Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada awal berdirinya suatu perusahaan tentunya pemilik perusahaan tersebut
mempunyai
harapan
untuk
dapat
mempertahankan
kelangsungan
hidup
perusahaan. Harapan itu akan dapat dicapai apabila didukung oleh faktor-faktor
produksi seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal. Didalam
perusahaan, modal memiliki peranan cukup penting untuk membiayai aktivitasnya
dalam mencapai harapan tersebut. Umumnya perusahaan yang tidak kuat
permodalannya akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Persaingan menyebabkan setiap perusahaan berusaha efektif dan efisien dalam
menghasilkan produk-produk dimana kualitas produk tetap terjamin namun disisi
lain
biaya
produksi
dapat
diminimalisasi.Perkembangan
teknologi
yang
gedung dan peralatan. Pengadaan aset tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan
dalam bentuk sewa guna usaha atau leasing.
Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi
lessee dan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital
Lease yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi dan Operating Lease yaitu sewa
guna usaha tanpa opsi. Sedangkan Direct Financing Lease berbeda dari Sales Type
Lease karena dalam transaksi ini tidak merealisasikan suatu keuntungan atau
kerugian. Dalam Direct financing lease, nilai wajar barang yang dileasingkanl
ease adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai bukunya
Bila suatu transaksi lease tidak bisa memenuhi kriteria klasifikasi sebagai
Direct Financial Lease, maka dalam pembukuan lessor, lease tersebut harus
dicatat sebagaimana Operating Lease. Proses klasifikasi harus dipelajari serta
diputuskan sebelum penerapan akuntansi lease, agar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari transaksi
Operating Lease tersebut tetapi mengharapkan adanya pengendalian dari hasil
penjualan atau dengan menyewakan kembali aset tersebut kepada pihak
berikutnya.
Dengan banyaknya transaksi secara leasing, perlu adanya suatu standar
akuntansi sebagai pedoman dalam penyajian laporan keuangan yang berkaitan
dengan leasing. Menjawab kebutuhan tersebut IAI telah menyusun Standar
Akuntansi Keuangan No.30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha. PSAK No. 30
memberikan defenisi sebagai berikut :a) Penanaman netto dalam aset yang
disewakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman netto sewa. Jumlah
penanaman netto terdiri dari jumlah piutang sewa ditambah nilai sisa (harga opsi)
yang akan diterima oleh perusahaan sewa pada akhir masa sewa dikurangi dengan
pendapatan sewa yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan
jaminan (security income).b) Selisih antara piutang sewa ditambah nilai sisa (harga
opsi) dengan perolehan aset yang disewakan diperlukan sebagai pendapatan sewa
yang belum diakui (unearned lease income).c) Pendapatan sewa yang belum
diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan
berdasarkan tingkat pengembalian berkala (Periodie rate of retur) atas penanaman
netto perusahaan sewa.d) Apabila perusahaan sewa menjual barang modal kepada
penyewa sebelum berakhirnya masa sewa maka perbedaan antara harga jual
dengan penanaman netto dalam sewa pada saat penjualan dilakukan harus diakui
dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan.e) Pendapatan lain
yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa harus diakui dan dicatat sebagai
pendapatan periode berjalan.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha perlu diterapkan
secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan
keuangan perusahaan. Untuk itu guna menjawab berbagai pertentangan dan
menjelaskan praktek sewa guna usaha perlu pengkajian dari sisi konsep-konsep
akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan setiap transaksi
sewa guna usaha secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan sesuai
dengan tujuan laporan keuangan.
PT X sebagai salah satu lembaga pembiayaan, juga melakukan transaksi
penjualan dengan cara leasing, PT X membiayai pembelian mobil. Konsumen
yang ingin membeli barang tersebut cukup hanya membayar down payment
kepada kepada showroom atau dealer sebagai supplier atau bisa juga langsung ke
PT X. Sisa utang konsumen (lessee) kepada supplier akan dibiayai oleh PT X yang
ditunjuk lessee sebagai lessor. Dalam hal ini supplier akan berhubungan dengan
lessor. Hak milik sudah diserahkan supplier kepada lessee dan sebagai jaminan
hak milik itu ( BPKB ) diserahkan kembali oleh lessee kepada lessor. Hak milik itu
akan tetap berada di tangan lessor sampai perjanjian yang sudah disepakati
dipenuhi oleh lessee (angsuran lunas dibayar oleh lessee). Dalam pencatatan
transaksi leasing. PT X sudah berpedoman pada PSAK No. 30 namun belum
sepenuhnya sesuai. Biaya-biaya materai, biaya notaris yang timbul dalam
pembuatan perjanjian leasing dicatat sebagai biaya administrasi dan digolongkan
pada biaya operasional pada tahun berjalan.Pembayaran sewa guna usaha oleh
lessee akan dialokasikan, dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa
guna usaha dan pendapatan.
Pencatataan yang di lakukan oleh PT. X sebagai lessor menggunakan
Metode Bersih. Sebagai perinciannya berikut akan diberikan contoh kasus
perjanjian leasing yang dilakukan PT. X:
Pada tanggal 08April 2013 PT. X mengadakan perjanjian Leasing dengan Saudara
Nyaw Kim Fung. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT. X akan
membiayai 1 (satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI,Type FM517F, Tahun
1996. Masa leasing24 tahun dengan DP (Down Payment) Rp. 80.000.000,-Saudara
Nyaw Kim Fung membayar angsuran/bulan sebesar Rp. 8.436.000,-. Total
pinjaman saudara Nyaw Kim Fung tambah bunga Rp. 202.464.000,- dan suku
bunga 9.454750515% / tahun flat.
Salah satu aktiva yang diperoleh dengan cara Sewa Guna Usaha adalah 1
(satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI, Type FM517F, Tahun 1996 dengan
data sebagai berikut.
Tabel 1.1
Data Sewa Guna Usaha
Keterangan
Jumlah
Rp. 250.000.000,-
Nilai Sisa
Rp. 80.000.000,-
Nilai Pembiayaan
Rp. 170.000.000,-
Jangka Waktu
24 bulan ( 2 tahun )
Suku Bunga
9.54750515% /tahun
Keterangan
Jumlah
Rp. 32.464.000,-
Total Pinjaman
Rp. 202.464.000,-
Angsuran/bulan
Rp.
8.436.000,-
Biaya Administrasi
Rp.
1.500.000,-
Rp.
550.000,-
Biaya Asuransi
Rp.
5.750.000,-
Rp. 153.764.000,-
Cara Pembayaran
Tanggal Efektif
08-04-2013
Jurnal pada saat terjadinya transaksi leasing yang dilakukan oleh PT. X,
perusahaan mencatat pendapatan leasing dengan membuat jurnal, seperti pada
jurnal berikut :
Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 202.464.000,-
Rp. 80.000.000,-
1.4.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
dan
mekanisme
transaksi
leasing,
teknik-teknik
lainnya,
keuntungan
dan
kerugian
leasing,
BAB IV
BAB V
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Leasing
2.1.1. Pengertian Leasing
Leasing merupakan suatu istilah asing yang dibakukan ke dalam bahasa
Indonesia dan sampai sekarang belum ada penggunaan istilah yang memberikan
pengertian yang tepat. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa menyewa
dan dalam dunia bisnis berkembang dan telah berubah fungsi menjadi salah satu
jenis pembiayaan. Di Indonesia leasing diterjemahkan dengan kata sewa guna
usaha. Secara umum leasing diartikan sewa menyewa atau equipment funding
yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi
suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Menurut Lumbantoruan
(2005:505), Leasing adalah kegiatan pembiayaan bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna dengan hak opsi (Capital Lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Kasmir
(2005:257), Leasingadalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan
lessee (nasabah) dimana pihak lessor
penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu
tertentu.
11
Menurut
Perdagangan
Surat
dan
Keputusan
Menteri
Bersama
Perindustrian
Menteri
No.
Keuangan,
Menteri
Kep-122/MK/2/1974,
No.
tentang
Perizinan Usaha Leasing. Dalam pasal I Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri
tersebut dinyatakan :Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan
tersebut
untuk
membeli
barang-barang
modal
yangbersangkutan
atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
bersama.
Sedangkan
Menurut
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
12
c. Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha yang tidak mempunyai hak
opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
d. Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang
menggunkan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa
guna usaha (lessor)
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 adalah
Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Pengertian leasing
menurut PSAK No. 30 menjelaskan pengertian leasing menurut Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan
Republik
Indonesia
No.
Kep-122/MK/IV/2/1974,
No.
32/M/SK/2/1974,
No.30/Kpb/I/1974.
Dari beberapa defenisi diatas, pada prinsipnya memberikan pengertianpengertian yang sama, bahwa leasing meliputi (Situmorang, 2004:22) :
a. Pembiayaan perusahaan
Leasing awalnya dimaksudkan sebagai usaha memberikan kemudahan
pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Namun dalam
perkembangannya, leasing juga diberikan kepada individu dengan peruntukkan
barang belum tentu untuk kegiatan usaha.
b. Penyediaan barang-barang modal
Biasanya yang menyediakan barang modal adalah pihak supplier atas biaya
dari lessor. Barang modal tersebut akan digunakan oleh lessee umumnya untuk
kepentingan bisnisnya. Menurut Keputusan Menteri No. 1169/KMK.01/1991,
13
yang dimaksud barang modal adalah setiap aktiva tetap yang berwujud
termasuk tanah sepanjang diatas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa
bangunan (plant) dan tanah serta aktiva yang dimaksud merupakan satu
kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan
ataupun memperlancar produksi barang atau jasa oleh lessee.
c. Jangka waktu tertentu
Dalam kontrak leasing ditentukan untuk berapa tahun leasing tersebut
dilakukan. Selanjutnya setelah jangka waktu tersebut berakhir, ditentukan pula
bagaimana status kepemilikan dari barang tersebut. Misalnya pada saat itu
kepada lessee diberikan hak opsi yakni pilihan apakah lessee akan membeli
barang tersebut pada harga yang telah terlebih dahulu disepakati bersama atau
lessee tetap menyewanya, ataupun mengembalikan barang kepada pihak lessor.
d. Pembayaran secara berkala
Lessor membayar lunas harga barang modal kepada penjual/supplier, maka
adalah kewajiban lessee untuk mengangsur pembayaran harga barang modal
kepada lessor. Besar dan lamanya angsuran sesuai dengan kesepakatan yang
telah dituangkan dalam kontrak leasing.
e. Adanya hak pilih (opsi)
Diakhir masa leasing, diberikan hak bukan kewajiban kepada lessee untuk
apakah membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah terlebih
dahulu ditetapkan dalam kontrak leasing yang bersangkutan ataupun
memperpanjang kontrak leasing. Tidak semua jenis leasing memberikan hak
opsi tersebut kepada lessee melainkan harus menyerahkan kembali barang
modal tersebut kepada pihak lessor di akhir masa leasing. Ada juga yang justru
14
memberi hak kepemilikan kepada pihak lessee di akhir masa leasing tanpa
perlu memberikan hak opsinya.
f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada
lessor oleh lessee diakhri masa berlakunya leasing atau pada saat lessee
mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan
bersama dalam bentuk kontrak leasing
g. Adanya pihak lessor
Pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang
membutuhkan.
h. Adanya pihak lessee
Pihak yang memerlukan barang modal dengan pembiayaan dari pihak
perusahaan sewa guna usaha.
Aktivitas leasing sama dengan bisnis lainnya, mempunyai keuntungan dan
kerugian bagi pihak lessor dan lease(Situmorang, 2004:25).
Tabel 2.1
Keuntungan dan Kerugian Pihak Lessee
Keuntungan bagi Lessee
1. Lessee
akan
terhindar
untuk
melindungi
peralatannya.
untuk
kehilangan
memperoleh
15
2. Lease
mengurangi
keusangan,
karena
ia
resiko
dapat
pihak
lessor
setelah
pemakaiannya.
Keuntungan bagi Lessee
3. Perjanjian
lease
lebih
flexible 3.
yang
dapat
jangka
lease
dibatalkan
pintar
menyesuikan
akan
perjanjian
murah
dibanding
pembiayaan
sekaligus.
5. Lease tidak menambah pos utang
di neraca dan tidak mempengaruhi
rasio leverage
karena
sebelum
jika
perjanjian
pendek,
dapat
dijadikan
sebagai
Sumber : Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004
16
Tabel 2.2
Keuntungan dan Kerugian Pihak Lessor
Keuntungan bagi Lessor
1.
1. Sebagai
pemilik
memiliki
pengaman
yang
lebih
kuat
resiko
lessor
besar
jika
tuntutan
dari pihak
ketiga.
dengan
Misalnya
jika
terjadi
barang
jaminan
berupa
hipotek sekalipun.
orang
lain
yang
dibandingkan
dengan
lessor
tidak
pabrik
atau
langsung,
bisamengklaim
supplier
tindakan
secara
tersebut
pemakaian
barang
17
tersebut.
3. Ia tetap bertanggung jawab atas
pembayaran kewajiban tertentu
karena pemilikan barang
3.
masih
berhak
untuk
Capital Lease
Menurut Kamir (2005:258), Capital Lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan Menurut
PSAK No. 30, kriteria pengelompokkan transaksi sewa guna usaha sebagai
berikut:
a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang
disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang
telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha
ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang
18
dan
lain-lain
yang
mempunyai
hubungan
langsung
dengan
Barang modal yang akan dibeli, dipilih dan ditentukan sendiri oleh
lesseeyang bersangkutan.
b.
19
c.
Dengan
memenuhi
segala
persyaratan
yang
disebutkan
dalam
dengan Lesseedengan pemberian hak opsi kepada Lessee pada akhir periode lease.
Capital
Lease
terbagi
dalam
berbagai
bentuk
transaksi
sebagai
berikut(Harahap,2004:175)
a. Direct Financial Lease/ True Lease/ Direct Lease
Adalah transaksi leasing dimana lessor membeli suatu barang atas permintaan
pihak lessee dan sekaligus menyewagunakan barang tersebut kepada lessee.
b. Sale and Lease Back
Adalah transaksi leasing, dimana pihak lessee yang sengaja menjual barang
modalnya barang modalnya pada lessor untuk dilakukan kontrak leasing atas
barang tersebut.
c. Leveraged Lease
Adalah bagian dari capital lease yang disamping melibatkan lessor dan lessee
juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai leasing.
Pembiayaan yang dilakukan oleh lessor relative sedikit, sedangkan sisanya
yang merupakan pembiayaan terbesar dilakukan oleh kreditor tersebut. Lessor
bertanggung
jawab
langsung
pada
kreditor
sesuai
dengan
jumlah
pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
Adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas
suatu objek leasing. Syndicated lease biasanya dilakukan karena besarnya
20
atas
barang
tersebut
dilakukan
oleh
lessor
kepada
vendor/dealer/showroom.
Operating Lease
Dalam teknik operating lease, pihak objek leasing atau lessor membeli
mengharapkan
keuntungan
dari
penjualan
barang
modal
yang
ini
tergantung
pada
penjualan
barang
yang
sudah
selesai
21
leasing yaitu suatu perjanjian kontrak antra lessor dengan lessee, dengan catatan
bahwa (Subagyo dkk, 2005):
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyatakan kepada pihak
lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada
umur ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out
lease.
c. Lessor menanggung risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
atau disebut cancellable.
Tabel 2.3
Perbedaan dasar antara Capital Lease dengan Operating Lease :
No.
1
Capital Lease
Perjanjian lease tidak dapat
Operating Lease
Dapat dibatalkan setiap saat
22
barang modal
modal
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua.
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005.
Gambar 2.1
Flow Chart Klasifikasi Leasing oleh Lessee
Ya
Perjanjian Lease
Ya
Ada Transfer
Hak
Tidak
Milik
Ada kemungkinan
Ya
untuk membeli
aktiva yangTidak
disewa
Tidak
Jangka waktu sewa >
75% taksiran umur
ekonomis
Ya
23
Tidak
Nilai Tunai
Pembayaran > 90%
dari harga aktiva
Capital Lease
Sumber : Widjaya Tunggal dan Djohan Tunggal, (2004:27)
Ya
Operating
Lease
24
kerusakan.
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
baranguntuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh
lessor. Dalammekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan
barang kepada lesseetanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan.Sebaliknya,dalam operating lease, supplier menjual
barangnya langsung kepada lessor denganpembayaran sesuai dengan
3.
Perusahaan
Leasing dapat
25
Gambar 2.2
Independet Lessor
Supplier
(Manufacturer)
Pembelian Barang
Pembayaran
Angsuran
Independent
(Lessor) Kontrak
Leasing
Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan
leasing
sendiri
akan
dapat
meningkatkan
kemampuan
26
penjualanmelebihi
tingkat
penjualan
dengan
menggunakan
pembiayaan
tradisional.Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak
pertamaterdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary)
dan pihakkedua adalah lessee atau pemakai barang.
Gambar 2.3
Captive Lessor
Pembayaran
Penjualan Barang
Perusahaan induk
Angsuran
(manufacturer)
Subsidiaryn
Kontrak
Leasing
(Lessor)
Lessor
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
c.
27
suatu transaksi leasing. Mekanisme lease broker atau packager dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
Gambar 2.4
Lease Broker
lessor
Lessor
lessor
Broker
Sumber:Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
lessor
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
lessor
28
Gambar 2.5
Transaksi Dasar Leasing
Kontrak Leasing
Angsuran (Lease Payment)
Lessor
Lessor
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
2.5. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang
secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu (Subagyo,2005:8088):
1. Capital Lease
2. Operating Lease
Gambar 2.6
Mekanisme Transaksi Leasing
(9)
(8)
(7)
LESSOR
(4)
(3)
(5)
(2)
(6)
(1)
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
LESSEE
SUPPLIER
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
Keterangan Gambar :
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan penjual atas barang yang
akan disewa.
29
30
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selam masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah
yang dibiayai serta bunganya.
1.
Capital Lease
Menurut (Djoko Muljono,2007:131) dalam sewa guna usaha ini, perusahaan
sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal.
Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan
dan atas nama perusahaan sewa guna usaha , sebagai pemilik barang tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha,
penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di
mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value),
kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna
usaha.
Suatu kegiatan sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi mempunyai
kriteria seperti berikut ini :
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha (lease
term) ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya :
o 2 tahun untuk barang modal golongan I
o 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
o 7 tahun untuk golongan bangunan
Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lease.
Perlakuan Penghasilan
31
32
penghasilan.
Sementara
itu,
apabila
cadangan
tidak
mencukupi
maka
33
financial lease, sering pula disebut truelease, atau disingkat direct lease aja ;
merupakan suatu bentuk transaksi leasingdi mana lessor membeli suatu barang
atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-lease
tersebut termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh
lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk
mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal
yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas
produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan
pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Mekanisme transaksi
bentuk direct lease dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7
Mekanisme Transaksi Direct Financial Lease
Lessor
Supplier
Dealer
34
(6)
(7)
(5)
(1)
(2)
(3)
(8)
(4)
Perusahaan
Asuransi dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sumber : Subagyo
Lessee
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
Keterangan :
1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee
2. Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa :
a. Security Deposit
b. Uang lease pertama, jika in advance
c. Biaya administrasi
d. Premi asuransi tahun pertama
e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada
3. Pemesanan barang modal kepada supplier/dealer
4. Pengiriman barang modal ke alamat lease
5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer
6. Kontrak penutupan asuransi
7. Pembayaran premi asuransi
8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
Ciri-ciri direct financial lease antara lain :
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale
and lease back).
35
lease back ini pada prisipnya adalahpihak lessee sengaja menjual barang
modalnya kepada lessor untuk kemudiandilakukan kontrak sewa guna usaha atas
barang tersebut. Lessee dalam hal iniberperan sebagai pihak yang menjual barang
untuk digunakan selama masalease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing
ini dimaksudkan untukmemperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi
transaksi leasing di sinibersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak
dilakukan diIndonesia akibat adanya masalah impor barang modal, perizinan
sertapengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang
telahdiperoleh lessee untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam
halpengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang
modal,umunya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri
barangimpor atau ekspor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya.
Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya
diserahkankembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu
yangdisetujui dalam kontrak leasing. Transaksi leasing seperti di atas sering
disebuttechnical sale and lease back (lihat Gambar 2.8).
Gambar 2.8
Mekanisme Transaksi Sale and Lease Back
(1)
Lessee
(3) Supplier
(4)
(5)
(7)
Perusahaan
Asuransi
36
(1) (6)
Lessor
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
Keterangan :
1. Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor
2. Penutupan kontrak asuransi
3. Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli
4. Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee
5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :
a. Security Deposit
b. Uang lease pertama, jika in advance
c. Biaya administrasi
d. Premi asuransi tahun pertama
e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
6. Pembayaran premi asuransi
7. Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
c. Leveraged Lease
(Subagyo,2005:85) pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu
teknik pembiayaandalam finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini,
disamping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang
dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah
yangmemiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan
porsi pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan
pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor.Kreditor tersebut dapat berupa bank
atau lembaga keuangan lainnya. Statuskreditor di sini hanya sebagai penyedia
dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing itu
sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah
37
pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessorbertanggung
jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
Menurut (Subagyo,2005:85-86)Syndicated lease adalah pembiayaan leasing
yang dilakukan oleh lebih darisatu lessor atas suatu objek leasing. Syndicated
lease terjadi apabila lessorkarena alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karena
alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu
transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk
memenuhipermintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan
leasingmelakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing
dimaksud.Selanjutnya,
dalam
pelaksanaannya
dari
kelompok
lessor,
38
39
40
Perlakuan biaya bagi lessor terhadap barang modal yang dileasingkan, yaitu
penyusutan barang modal yang dileasingkan boleh dikurangkan sebagai biaya.
Adapun perlakuan biaya bagi lessee terhadap barang modal yang dileasingkan
adalah lease payment merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
2.6. Perbedaan Pembiayaan Leasing dengan Pembiayaan Lainya
Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok
dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan
lain misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa
menyewa dan sewa beli. (lihat Tabel 2.4 )
Tabel 2.4
Perbedaan Leasing dengan Metode Pembiayaan lainnya
No
Pokok
Perbedaan
1.
Jenis Barang
Bergerak
dan Bergerak
tidak bergerak
Bergerak
dengan
pemeliharan
Semua jenis
investasi
2.
Penyewa
Perusahaan,
perorangan
Perusahaan
perorangan
Perusahaan
perorangan
Perusahaan
perorangan
3.
Bentuk
Perusahaan
Badan Hukum
Supplier
Supplier
Bank
4.
Jangka
Waktu
Menengah
Pendek
Pendektengah
Bebas
5.
Biaya
100%
80%
Lebih
rendah
80%
6.
Tinggi
Bunga
= Spread
Leasing
Sewa Beli
Sewa
Menyewa
Kredit Bank
41
margin
7.
Akhir
Kontrak
Menggunakan
Hak opsi untuk
membeli seharga
nilai ke debitor
sisa,
memperpanjang,
mengembalikan
Barang
menjadi
milik
penyewa
Barang
kembali
pemilik
interbank rate
Kredit lunas,
ke jaminankemb
ali
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
2.7. Keuntungan dan Kerugian Leasing
Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan
faktor-faktoryang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada
kasuslain. Salah satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih
lanjutsehingga menyebabkan kontrak lease akan menjadi aternatif yang menarik
untukpenyediaan modal/biaya (financing) pada situasi tertentu (Nasution,
2004:14) :
42
43
1. Pembiayaan 100% atas aktiva yang disewa guna usaha juga berarti total
pengeluaran jumlah dollar yang lebih tinggi untuk bunga.
2. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif
mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank.
3. Pembiayaan di luar neraca hanya menutupi fakta bahwa lapisan hutang baru
sedang ditanggung.
4. Leasing peralatan siap pakai (jika dibandingkan dengan yang dibuat sesuai
pesanan) mungkin menghasilkan produk yang mutunya lebih rendah dan
pada akhirnya mengakibatkan hilangnya penjualan bagi lessee.
5. Lease musiman mengandung ketidakpastian bahwa peralatan akan tersedia
saat dibutuhkan selain itu suku bunga leasing mungkin didasarkan pada
situasi perdagangan saat itu.
6. Lease
jangka
panjang
dapat
memberikan
perlindungan
dari
keusanganproduk.
7. Keuntungan pajak mungkin bersifat sementara. Ketentuan pajak baru bisa
diberlakukan kapan saja dan bisa membatalkan ketentuan dalam peraturan
lama. Ini merupakan bahaya bagi semua lease jangka panjang yang
mengutamakan keuntungan pajak.
8. Lease jangka panjang dengan suku bunga tetap akan membebankan lessor
pemberi pinjaman atas resiko hilangnya kesempatan jika suku bunga naik.
2.8. Perlakuan Akuntansi Leasing bagi Perusahaan
2.8.1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Capital Lease
44
Perlakuan akuntansi capital lease oleh penyewa usaha menurut IAI dalam
PSAK No. 30 adalah :
a. Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh
penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa
guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan dicatat sebagai
angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan
tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna
usaha.
b. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari
pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan
olehperusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal
masa sewa guna usaha.
c. Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang
wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
d. Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa
sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau
dikreditkan pada tahun berjalan.
e. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan
jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa
guna usaha.
45
f. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback)
maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksiyang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha.Selisih antara harga
jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dandicatat sebagai
keuntungan
atau
kerugian
yang
ditangguhkan
harusdilakukan
secara
Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap
dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan
harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.
b.
46
1. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua
tahun berikutnya.
2. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam
tahun berjalan.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and
leaseback).
5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna
usaha.
2.9.2. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Operating Lease
Menurut IAI dalam PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak
harusdicantumkan atas laporan keuangan mengenai :
1. Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan
sebagai biaya sewa.
2. Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak 2
tahun berikutnya.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.
47
48
Rp 100.000
Rp 100.000
49
Bila terdapat hak opsi dalam bentuk simpanan jaminan atau kas untuk membeli
peralatan yang disewa pada akhir masa lease adalah
Simpanan jaminan
xx
Kas
xx
b. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama tanggal 1 Januari 2000
adalah
Beban pajak
Rp 2.000
Rp 23.981
Kas
Rp 25.981
Rp 7.602
Hutang Bunga
Berikut
disajikan
skedul
Rp 7.602
pembayaran
sewa
guna
usaha
Leesee
Tanggal
Pembayaran lease
Biaya pajak Biaya bunga
tahunan
Penurunan
kewajiban
lease
Kewajiban
lease
1/1/2000
100,000
1/1/2000
25,981
2,000
23,981
76,019
1/1/2001
25,981
2,000
7,602
16,379
59,640
1/1/2002
25,981
2,000
5,964
18,017
41,623
1/1/2003
25,981
2,000
4,162
19,819
21,801
1/1/2004
25,981
2,000
2,180
21,801
50
Jumlah
129,905
10,000
19,908
100,000
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran sewa guna usaha tangal 1 Januari
2001 adalah :
Beban pajak
Rp 2.000
Beban Bunga
Rp 7.602
Rp 16.379
Kas
Rp 25.981
d. Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan peralatan sewa guna usaha selama lima
tahun dengan metode garis lurus tanggal 31 Desember 2000 adalah :
Beban penyusutan aktiva SGU
Rp 20.000
Rp20.000
e. Ayat jurnal untuk mencatat berakhirnya masa lease apabila terdapat hak opsi
adalah :
Peralatan
xxx
Akm.Penyusutan Peralatan
xxx
xxx
(Peralatan sewa guna usaha yang dibeli pada akhir masa sewa guna usaha
harus dicatat oleh perusahaan sebesar nilai buku).
3.0.2 Contoh Akuntansi Leasing bagi Lessor
Contoh Leasing bagi Lessor Menurut Ika (2011) adalah sebagai berikut :
Morgan Leasing Company dan Rode Company menandatangani kesepakatan pada
tanggal 1 januari 2007 untuk melease peralaatan kepada Cole Company. Informasi
berikut berkaitan dengan kesepakatan ini :
51
1. Masa lease yang tidak dapat dibatalkan adalah 6 tahun tanpa opsi pembaruan.
Peralatan itu memiliki estimasi umur ekonomis selama 6tahun.
2. Lessor memperoleh aktiva itu dengan biaya sebesar $245.000 nilai wajar
aktiva pada tanggal 1 januari 2007 adalah $245.000
3. Aktiva itu akan dikembalikan ke lessor pada akhir masa lease, ketika aktiva
tersebut diharapkan memiliki nilai residu $43.622, tanpa jaminan.
4. Cole Company bertanggung jawab langsung atas seluruh biaya executor
5. Kesepakatan itu mewajibkan pembayaran sewa tahunan yang sama, dimulai
tanggal 1 januari 2007
6. Ketertagihan pembayaran lease dapat diprediksi secara wajar. Tidak ada
ketidakpastian yang besar menyangkut jumlah biaya yang akan dikeluarkan
oleh lessor.
Diminta:
a. Dengan asumsi lessor mengharapkan tingkat pengembalian 10% atas
investasinya, hitunglah jumlah pembayaran sewa tahunannya.
b. Buatlah skedul amortisasi yang sesuai bagi lessor selama masa lease
c. Buatlah seluruh ayat jurnal bagi lessor untuk 2007 2008.
Jawab :
a. Jumlah pembayaran sewa tahunan :
Nilai wajar aktiva
245.000
24.623,21 -
220.376,69
52
b. Skedul amortisasi
Tgl.
1/1
1/1
1/1
1/1
1/1
1/1
1/1
Skedul Amortisasi
Pembayaran
Bunga 10%
46.000
-046.000
19.900
46.000
17.290
46.000
14.419
46.000
11.261
46.000
7.787
46.000
43.622
319.622
74.622
Pengurangan
46.000
26.100
28.710
31.581
34.739
38.213
39.657
245.000
Kewajiban
245.000
199.000
172.900
144.190
112.609
77.870
39.657
0
-
c. Ayat jurnal
1/1
Piutang lease
Peralatan
1/1
Kas
Piutang lease
31/12 Piutang bunga
Pendapatan bunga-lease
1/1
Kas
Piutang lease
Piutang bunga
31/12 Piutang bunga
Pendapatan bunga-lease
245.000
245.000
46.000
46.000
19.900
19.900
46.000
26.100
19.900
17.290
17.920
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada PT X yang beralamatkan di Pekanbaru.
Penelitian akan dilaksanakan selama jangka waktu penyusunan proposal dan
skripsi untuk memperoleh semua data yang diperlukan.
53
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. X adalah suratu perusahaan yang bergerak dalam bidang sewa guna
usaha. Perseroan ini didirikan pada tanggal 04 September 2006 dengan nama PT.
X berdasarkan akta notaris Hannywati Gunawan, S.H. No. 08. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No. W7-01382
HT.01.04-TH.2007 tanggal 12 Februari 2007 dan penerimaan Laporan Akta
Perubahan Anggaran Dasarnya telah diterima dan dicatat dalam Database
Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
tanggal 13 Maret 2007 No. W7-HT.01.04-3098, anggaran dasar mana telah diubah
lagi dengan Akta Berita Acara Rapat tertanggal 15 Desember 2006 No. 30, yang
telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya tertanggal 13 April 2007 No. W704114 HT.01.04-TH.2007. Anggaran dasar perseroan telah mengalami beberapa
55
kali perubahan, berdasarkan akta notaris yang sama No. 49 tanggal 18 Maret 2008
mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan dengan Undang-Undang
Perseroan Terbatas No. 50 tanggal 19 September 2007. Perubahan tersebut telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman dan surat keputusan No. C-UM.HT.01.10-1944
tanggal 02 November 2007.
Saat ini kantor pusat PT. X berkedudukan di Jakarta dan memiliki: Jakarta
Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan,Bandung, Semarang, Solo, Surabaya,
Denpasar, Medan, Palembang, Samarinda dan Pekanbaru.
3.1.2. Aktivitas Perusahaan
Dalam aktivitas pembiayaan, PT. X bekerjsama dengan Bank Rakyat
Indonesia ( BRI ) yang merupakan salah satu pemegang saham sebagai tempat
penyimpanan BPKB kenderaan yang dileasekan dan bekerja sama dengan Bank
Central Asia ( BCA ) sebagai tempat pembayaran angsuran leasing. PT.X juga
memasarkan produk dari salah satu pemegang saham, PT. Isuindomas Putra yaitu
merek Isuzu namun hal ini tidak membatasi PT. X untuk melease kenderaan dari
dealer yang lainnya.
Sesuai dengan anggaran dasar perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan
adalah menjalankan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal meliputi bidang sebagai berikut :
1. Sewa guna usaha ( leasing )
2. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
3. Anjak piutang ( factoring )
PT. X di Pekanbaru hanya melayani transaksi leasing dan consumer finance saja.
1. Sewa Guna Usaha ( Leasing )
PT. X Pekanbaru membatasi aktivitas leasing dengan tidak melayani
transaksi leasing untuk ( alat-alat berat ) dan sale and leaseback, walaupun
demikian secara umum transaksi leasing terus meningkat.
Cara pembayaran angsuran yang ditetapkan PT. X ada tiga yaitu :
a. Giro
56
57
b. Bahwa antara satu jabatan dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih,
sehingga tanggung jawabnya tidak kacau.
Berdasarkan struktur organisasi tersebut, maka dapat dijelaskan fungsi
pokok, membawahi, tanggung jawab, wewenang, tugas dan kewajiban masingmasing bagian dari perusahaan sebagai berikut :
1. Branch Manager
Fungsi Pokok
: Mengelola seluruh aktivitas usaha pada kantor secara efisien
dan efektif guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Membawahi
: 1. Marketing Manager/ Marketing Officer
2. Operation Supervisor
Tanggung jawab : Bertanggung jawab atas kelancaran seluruh aktivitas pada
kantor
dan
didelegasikan
Wewenang
terciptanya
kepada
koordinasi
bawahan,
tugas-tugas
sehingga
yang
mampu
meningkatkan profitabilitas.
: Mengambil inisiatip untuk melaksanakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan berhasilnya tugas dan tanggung
58
perjanjian,
maupun
melakukan
penutupan
asuransinya
serta
59
60
hatian (prudent).
Tanggung jawab
- Melaksanakan fungsi
perusahaan.
:
dan
peranan
marketing
dalam
pengembangan
61
62
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B.5. 1.
2.
3.
asuransi.
4. Accounting Staff
Fungsi Pokok
:
- Membantu Operation Supervisor dalam menyelesaikan tugas-tugas di bidang
akuntansi yang meliputi pengolahan dan penyajian informasi keuangan.
- Menyiapkan laporan bulanan.
- Menjaga kelancaran kerja dan sarana penunjang lainnya di Bagian Accounting.
Membawahi
Tanggung jawab
---
63
Penerimaan dan pengeluaran asuransi/ biaya legal kontrak, nasabah lunas untuk
diberikan ke Bagian Administrasi Biaya yang dibayar dimuka.
D. Membuat antara lain :
Memorial jurnal, laporan tunggakan, laporan bulanan pembiayaan (LBP),
laporan aging schedule, assets consentration, lampiran neraca.
E. Mencetak dan mengecek antara lain : Daftar amortisasi kontrak baru, accrued
income current/ delay, memeriksa payment report, payment schedule, daftar
kontrak lunas dari bagian Finace, memeriksa amortisasi kontrak-kontrak
floating rescheduling, laporan pembiayaan (Outstanding Report), laporan
tunggakan, daftar akitva tetap penyusutannya, trial balance, neraca, laba rugi,
transanction by source code, aging schedule, assets consentration, delete
kontrak, memeriksa perhitungan pelunasan dipercepat dan sebagian.
F. Mengarsip voucher
5. Finance Staff
Fungsi Pokok
:
1. Membantu pekerjaan Operation Supervisor dalam menyelesaikan tugas di
bidang finance,
2. Menjaga kelancaran kerja di Bagian Finance,
3. Melaksanakan penagihan dan memonitor setiap pembayaran nasabah.
Membawahi
: ---Tanggung jawab
: Bertanggung jawab dalam keseluruhan fungsi dan tugastugas sebagai Finance Staff.
Wewenang
:
1. Mengambil inisiatip untuk melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan berhasilnya tugas-tugas dan tanggung jawab selaku Finance Staff.
2. Mengambil usulan tentang sistem dan prosedur Bagian Finance.
Tugas dan Kewajiban :
A. Penerimaan :
1. Penerimaan Angsuran :
a. Menerima & menginput giro ke server,
64
b. Mencetak daftar angsuran jatuh tempo giro yang masuk (rental due, post
dated cheque),
c. Menyetor dan menerima uang tunai ataupun giro yang jatuh tempo untuk
dikliringkan ke Bank,
d. Mencek penerimaan pada rekening bank dan membuat voucher penerimaan
(BR),
e. Input penerimaan angsuran ke data kontrak (server),
f. Membuat bukti penerimaan angsuran (kuintansi),
g. Mencatat penerimaan angsuran setiap nasabah pada daftar amortisasi.
2. Penerimaan lainnya
a. Mencek penerimaan pada rekening Bank,
b. Membuat voucher penerimaan (BR).
B. Pengeluaran :
1. Kontrak Baru :
a. Cek perhitungan calculation sheet dan kelengkapan dokumen kontrak baru,
b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana,
c. Mencek pengeluaran pada rekening bank,
d. Membuat voucher pengeluaran (BP)
2. Titipan ( Angsuran, Notaris, Titipam Nasabah) :
a. Cek daftar saldo titipan
b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana
c. Membuat voucher pengeluaran (BP)
3. Kas kecil :
a. Periksa bukti pengeluaran kas kecil,
b. Menerbitkan sesuai dengan bukti,
c. Membuat voucher pengeluaran (BP).
4. Biaya dan lain-lain :
a. Cek kelengkapan otorisasi pengeluaran biaya,
b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana,
c. Membuat voucher pengeluaran (BP).
C. Lain-lain :
1. Menghitung denda,
2. Menghitung pelunasan,
3. Membuat surat tagihan kepada nasabah,
4. Membantu menyiapkan data untuk keperluan management,
5. Membuat daftar tunggakan untuk marketing,
6. Melakukan pembayaran dan pelaporan pajak PPh 21 dan PPh 23.
6. Office Boy
Tanggung jawab utama
65
66
PEMBAHASAN
PT. X adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan yang bertindak
67
68
69
- Data kendaraan : Merek, type, tahun, warna, karoseri (dump, bak kayu, bak
besi, bus, microbus, angkot), nomor rangka, nomor mesin, nomor polisi,
nomor BPKP, atas nama BPKB.
- Data pembiayaan kendaraan : Jangka waktu/ tenor pembiayaan. Bunga flat/
tahun, OTR, DP, PH, Angsuran, Asuransi, Administrasi, Biaya Notaris,
Pencairan.
- Data supplier : nama dealer, contact person, nomor telepon pemilik, refund
asuransi jika ada refund, nama penerima refund asuransi.
- Denah tempat tinggal debitur.
- Data penjamin (jika ada) : nama, alamat lengkap, pekerjaan, jenis usaha,
alamat tempat kerja.
3. Analisa Kredit/ resume usaha debitur
- Bidang usaha
Jenis usaha debitur secara detail, letak tempat usaha, lama usaha.
- Tujuan pembiayaan
Tujuan pembelian unit harus jelas.
- Manajemen usaha
- Sarana usaha : Rumah, lahan/ tanah, kendaraan (merek, type, tahun,
karoseri, jumlah, status) serta dijelaskan status kepemilikannya.
- Analisa pendapatan
- Analisa resiko
Resiko yang mungkin timbul dari usaha calon Lessee/ konsumen.
4. Jika survey kelayakan telah memenuhi kriteria, maka marketing akan melapor
kepada CRD (Credit Review Development) untuk mengentry data-data calon
Lessee tersebut. Kemudian CRD akan melaporkan kembali hasil entry tersebut
kepada Branch Manager untuk disetujui. Setelah disetujui oleh Branch
Manager.
5. Setelah disetujui oleh Branch Manager, kemudian menunggu approval dari
komite kredit/ direksi. Setelah disetujui oleh direksi, maka akan dilakukan
tanda tangan kontrak.
70
71
Tabel 4.1
Data Sewa Guna Usaha
Keterangan
Jumlah
Rp. 250.000.000,-
Nilai Sisa
Rp. 80.000.000,-
Nilai Pembiayaan
Rp. 170.000.000,-
Jangka Waktu
24 bulan ( 2 tahun )
Suku Bunga
9.54750515% /tahun
Rp. 32.464.000,-
Total Pinjaman
Rp. 202.464.000,-
Angsuran/bulan
Rp.
8.436.000,-
Biaya Administrasi
Rp.
1.500.000,-
Rp.
550.000,-
Biaya Asuransi
Rp.
5.750.000,-
Rp. 153.764.000,-
72
Cara Pembayaran
Tanggal Efektif
08-04-2013
Rp. 202.464.000,-
Rp. 80.000.000,-
73
itu, baru di lakukan penyusutan atas aktiva yang sudah digunakan oleh perusahaan.
Dalam pencatatan penyusutan aktiva, perusahaan melakukan metode saldo
menurun. Perhitungan penyusutan sebagai berikut :
Depresiasi tahun pertama : 25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,Adapun pencatatan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
Beban Penyusutan Aktiva Tetap
Rp. 62.500.000,Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
Rp. 62.500.000,Depresiasi tahun kedua : 25% x (Rp. 250.000.000 Rp. 62.500.000) = Rp.
46.875.000,Adapun pencatatan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
Beban Penyusutan Aktiva Tetap
Rp. 46.875.000,Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
Rp. 46.875.000,Jurnal untuk tahun-tahun selanjutnya dibuat sama dengan cara di atas, yaitu 25% x
Nilai Buku Peralatan Leasing. Dari penjelasan sebelumnya maka diketahui bahwa
pembebanan biaya penyusutan aktiva leasing tidak sesuai dengan PSAK No. 30.
2. Pencatatan terhadap pembayaran angsuran tiap bulan tidak memisahkan
antara angsuran pokok dan biaya bunga.
Dalam pencatatan pembayaran angsuran leasing, perusahaan melakukan jurnal
yang sama dalam setiap kali angsuran dengan jumlah sebesar angsuran yaitu :
Pembayaran angsuran term 1 :
Kas
Rp. 8.436.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 8.436.000,Pembayaran angsuran term 2-9 :
Kas
Rp. 67.488.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 67.488.000,Pembayaran angsuran term 10-21
Kas
Rp. 101.232.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 101.232.000,Pembayaran angsuran term 22-24
Kas
Rp. 25.308.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 25.464.000 ,-
74
Pencatatan ini tidak memisahkan antara angsuran pokok dengan biaya bunga
yang timbul atas transaksi tersebut. Hal ini jelas tidak sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang mengharuskan adanya pemisahkan antara angsuran
pokok dengan bunga yang timbul dari kegiataan sewa guna usaha tersebut. Seperti
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa perlakuan akuntansi untuk
capital lease mengharuskan adanya pengakuan biaya bunga sebesar tarif bunga
leasing dikalikan dengan saldo kewajiban yang ada pada setiap kali pembayaran
angsuran lease. Jadi dari pembayaran angsuran lease setiap bulannya sebagian
merupakan pembayaran beban bunga dan sisanya merupakan pembayaran pokok
kewajiban lease karena seluruh pembayaran yang dilakukan oleh lessee telah
mencakup pengembalian harga perolehan aktiva lease dan bunga yang merupakan
keuntungan bagi lessor.
Maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Pembayaran angsuran term 1 :
Kas
Rp. 8.436.000,Pendapatan Sewa Guna Usaha
Rp. 8.436.000,Pembayaran angsuran term 2-9 :
Kas
Rp. 67.488.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 49.713.730,Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha
Rp. 17.774.730,Pembayaran angsuran term 10-21
Kas
Rp. 101.232.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 87.326.346,Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha
Rp. 13.905.654,Pembayaran angsuran term 22-24
Kas
Rp. 25.308.000,Piutang Sewa Guna Usaha
Rp. 24.524.384 ,Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha
Rp.
783.616,Dengan pencatatan ini, seharusnya perusahaan menyajikan biaya bunga sebab
jumlah angsuran yang dilakukan perusahaan sudah termasuk biaya bunga. Dari
75
Keterangan
Pembayaran
Beban
Bunga
Pembayaran
Pokok
Kewajiban
Sewa Guna
Usaha
08-Apr-13
Saldo Awal
170.000.000
08-Apr-13
Pembayaran
8.436.000
8.436.000
161.564.000
08-May-13
Pembayaran
8.436.000
2.558.097
5.877.903
155.686.097
08-Jun-13
Pembayaran
8.436.000
2.465.030
5.970.970
149.715.127
08-Jul-13
Pembayaran
8.436.000
2.370.490
6.065.510
143.649.617
08-Aug-13
Pembayaran
8.436.000
2.274.452
6.161.548
137.488.069
08-Sep-13
Pembayaran
8.436.000
2.176.894
6.259.106
131.228.963
08-Oct-13
Pembayaran
8.436.000
2.077.792
6.358.208
124.870.755
08-Nov-13
Pembayaran
8.436.000
1.977.120
6.458.880
118.411.875
08-Des-13
Pembayaran
8.436.000
1.874.855
6.561.145
111.850.730
75.924.000
17.774.730
58.149.270
10
08-Jan-14
Pembayaran
8.436.000
1.770.970
6.665.030
105.185.700
11
08-Feb-14
Pembayaran
8.436.000
1.665.440
6.770.560
98.415.410
12
08-Mar-14
Pembayaran
8.436.000
1.558.240
6.877.760
91.537.380
13
08-Apr-14
Pembayaran
8.436.000
1.449.342
6.986.658
84.550.722
14
08-May-14
Pembayaran
8.436.000
1.338.720
7.097.280
77.453.442
15
08-Jun-14
Pembayaran
8.436.000
1.226.346
7.209.654
70.243.788
No Periode
Keterangan
Pembayaran
Beban
Bunga
Pembayaran
Pokok
Kewajiban
Sewa Guna
Usaha
16
08-Jul-14
Pembayaran
8.436.000
1.112.193
7.323.807
62.919.981
17
08-Aug-14
Pembayaran
8.436.000
996.233
7.439.767
55.480.214
76
18
08-Sep-14
Pembayaran
8.436.000
878.437
7.557.563
47.922.651
19
08-Oct-14
Pembayaran
8.436.000
758.775
7.677.225
40.245.426
20
08-Nov-14
Pembayaran
8.436.000
637.219
7.798.781
32.446.645
21
08-Des-14
Pembayaran
8.436.000
513.739
7.922.261
24.524.384
101.232.000
13.905.654
87.326.346
22
08-Jan-15
Pembayaran
8.436.000
388.303
8.047.697
16.476.687
23
08-Feb-15
Pembayaran
8.436.000
260.881
8.175.119
8.301.568
24
08-Mar-15
Pembayaran
8.436.000
134.432
8.301.568
25.308.000
783.616
24.524.384
202.464.000
32.464.000
170.000.000
Total
77
= Rp. 1.352.563, Perusahaan pada tanggal 08 April 2013 mencatat kas sebesar Rp. 8.435.896,disebelah debet, sedangkan pendapatan sewa diterima dimuka dicatat sebesar Rp.
7.083.333,- dan pendapatan bunga diterima dimuka dicatat sebesar Rp. 1.352.563,disebelah kredit. seperti pada jurnal berikut :
08 Desember 2013
Kas
Rp. 8.435.896,Pendapatan sewa diterima dimuka
Rp. 7.083.333,Pendapatan bunga diterima dimuka
Rp. 1.352.563,Seharusnya perusahaan mencatat pendapatan sewa diterima dimuka sebesar Rp.
Cara Menghitung :
1. Pendapatan sewa diterima dimuka
= Pendapatan sewa sisa pendapatan sewa diterima dimuka
= Rp. 7.083.333,- 2. Pendapatan bunga diterima dimuka
= Sisa piutang x flat bunga x 3 tahun/36 bulan sisa pendapatan bunga diterima
= (Rp. 170.000.000,- x 9.54750515% x 2/ 24 - - Rp. 349.049, - )
= Rp. 1.003.514, 3. Pendapatan
= Angsuran per bulan sisa pendapatan
= (Rp. 8.435.896,- - Rp. 2.177.006,- )
= Rp. 10.612.902,Masalah yang terjadi pada perusahaan adalah : kesalahan pada pengakuan
pendapatan sewa dan pendapatan bunga pada tahun berikut yaitu tahun 2014,
diakui perusahaan sebagai pendapatan di tahun 2013. Seharusnya pengakuan sisa
pendapatan sewa dan sisa pendapatan bunga diakui pada tahun berikutnya, yaitu
tahun 2014. Maka pada tanggal 01 Januari 2014, perusahaan akan mencatat sisa
pendapatan sewa diterima dimuka dan sisa pendapatan bunga diterima dimuka
sebesar Rp. 349.049,-.
1. Januari 2014
Pendapatan sewa diterima dimuka
Pendapatan bunga diterima dimuka
Pendapatan
Cara Menghitung :
1. Sisa Pendapatan sewa diterima dimuka
78
79
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. PT. X menggunakan Direct Financial Lease dan Sale and Lease Back. Hal
tersebut dapat dilihat bahwa nilai wajar barang yang dileasingkan pada
permulaan lease adalah sewa dengan harga perolehannya dan nilai bukunya.
2. PT. X termasuk kedalam kelompok capital lease. Dimana penyewa guna
usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
Sewa Guna Usaha.
3. Dalam perlakuan dan pelaporan transaksi leasing, PT. X belum memenuhi
kriteria yang haruskan dalam Standar Akuntansi Keuangan tentang akuntansi
sewa guna usaha yaitu :
a. Saat memperoleh peralatan pada awal masa sewa guna usaha, perusahaan
langsung membebankan seluruh pengeluaran yang telah dilakukan tanpa
mencatat nilai perolehan dari aktiva yang telah dileasingkan. Selain ini
80
2.
81
Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan sewa guna usaha harus
diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.