mengalami dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda
wilayah sumatera telah terjadi kontak
perdagangan di pantai barat dan timur. wilayah pesisir. daerah perdalaman masih menggunakan ekonomi tradisional.
Suku Minangkabau
orang juganya terkenal sebagai perantau.
Ada sesuatu yang unik dari pekerjaan yang oleh orang Minang setelah sampai ditanah perantauan, yakni manggaleh (berdagang). salah satu perdagangan yang digeluti adalah menjual makanan. Tujuan utama merantau adalah untuk menuntut ilmu, disamping untuk keperluan ekonomi
Pasca PRRI di Sumbar Barat, terjadi
peningkatan jumlah perantau ke berbagai daerah di Indonesia. Pemerintah juga melakukan pembagian wilayah, sehingga wilayah Minangkabau mengecil. Wilayah Sumatera Barat yang kita lihat saat sekarang bukan merupakan wilayah Minangkabau dahulu. Salah satu daerah yang terjadi pemisahan adalah wilayah Kerinci. Saat sekarang ini, Kerinci menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Jambi.
Dalam pola ekonomi tradisonal Kerinci ada hal
yang sangat menarik untuk dilihat, yakni pasar. Masyarakat biasa menyebut pasar tradisonal dengan sebutan balai. Pasar tradisional dilakukan dengan siklus yang rutin satu kali dalam seminggu, dan lokasinya terdapat di daerah tertentu. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari seperti balai senayan adalah untuk menyebut pasar di hari senin, balai selasa untuk sebutan pasar di hari selasa dan seterusnya.
Sistem interaksi dalam pasar tradisional
sama halnya di lain tempat yakni, tawar menawar harga masih berlaku. Tetapi setelah terjadi penawar, harga telah ditetapkan tidak jarang terjadi pedagang memberikan tambahan terhadap barang yang dibeli. Terutama yang membeli adalah kerabat, tetangga, dan orang terdekat lainnya. Inilah salah satu kekuatan dan keuntungan ekonomi tradisional.
Hal seperti ini tidak akan terjadi pada pasar
modern, dimana tidak ada interaksi, tawar menawar. Harga telah ditentukan dan dipasang label pada setiap produk, sedikit uang sedikit barang. Tidak ada belas kahisan kepada konsumen. Istilahnya ada uang ada barang. Dalam pasar modern, uang menjadi prioritas utama sehingga menjadikan masyarakat kapitalis. Walaupun disatu sisi kehadiran pasar modern memiliki dampak yang positif, rakyat bisa mengenal sistem ekonomi baru dan produk dari luar yang tidak bisa ditemukan pada pasar tradisional.
Weber melihat bahwa pasar bukanlah ciri
khas dari modernitas, tetapi pasar modern memiliki ciri khas tertentu. Dia perpandangan bahwa rasionalisasi aktivitas ekonomi melibatkan penghapusan pembatas adat dan tradisional pada pertukaran pasar, yang memungkinkan berlakunya pertukaran yang murni instrumental dan kalkulatif.
Ada hal yang menarik saat para pembeli
datang ke pasar, mereka tidak datang dengan membawa sedikit barang yang bisa dijual di pasar, seperti membawa satu ekor ayam, bebetapa butir telur, beras, dan hasil pertanian lain yang dimiliki. Sebelum mencari barang keperluan, barang dibawa dijual, bahkan kalau ada yang cocok, bisa langsung ditukar (barter). Tradisi seperti ini masih terasa pada pesar tradisional di Kerinci.
Sementara dari sisi pelaku ekonomi atau pedagang
tradisional, beberapa hari sebelum ke pasar mereka mencari dan mempersiapkan apa yang akan dijual. Setelah jual beli selesai, para pedagang pulang. Tetapi mereka tidak pulang dengan tangan kosong, akan tetapi dengan membawa barang dari pasar yang dianggap bisa dijual kembali di desa. Biasanya di jual ke pada orang-orang yang tidak ke pasar karena tidak memiliki uang. Pedagang ini menjadi solusi bagi mereka, subsistensi untuk hari itu bisa terpenuhi. Pembayaran bisa secara berangsur-angsur, atau menunggu bayaran upah selanjutnya.
kesimpulan, dualisme ekonomi memang masih
terlihat hingga saat sekarang. Yakni perekonomian tradisional dan modern masingmasing berdiri. Tetapi yang sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah, sistem ekonomi modern belum sepenuhnya bisa diterapkan untuk daerah, karena kehidupan petani masih bersifat subsitensi. Jika dipaksakan tidak mengherankan apabila akan terjadi tindakan kriminalitas. Diakibatkan kebutuhan tidak terpenuhi dan harga kebutuhan meningkat