Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
M AH YU D D I N
NPM : 43101113
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP)
MUHAMMADIYAH RAPPANG
Halaman Pengesahan
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
M AH YU D D I N
NPM : 43101113
Dosen Pembimbing II
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang
dari sabang sampai merauke. Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik. Dengan istilah Negara Kesatuan itu dimaksud, bahwa
susunan negaranya hanya terdiri dari satu negara saja dan tidak dikenal adanya negara di
dalam Negara seperti halnya pada negara federal.
Wilayah negara Republik Indonesia sangat luas meliputi banyak kepulauan yang
besar dan kecil, maka tidak memungkinkan jika segala sesuatunya akan diurus seluruhnya
oleh Pemerintah yang berkedudukan di Ibukota Negara. Untuk mengurus penyelenggaraan
pemerintahan negara sampai kepada seluruh pelosok daerah negara, maka perlu dibentuk
Batak,
nagari
di
Sumatera
Barat
dan
lain
sebagainya
(http://www.cari-
berdasarkan hukum. Pemerintahan desa dilakukan atas dasar demokrasi yang berpangkal
pada permufakatan dalam permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
(http://www.desa-tamblang. blogspot.com/desa/index.php, 28 Mei 2009, pukul 20.00 WIB)
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari system penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya. Kepala desa dalam hal ini bertanggung jawab kepada Badan
Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati.
Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata,
memiliki kekayaan, harta benda dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di
pengadilan. Untuk itu, kepala desa dengan persetujuan Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang
saling menguntungkan.
Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan
pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara-bangsa ini terbentuk. Suktur sosial sejenis
desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai
posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat
istiadat dan hukumnya serta relative mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat keragaman
yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret (HAW,
Wijaya, 2003:9).
Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan masyarakat
desa mulai berkurang. Kondisi ini sangat kuat terlihat pada masa orde baru yang melakukan
sentralisasi, birokratisasi dan penyeragaman pemerintahan desa. Pemerintahan desa terdiri
atas kepala desa dan aparat/perangkat desa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul
skripsi:
HUBUNGAN
KINERJA
KEPALA
DESA
DENGAN
APARAT
DI
KABUPATEN ENREKANG .
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah diperlukan untuk mengidentifikasi persoalan yang diteliti secara
jelas dan mempermudah pelaksanaan penelitian serta dapat menjadi pedoman bagi tujuan dan
manfaat penelitian dalam rangka mencapai kualitas penelitian yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a.
Bagaimana kedudukan dan peran serta Aparat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa?
b.
Pemerintahan Desa?
c. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam hubungan antara Kepala Desa dan Aparat?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya untuk mengetahui hubungan
dan peran serta Pemerintah Desa dan Aparat dalam pemerintahan desa;
b. Untuk menambah pemahaman dan pengembangan serta kesesuaian antara teori dan
c.
a. Untuk mengetahui kedudukan dan peran serta Aparat dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
b. Untuk mengetahui hubungan antara Pemerintah Desa dengan Aparat dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa;
c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang di alami oleh masing-masing pihak dan cara
menyelesaikannya.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, dan
pengetahuan dibidang Hukum Tata Negara pada khususnya mengenai penyelenggaraan
1. Lokasi Penelitian
2.
khususnya di kecamatan alla yang selama ini banyak menimbulkan polemik di masyarakat.
Performa kinerja kepala desa dan aparat kurang maksimal disebabkan kurangnya kerja sama
b.
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden baik melalui wawancara,
observasi maupun dokumentasi.
Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dengan membaca buku literatur-literatur,dokumen
a.
Data Reduction merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data
kasar yang ada dalam field note. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung,
hasilnya data dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan
b.
c.
dilakukan.
Conclution Drawing dari awal pengumpulan data peneliti harus mengerti apa arti hal-hal
yang ditelitinya, dengan catatan peraturan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan
arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan (HB Sutopo,
1998:37).
Dari penjelasan di atas, maka penulis menganalisis data serta teori-teori yang telah
ada untuk kemudian dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan mengenai penyelenggaraan
pemerintahan desa, kemudian menjawab pertanyaan mengenai bagaimanakah hubungan dan
peran serta Pemerintah Desa dengan Aparat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
2.
desa.
Penggunaan kekuasaan yang dimiliki oleh Kepala Desa dan Aparat dalam penyelenggaraan
3.
pemerintahan desa.
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Aparat dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KINERJA
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan
maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job performance atau actual perpormance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu institusi).
Pengertian kinerja menurut Sulistiyani (2003,223), kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani (2003,223-224) menyatakan
bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau
kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Srimindarti, 2006).
Simamora (1997) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah tingkatan dimana
para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Sedangkan Suprihanto (dalam
Srimulyo,1999 : 33) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kinerja seorang karyawan pada
dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan
kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran atau kinerja yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau
kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh
Maier (dalam Moh Asad, 2003) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull
role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya (Moh Asad, 2003).
Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam
suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006).
Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau
kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.
Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil
kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut
Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang
disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu
periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu
dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil
kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin dan
Waridin, 2006).
Kamus bahasa Indonesia. Berikut pengertian kinerja Menurut Awar Prabu Mangku
Negara dalam bukunya yang berjudul evaluasi kinerja sumber daya manusia, kinerja sumber
daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas
yang dicapai dalam persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangku Negara 2005:9)
Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerinthan tergantung
bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. kinerja tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang
dikemukakan oleh Keith Davis dalam buku Anwar Prabu Mangku Negara.
tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maunpun ekstern. Dalam menilai kinerja
apakah sudah berjalan dengan yang direncanakan perlu diadakan suatu evaluasi kinerja
sebagai mana yang dikemukakan oleh Andrew E. Sikula dalam buku Anwar Prabu Mangku
Negara.
Disamping itu juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja dengan tepat dan
memberikan tanggung jawab kepada pegawai atau organisasi sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya dimasa yang akan datang.
B.
KEPALA DESA
Kepala Desa adalah penyelenggara pemerintahan di desa yang dipilih langsung oleh
dan dari penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata
cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada peraturan pemerintah. Masa
jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu)
kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemilihan. Sebelum memangku jabatannya, kepala desa
mengucapakan
sumpah/janji.
Kepala
Desa
merupakan
pimpinan
penyelengaraan
Pengertian Desa
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 juga mengatur
mengenai :
1. pembentukan desa
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
2. syarat pembentukan
Pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
3.
jumlah penduduk;
luas wilayah;
bagian wilayah kerja;
perangkat; dan
sarana dan prasarana pemerintahan.
kewenangan desa
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :
desa.
Pengertian Pemerintahan Desa
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pemerintahan desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah desa dan BPD. Hal ini berarti pemerintahan
desa diselenggarakan bersama oleh Pemerintah desa dan BPD.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pemerintah desa adalah Kepala
Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Perangkat desa sebagaimana disebut di atas terdiri dari :
a.
b.
c.
C.
Sekretariat desa;
Pelaksana teknis lapangan;
Unsur kewilayahan.
TUGAS DAN KEWAJIBAN KEPALA DESA
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 diatur juga mengenai :
b.
c.
d.
bersama BPD;
mengajukan rancangan peraturan desa;
menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;
menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan
e.
f.
g.
h.
i.
3)
a.
mempunyai kewajiban :
memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
4)
Nepotisme;
menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
menaati dan menegakkan seluuh peraturan perundangundangan;
menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;
melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan;
mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;
memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa;
mengembangkan potensi sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan hidup;
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati / Walikota;
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD;
menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.
Pemberhentian kepala desa
Seseorang yang menjabat sebagai Kepala desa dapat berhenti karena :
a.
b.
c.
meninggal dunia;
permintaan sendiri;
diberhentikan.
d.
e.
kinerja aparat tersebut berdasarkan jabatan dan pekerjaan yang dibebankan kepada aparat
tersebut.
Berkaitan dengan sumber daya aparat di atas, untuk mewujudkan profesional
pegawai. Menurut Jhon M. Echols dan Hassan Shadily dalam Kamus Inggris Indonesia,
bahwa profesional adalah seorang tenaga ahli, pekerjaan yang sesuai di bidangnya, dan
berdasarkan jabatan.(Echols dan Hassan, 1996:449).
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa profesional merupakan kinerja seseorang sesuai
dengan jabatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang diberikan kepada orang tersebut harus
dipertanggungjawabkan, karena merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan serta
pekerjaan yang diberikan kepadanya tidak boleh ditinggalkan sebelum pekerjaan itu selesai.
KERANGKA PIKIR
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan skema :
1.
a)
Sekretaris Desa
Tugas
Membantu kepala desa dibidang administrasi umum dan keuangan dalam penyelenggaraan
b)
c)
d)
a)
b)
c)
d)
2.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
3.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
4.
a)
b)
gubernur, pemilihan bupati, pemilihan kepala desa dan kegiatan sosial politik
Melaksanakan administrasi kependudukan, catatan sipil dan monografi
Melaksanakan tugas dibidang pertanahan
Melakukan administrasi peraturan desa, peraturan kepaladesa, dan keputusan kepala desa
g)
5.
a)
b)
c)
d)
e)
pembangunan lainnya
Melakukan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk pembuatan daftar usulan rencana
g)
dan proyek, daftar usulan kegiatan, daftar isian proyek maupun daftar isian kegiatan
Membantu pelaksanaan kegiatan tknis organisasi dan administrasi lembaga pembrdayaan
masyarakat desa maupun lembaga-lembaga dibidang pertanian, perindustrian dan
h)
pembangunan lainnya
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa
7.
a)
b)
c)
d)
e)
8.
a)
b)
c)
d)
e)
a)
diwilayah kerjanya
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa
Fungsi
Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan masyarakat diwilayah dusun
b)
tanggung jawabnya
c) Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong
masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian
d) Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketrentaman dan ketertiban
masyarakat
e) Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala desa
F. HUBUNGAN KEPALA DESA DENGAN APARAT
Adapun bentuk hubungan antara Pemerintahan Desa dengan Aparat dapat dijelaskan
dengan bagan sebagai berikut :
Skema Hubungan Pemerintah Desa Dengan Aparat
Berdasarkan tabel diatas, dapat ditunjukkan bahwa hubungan yang dimiliki oleh
Pemerintah Desa dan Aparat bersifat nominasi. Yang dimaksud hubungan nominasi disini
yaitu Pemerintah Desa dalam hal ini adalah Kepal Desa menguasai sepenuhnya atau
memegang kendali penuh atas Aparat/Perangkat Desa.
Kepala desa dalam fungsinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada tingkat desa
mempuanyai tugas dan tanggung jawab yang besar sehingga dalam menjalankan amanah
tersebut kepala desa diberikan keringanan dengan adanya aparat yang yang akan bertugas
untuk membantu kepala desa mewujudkan masyarakat yang sejahtera, aman dan damai.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang
sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu lingkungan. Sebagai individu setiap orang
mempunyai ciri dan karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang
berada dalam lingkungan maka keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerjanya.
Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (2001), secara teoritis ada tiga kelompok
variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi
kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang
berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Diagram teori perilaku dan kinerja digambarkan menurut Gibson (1987) sebagai
berikut:
menjatuhkan. Selain itu pemerintah desa juga harus lebih berkoordinasi dengan aparat begitu
juga sebaliknya agar tidak terjadi gesekan antar keduanya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Pemilihan
lokasi penelitian di dasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
1. Hubungan antara kepala desa dengan aparat dalam penyelenggaraan pemerintahan khususnya
di kecamatan alla selama ini banyak menimbulkan polemik di masyarakat.
2. Performa kinerja kepala desa dan kurang maksimal.
B. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kuantitatif. Obyek penelitian
adalah pemerintahan desa di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
Jenis atau tipe penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya, untuk itu peneliti dibatasi hanya mengungkapkan fakta-fakta dan tidak
menggunakan hipotesa (Moleong, 2006:11). Penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu dan keadaan sosial yang timbul dalam
masyarakat khususnya penyelenggara pemerintah desa pada 5 (lima) desa di Kecamatan Alla
untuk dijadikan sebagai obyek penelitian. Dalam penelitian ini dikhususkan untuk
menggambarkan hubungan kepala desa dengan aparat di Kecamatan Alla Kabupaten
Enrekang.
Dasar penelitian yang dilakukan adalah case study yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan dan menganalisis suatu peristiwa atau proses tertentu secara
mendalam dengan memilih data atau ruang lingkup terkait dengan fokus penelitian dengan
sampel yang dianggap representatif.
Ada 2 (dua) jenis sumber data yang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a.
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden baik melalui wawancara,
Kepala Desa
Sekertaris Desa
Kepala Urusan
Kepala Dusun
Tokoh Masyarakat
Jumlah : 5 orang
Jumlah : 5 orang
Jumlah : 5 orang
Jumlah : 7 orang
Jumlah : 10 orang
Dengan demikian jumlah responden adalah 32 (tiga puluh dua) orang dengan teknik
pengambilan responden adalah secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara,
huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan
sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian.
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, survey dan observasi. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan data purposive sesuai dengan tujuan penelitian.
Metode pengumpulan data akan dilakukan dengan cara:
1.
Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap
secara tatap muka.Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara.
Menurut Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum
wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta
mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan
mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspekaspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek
relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus
memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat
Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara
berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998).
2.
Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut
Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek
penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya
wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan
dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi
subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang
diamati tersebut.
Macam-Macam Observasi:
a.
Observasi Partisipatif
Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan
jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk
menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan
bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang
jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa
keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat
distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang
diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan
dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
Macam-Macam Kuisioner
a.
Kuesioner tertutup
Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih
1. Pengumpulan data
Disini penyusun akan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan.
2. Penilaian data
Dalam tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber akan diteliti dengan
memperhatikan prinsip validitas, sehingga data yang relevan saja yang akan digunakan.
3. Penafsiran data
Selanjutnya, akan dilakukan analisa data dan interpretasi terhadap berbagai fenomena,
gambaran dan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang akan diteliti. Dalam
menganalisis data penyusun menggunakan pendekatan interpretative.
F. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL
Definisi operasional adalah suatu unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
cara mengukur suatu variabel. Sedangkan arti dari variabel itu sendiri adalah suatu
karakteristik yang mempunyai variasi nilai atau ukuran.
Untuk menggambarkan dinamika hubungan Kepala Desa dengan Aparat dapat dilihat dari
indikator sebagai berikut :
1. Kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Desa dengan Aparat dalam menjalankan roda
pemerintahan desa:
a) Melaksanakan tugas.
b) Menjalin kerja sama yang baik.
2. Penggunaan kekuasaan yang dimiliki Kepala Desa terhadap Aparat dalam melaksanakan
pemerintahan:
a) Memberikan tugas kepada aparat.
b) Mengevaluasi hasil kinerja aparat.
3. Penyesuaian diri yang dilakukan Kepala Desa terhadap Aparat maupun sebaliknya dalam
melaksanakan tugas dan wewenang sebagai pemerintah:
a) Melaksanakan tugas masing-masing pihak sesuai dengan peraturan yang ada.
b) Dalam melaksanakan tugas, masing-masing pihak perlu memperhatikan batasan yang sudah
ditetapkan.
Konsep merupakan unsur pokok dalam penelitian, konsep adalah definisi tersingkat
dari sekelompok fakta dan gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu dicermati,
konsep menentukan antar variabel-variabel mana kita ingin menentukan hubungan empiris.
Definisi konsep dipergunakan untuk memberikan suatu batasan dari berbagai konsep secara
tegas dan tuntas. Untuk mendapatkan batasan defenisi yang lebih jelas dari masing-masing
konsep, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan yaitu:
1. Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga, kekuatan, selalu bergerak atau,
dinamis serta dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.
2. Pemerintahan Desa
a. Kepala Desa
Kepala Desa adalah penyelenggara pemerintahan di desa yang dipilih langsung oleh dan dari
b.
DAFTAR PUSTAKA
Adiono, 2002. Analisis Kepemimpinan Yang Mendorong Iklim Kerja Dan Motivasi Kerja Serta
Dampaknya Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Se- Kota Palu.. Tesis FKM UI.
Jakarta.
Asad. Moh., 2003. Psikologi Industri. Libery. Yogyakarta.
Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad, 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Echols dan Hassan Shadili, 1996. Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia. Jakarta.
Gibson. James L., 1997. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi kedelapan. Bina Aksara.
Jakarta.
Guritno, Bambang dan Waridin, 2005. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku
Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja. JRBI.
Hakim. Abdul, 2006. Analisis Pengaruh Motivasi, Komitmen Organisasi Dan IklimOrganisasi
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Dan Telekomunikasi ProvinsiJawa
Tengah. JRBI.
Handyaningrat. Soewarno, 1982. Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional.
Gunung Agung. Jakarta.
Ilyas. Y., 2001. Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian). Cetakan pertama. FKM UI. Jakarta.
Mangku Negara, 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta.
Masrukhin dan Waridin, 2006. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi
Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawa. EKOBIS.
Moleong Lexi J., 2006. MetodePenelitianKualitatif. PT. Remaja Rosdkarya. Bandung.
Nawawi dan Martini, 1991. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
NiMatul Huda, 2009. Hukum Pemerintahan Daerah. Nusa Media. Bandung.
Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Prabowo, 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Andi Offset. Yogyakarta.
Poerwandari. E.K., 1998. Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka. Jakarta.
Rivai, Veithzal dan Basri, 2005. Performance Appraisal: Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja
Karyawan Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Srimindarti, 2006. Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja. STIE
Stikubank. http.duniaesai.com. Semarang.
Srimulyo. Koko, 1999. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Kinerja Perpustakaan di
Kotamadya Surabaya. Tesis Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Airlangga.
Sulistiyani. Ambar T. dan Rosidah, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sutopo. H.B., 1998. Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif. Bagian II. UNS Press. Surabaya.