubungkan dengan pendingin dan alat penampung
berskala. Buret diisi dengan air hingga penuh, selanjutnya dilakukan destilasi.
Volume minyak atsiri dicatat dan kadar minyak atsiri dihitung dalam % v/b (Ditjen
POM, 1979). Hal yang sama dilakukan untuk penetapaan kadar minyak atsiri pada
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
b.)
c.)
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit pada dua dari tiga
percobaan di atas (Ditjen POM, 1989). Hasil dapat dilihat pada lampiran 8 tabel 1
halaman 57.
3.7.2 Pemeriksaan Saponin
Uji busa
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 10 ml air panas dan didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama
10 detik. Saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil selama tidak
kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm, dengan penambahan 1 tetes asam klorida
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
2 N, buih tidak hilang (Ditjen POM, 1989). Hasil dapat dilihat pada lampiran 8 tabel
1 halaman 57.
3.7.3 Pemeriksaan Flavonoida
Sebanyak 0,5 g serbuk ditambahkan 10 ml metanol direfluks selama 10
menit, disaring dalam keadaan panas dan diencerkan dengan 10 ml air suling,
setelah dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, lalu
didiamkan sebentar, lapisan metanolnya diambil, diuapkan pada temperatur 40oC,
sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji
flavonoida yaitu sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam
2 ml etanol 95 % lalu ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes asam
klorida pekat, jika terjadi warna merah jingga sampai warna merah ungu
menunjukkan adanya flavonoida (Ditjen POM, 1989). Hasil dapat dilihat pada
lampiran 8 tabel 1 halaman 57.
3.7.4 Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring,
filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Larutan diambil
sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1 - 2 tetes pereaksi FeCl3 1 %. Jika terjadi warna
hijau kehitaman atau biru kehitaman maka menunjukkan adanya tanin (Harborne,
1987) Hasil dapat dilihat pada lampiran 8 tabel 1 halaman 57.
3.7.5 Pemeriksaan Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 1 g serbuk simplisia direndam dengan 20 ml eter selama 2 jam.
Disaring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap, dan pada sisanya ditambahkan
20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi LiebermannBurchard). Apabila terbentuk warna biru, biru hijau, merah, merah muda, atau ungu
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
menunjukkan adanya triterpenoid dan steroid (Harborne, 1987). Hasil dapat dilihat
pada lampiran 8 tabel 1 halaman 57.
3.7.6 Pemeriksaan Glikosida
Sebanyak 3 g serbuk simplisia disari dengan 30 ml campuran etanol 95%
dengan air (70:30) dan 10 ml asam sulfat 2 N, direfluks selama 1 jam, didinginkan
dan disaring. Pada 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal asetat 0,4 N,
dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat dipartisi dengan 20 ml campuran
isopropanol dan kloroform (20:30), dilakukan berulang sebanyak 3 kali, diambil
lapisan air dan diuapkan. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa
digunakan untuk percobaan sebagai berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan
dalam tabung reaksi, diuapkan diatas penangas air. Pada sisanya ditambahkan 2 ml
air suling dan ditambahkan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan-lahan
dimasukkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif bila terbentuk cincin berwarna
ungu pada batas cairan (Ditjen POM, 1989). Hasil dapat dilihat pada lampiran 8
tabel 1 halaman 57.
3.7.7 Pemeriksaan Minyak Atsiri
Serbuk simplisia ditabur di atas kaca objek yang sebelumnya telah ditetesi
kloralhidrat lalu ditambahkan dengan sudan III, dibiarkan selama 30 menit dalam
bejana bertutup yang didalamnya terdapat cawan berisi etanol 90 %, kemudian di
lihat di bawah mikroskop. Bahan yang mengandung minyak atsiri berwarna merah
jingga (Ditjen POM, 1989). Hasil dapat dilihat pada lampiran 8 tabel 1 halaman 57.
3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol
Pembuatan ekstrak dengan cara maserasi mengunakan pelarut etanol 95%,
1 bagian serbuk simplisia daun nilam ditambahkan 10 bagian etanol 95% (1:10)
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
dimana 300 g serbuk simplisia daun nilam dibutuhkan 3 liter etanol, pertama-tama
simplisia di serbuk kemudian di timbang sebanyak 300 g lalu di rendam sampai
terendam sempurna selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk kemudian dimasukkan
ke dalam maserator lalu didiamkan selama 24 jam, kemudian ditampung maserat
lalu tambahkan sisa etanol sampai 3 liter, maserat dikumpulkan kemudian proses
diulangi sebanyak 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum, kemudian lakukan frees dryer
sehingga diperoleh ekstrak kental, timbang ekstrak didapat beratnya 65,667 g.
Diperoleh rendemennya 21,89 %.
3.9 Analisis Ekstrak Etanol secara Kromatografi Lapis Tipis ( KLT)
Ekstrak kental etanol yang diperoleh dibuat konsentrasi 1% dianalisis secara
KLT dengan menggunakan plat lapis tipis silika gel F254 dan sebagai fase gerak
adalah campuran n-heksan : etilasetat dengan perbandingan yaitu (90:10),(85:15),
(80:20), (70:30), (60:40), dengan menggunakan penampak bercak vanilin H2SO4.
Cara kerja: ke dalam bejana kromatografi dimasukkan 10 ml larutan pengembang
dicampurkan sesuai perbandingannya. Bejana ditutup rapat dan dibiarkan sampai
jenuh dengan uap larutan pengembang. Ekstrak yang akan diperiksa ditotolkan pada
plat yang telah disiapkan, kemudian plat dimasukkan ke dalam bejana dan ditutup
rapat, pelarut dibiarkan naik membawa komponen yang ada sampai batas
pengembangan. Plat dikeluarkan dan dikeringkan diudara terbuka, lalu disemprot
dengan penampak bercak vanilin H2SO4 kemudian dipanaskan pada suhu 120oC
selama 15 menit. Lalu diamati warna yang terbentuk. Dari hasil KLT diperoleh
pengembang yang baik adalah n-heksan : etilasetat (85:15). Gambar kromatogram
dari ekstrak terlampir dapat dilihat pada Lampiran 17 Halaman 66.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
dengan laju alir 0,50 ml/menit. Suhu kolom terprogram (Temperature programming)
dengan suhu awal 80oC selama 5 menit, lalu dinaikan perlahanlahan dengan rate
kenaikan 5,0oC/menit sampai mencapai suhu akhir 250oC dan dipertahankan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tanaman
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor
terhadap daun nilam yang diteliti adalah jenis Pogostemon cablin Benth dari suku
Lamiaceae (Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 Halaman 50).
4.2 Karakterisasi Simplisia Daun Nilam
Hasil karakterisasi simplisia daun nilam diperoleh hasil sebagai berikut :
kadar air 8,26% ; kadar sari larut dalam etanol 12,64%; kadar sari larut dalam air
10,59%; kadar abu total 7,47%; kadar abu tidak larut dalam asam 0,79%; kadar
minyak atsiri 1,99%.
Hasil makroskopik daun tanaman segar diperoleh hasil sebagai berikut: helai
daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi,
bertulangan menyirip, panjang 6-7 cm, lebar 5-6 cm, permukaan daun berbulu,
berwarna hijau, bau aromatis khas, tidak berasa. Sedangkan makroskopik simplisia
adalah warna hijau buram sampai hijau kecoklatan, bau aromatik khas, tidak berasa,
bentuk oval dengan pinggir daun sedikit menggulung, kedua pinggir bergerigi,
kedua permukaan daun berbulu, panjang 6-7 cm, lebar 5-6 cm.
Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap daun nilam segar diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut: pada sayatan membujur atas dan bawah tampak sel
epidermis dan stomanya tipe diasitik, trikomanya ada yang glandular dan
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Sampel
Kadar praktek
1,99 %
(MMI,1995) > 3 %
4,61 %
daun nilam
2
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
patchouli alkoholnya muncul pada Retensi Time : 28,458 (simplisia) dan 28.433
(ekstrak) dengan kadarnya patchouli alkohol pada minyak atsiri simplisia 62,58%
sedangkan pada minyak atsiri ekstrak 51,88%. Menurut Guenther (1949) kadar
patchouli alkohol dalam minyak nilam 50-60%. Kadar pada simplisia lebih besar
jika dibandingkan dengan kadar pada ekstrak dengan selisih 10,7%. Hal ini bisa
terjadi karena pada saat pengolahan untuk menjadi ekstrak banyak minyak atsiri
yang menguap sehingga kadarnya berkurang.
Waktu tambat dan konsentrasi komponen minyak atsiri hasil analisis Gas
Chromatograph Mass Spectrometer (GC-MS) simplisia dan ekstrak daun nilam
dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 2. Komponen minyak atsiri dari simplisia daun nilam hasil analisis
GC-MS dengan waktu tambat dan konsentrasi sebagai berikut ini :
No
Nama komponen
Waktu tambat
Rumus
Berat molekul
Kadar
(menit)
molekul
(a.m.u)
(%)
beta patchoulen
19,246
C15H24
204
3,13
diepi-alfa-cendren
22,500
C15H24
204
4,06
delta guaien
23,418
C15H24
204
4,36
delta guaien
28,212
C15H24
204
4,62
patchouli alkohol
28,458
C15H26O
222
62,58
No
Nama komponen
Waktu tambat
Rumus
Berat molekul
Kadar
(menit)
molekul
(a.m.u)
(%)
trans kariofillen
20,558
C15H24
204
4,02
alfa guaien
21,150
C15H24
204
4,70
Seikellen
21,375
C15H24
204
5,26
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
delta guaien
23,417
C15H24
204
5,94
patchouli alkohol
28,413
C15H26O
222
51,88
Tabel 3.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
4. Puncak dengan waktu tambat 28,208 menit mempunyai M+ 204 a.m.u diikuti
fragmen
m/z 189, 161, 147, 135, 119, 107, 93, 79, 67, 55, 41. Berdasarkan
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
[C14H21]+ dengan m/z 189 dari puncak ion molekul C15H24. Pelepasan CH2
menghasilkan fragmen [C13H19]+ dengan m/z 175. Pelepasan CH2 menghasilkan
fragmen [C12H17]+ dengan m/z 161. Pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C11H15]+
dengan m/z 147. Pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C10H13]+ dengan m/z 133.
Pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C9H11]+ dengan m/z 119. Pelepasan CH2
menghasilkan fragmen [C8H9]+ dengan m/z 105. Pelepasan C2H2 menghasilkan
fragmen [C6H7]+ dengan m/z 79. Pelepasan C3H2 menghasilkan fragmen [C3H5]+
dengan m/z 41. Pola fragmentasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37
Halaman 86.
2. Puncak dengan waktu tambat (Rt) 21,150 menit
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity index tertinggi (93%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai alfa-guaien (C15H24) dengan rumus bangun seperti pada
gambar 9.
Pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C9H11]+ dengan m/z 119. Pelepasan CH2
menghasilkan fragmen [C8H9]+ dengan m/z 105. Pelepasan C2H2 menghasilkan
fragmen [C6H7]+ dengan m/z 79. Pelepasan C3H2 menghasilkan fragmen [C3H5]+
dengan m/z 41. Pola fragmentasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 38
Halaman 87.
3. Puncak dengan waktu tambat (Rt) 21,375 menit
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity index tertinggi (91%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai seikellen (C15H24) dengan rumus bangun seperti pada
gambar 10.
ekstrak daun nilam sebesar 21,89 %, dimana minyak atsiri dari simplisia yang
terbaik.
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri yang diperoleh dari simplisia
Pogostemonis cablin Folium, menunjukkan 5 komponen utama
yaitu;
beta-
guaien dengan kadar 4,36%, delta-guaiene dengan kadar 4,82% dan patchouli
alkohol dengan kadar 62,59%. Sedangkan hasil analisis GC-MS minyak atsiri dari
Extractum Pogostemonis cablin dengan 5 komponen utama yaitu : trans-kariofillen
dengan kadar 4,02 %, alfa-guaien dengan kadar 4,70 %, seikellen dengan kadar 5,26
%, delta-guaien dengan kadar 5,94 % dan patchouli alkohol dengan kadar 51,88 %.
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian ini disarankan meneruskan mengisolasi tidak hanya
sampai minyak nilam saja tapi dilanjutkan sampai diperoleh senyawa murni dari
komponen utamanya yaitu patchouli alkohol karena komponen senyawa ini lah yang
dibutuhkan dalam perdagangan sebagai pengikat (fixative) pada industri parfum.
DAFTAR PUSTAKA
dari
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 72-76.
Ditjen POM. (2006). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat. Volume II. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 64-65.
Eaton, D.C. (1989). Laboratory Investigations in Organic Chemistry. USA :
McGraw-Hill, Inc. Halaman. 152-157.
Gritter,
Guenther, E. (1949). The Essential Oils, Volume II, D. Van Nostrand Company,
New York, 87-226.
Guenther, E. (1952). The Essential Oils, Volume III, D. Van Nostrand Company,
New York, 552-574.
Gunawan, D dan Mulyani, S.(2004) Ilmu Obat Alam (Famakognosi). Jilid I. penebar
swadaya. Jakarta. Halaman 106-118.
Harborne, J.B. (1996). Metode Fitokimia Penuntun cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerjemah Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Edisi
kedua. Penerbit ITB: Bandung. Halaman 63-72.
Lampiran 1.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 2.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 3.
8
7
9
1
2
4
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
5
USU Repository 2009
3
6
Lampiran 4.
4
1
2
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
4
1
2
Lampiran 5.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 6.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 7.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 8.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
No.
Pemeriksaan
Hasil
No.
1.
Alkaloid
Tabel 4. Hasil
2.
Flovonoid
pemeriksaan
3.
Saponin
karakterisasi
4.
Tanin
simplisia
5.
Glikosida
Pogostemonis
6.
cablin Folium
7.
Minyak atsiri
Kadar
Kadar standart
Praktek
Materia Medika
Kadar air
8,62 %
< 10 %
12,64 %
>7%
10,59%
>6%
7,47 %
<8%
0,79 %
<1%
1,99 %
>3%
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Keterangan :
+ = Memberikan hasil (uji positif)
-
Lampiran 9.
Penetapan Kadar Abu Total
Sample I
= 0,1492 g
Kadar abu
0,1492
100%
2,0012
= 7,45 %
Sampel II
Berat sampel = 2,0021 g
Berat abu
= 0,1515 g
Kadar abu
0,1515
100%
2,0021
= 7,56 %
Sampel III
Berat sampel = 2,0010 g
Berat abu
= 0,1529 g
Kadar abu
0,1529
100%
2,0010
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
= 7,41 %
= 7,47 %
Lampiran 10.
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Berat abu
x 100%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam =
Berat sampel
Sampel I
Berat sampel = 2.0012 g
Berat abu
= 0,0175 g
Kadar abu
0,0175
100%
2,0012
= 0,87 %
Sampel II
Berat sampel = 2,0021 g
Berat abu
= 0,0141 g
Kadar abu
0,0141
100%
2,0021
= 0,70 %
Sampel III
Berat sampel = 2,0010 g
Berat abu
= 0,0163 g
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Kadar abu
0,0163
100%
2,0010
= 0,80 %
Kadar rata-rata abu tidak larut dalam asam =
= 0,79 %
Lampiran 11.
Penetapan kadar air
Volume II volume I
Kadar air =
Berat sampel
Sampel I
Volume I
= 1,9 ml
Volume II
Berat sampel
= 5,0170 g
Kadar air
x 100%
2,4 ml
2,4ml 1,9ml
100%
5,0170 g
= 9,9 %
Sampel II
Volume I
= 2,4 ml
Volume II
= 2,8 ml
Berat sampel
= 5,0090 g
Kadar air
2,8ml 2,4ml
100%
5,0090 g
= 7,98 %
Sampel III
Volume I
= 2,8 ml
Volume II
= 3,2 ml
Berat sampel
= 5,0020 g
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Kadar air
3,2ml 2,8ml
100%
5,0020 g
= 7,99 %
Kadar air rata-rata
= 8,62 %
Lampiran 12.
Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air
Berat sari
100
Kadar sari larut air =
100%
20
Berat sampel
Sampel I
Berat sampel
= 5.0510g
Berat sari
= 0,1070g
0,1070g 100
100%
5.0510g 20
= 10,59 %
Sampel II
Berat sampel
= 5,0410g
Berat sari
= 0,1040g
0,1040 g 100
100%
5,0410 g 20
= 10,31 %
Sampel III
Berat sampel
= 5,0530g
Berat sari
= 0,1100g
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
0,1100 g 100
100%
5,0530 g 20
= 10,88 %
Kadar sari larut air rata-rata
= 10,59%
Lampiran 13.
Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Berat sari
100
Kadar sari larut etanol =
100%
20
Berat sampel
Sampel I
Berat sampel
= 5,0070g
Berat sari
= 0,1270g
0,1270 g 100
100%
5,0070 g 20
= 12,68 %
Sampel II
Berat sampel
= 5,0090g
Berat sari
= 0,1300g
0,1300 g 100
100%
5,0090 g 20
= 12,97 %
Sampel III
Berat sampel
= 5,0040g
Berat sari
= 0,1230g
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
0,1230 g 100
100%
5,0040 g 20
= 12,29 %
Kadar sari larut dalam etanol rata-rata =
= 12,64 %
Lampiran 14.
Penetapan kadar minyak atsiri simplisia
Volume minyak atsiri
x 100%
Kadar minyak atsiri =
Berat sampel
Sampel I
Volume minyak atsiri
= 0,30ml
Berat sampel
= 15,003g
0,30ml
100%
15,003g
= 1,99 %
Sampel II
Volume minyak atsiri
= 0,30ml
Berat sampel
= 15,018g
0,30ml
100%
15,018 g
= 1,99 %
Sampel III
Volume minyak atsiri
= 0,30ml
Berat sampel
= 15,012g
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
0,30ml
100%
15,012 g
= 1,99 %
= 1,99 %
Lampiran 15.
Penetapan kadar Minyak atsiri ekstrak
Volume minyak atsiri
x 100%
Kadar minyak atsiri =
Berat sampel
Sampel I
Volume minyak atsiri
= 0,21ml
Berat sampel
= 5,019g
0,21ml
100%
5,019 g
= 4,18 %
Sampel II
Volume minyak atsiri
= 0,25ml
Berat sampel
= 5,067g
0,25ml
100%
5,067 g
= 4,93 %
Sampel III
Volume minyak atsiri
= 0,24ml
Berat sampel
= 5,058g
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
0,24ml
100%
5,058 g
= 4,74 %
Kadar minyak atsiri rata-rata
= 4,61 %
Lampiran 16.
Flowsheet isolasi minyak atsiri simplisia dan ekstrak daun nilam
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 17.
Bp
Tp
90 : 10
Gambar
85 : 15
21
80 : 20
70 : 30
dari
60 : 40
daun
nilam
Lampiran 18.
Bp
Tp
B
85 : 15
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Fase diam : silikagel F254
Lampiran 19.
Bp
Tp
A
85 : 15
Gambar 23 : Kromatogram minyak atsiri nilam dari simplisia dan ekstrak
dengan pembanding patchouli alkohol
Keterangan : A = Ekstrak daun nilam
B = Minyak atsiri ekstrak
C = Pembanding
patchouli
alkohol
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi
Simplisia Dan
Isolasi Serta
Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 20.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 21.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 23.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 24.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 25.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 26.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 27.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 28.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 29.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 30.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 31.
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 32.
Pola Fragmentasi senyawa beta-patchoulen dengan waktu tambat (Rt)
19,242 Menit
[C15H24]+ m/z 204
15
- CH3
- CH2
- CH2
14
- CH2
- CH2
- CH2
- CH2
- C2H2
[C6H7]+ m/z 79
38
C3H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 33.
Pola Fragmentasi senyawa diepi-alfa-cendren dengan waktu tambat (Rt)
22,500 Menit
- CH3
- C2H4
- C2H3
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
- CH3
- C2H2
[C7H9]+ m/z 93
38
C3H2
[C4H7]+ m/z 55
14
CH2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 34.
Pola Fragmentasi senyawa delta-guaien dengan waktu tambat (Rt) 23,417
Menit
- CH3
- C2H4
- CH2
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
- C2H4
- C2H2
[C7H9]+ m/z 93
14
- CH2
[C6H7]+ m/z 79
38
C3H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 35.
Pola Fragmentasi senyawa delta-guaien dengan waktu tambat (Rt) 28,208
Menit
- CH3
- C2H4
- CH2
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009
- C2H4
- C2H2
[C7H9]+ m/z 93
14
- CH2
[C6H7]+ m/z 79
38
C3H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 36.
Pola Fragmentasi senyawa patchouli alkohol dengan waktu tambat (Rt)
28,458 Menit
- CH3
- C2H4
18
- H2O
- C5H6
[C7H11]+ m/z 95
28
- C2H4
[C5H7]+ m/z 67
26
- C2H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 37.
Pola Fragmentasi senyawa trans kariofillen dengan waktu tambat (Rt) 20,558
Menit
- CH3
- CH2
14
- CH2
- CH2
- CH2
- C2H4
- C2H2
[C6H7]+ m/z 79
38
C3H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 38.
Pola fragmentasi senyawa alfa-guaien dengan waktu tambat (Rt) 21,150
Menit
- CH3
- CH2
14
- CH2
- CH2
- CH2
- CH2
- CH2
- C2H2
[C6H7]+ m/z 79
38
C3H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 39.
Pola fragmentasi senyawa seikellen dengan waktu tambat (Rt) 21,375 Menit
- CH3
- CH2
14
- CH2
- CH2
- CH2
- C2H2
- CH2
[C7H9]+ m/z 93
14
- CH2
[C6H7]+ m/z 79
28
C2H4
[C4H3]+ m/z 51
Lampiran 40.
Pola fragmentasi senyawa delta-guaien dengan waktu tambat (Rt) 23,417
Menit
- CH3
- C2H4
14
- CH2
- C2H4
- C2H2
[C7H9]+ m/z 93
14
- CH2
[C6H7]+ m/z 79
38
C3H2
[C3H5]+ m/z 41
Lampiran 41.
Pola fragmentasi senyawa patchouli alkohol dengan waktu tambat (Rt)
28,433 Menit
- CH3
- H2O
- C5H6
[C7H11]+ m/z 95
28
- C2H4
[C5H7]+ m/z 67
26
- C2H2
[C3H5]+ m/z 41
Faizal Amri Harahap : Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Asal Aceh Tenggara, 2009.
USU Repository 2009