Management Project Task
Management Project Task
PENDAHULUAN
I.
Latar belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta
jiwa dengan 68% diantaranya merupakan usia produktif, hal ini menyebabkan Indonesia
berpotensi menjadi negara dengan ekonomi terkuat di ASEAN. Dengan adanya pasokan energi
yang cukup dapat meningkatkan potensi industri yang besar bagi Indonesia dalam bersaing secara
global. Namun saat ini yang terjadi banyak pemadaman listrik yang dialami hampir setiap daerah
yang disebabkan kekurangan pasokan listrik. Bila hal ini tidak mendapat perhatian khusus dan
upaya terobosan luar biasa, maka krisis listrik bisa terjadi dalam 3-4 tahun kedepan. Kondisi ini
bukan hanya kurang mendukung aktifitas masyarakat, tetapi juga dapat menurunkan daya saing
industri dan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Cadangan listrik yang terbatas adalah cermin dari ketidakmampuan pasokan dalam
mengimbangi pertumbuhan kebutuhan. Penyebabnya adalah tertinggalnya pembangunan
pembangkit sebesar 6,5 % dibanding pertumbuhan permintaab listrik sebesar 8,5% dalam lima
tahun terakhir. Ketertinggalan itu akibat terkendala berbagai permaslahan sepeerti kurangnya
jumlah pembangkit listrik dan tingginya biaya produksi listrik.
Pembangkitlistriksangatdiperlukanuntukmenggerakkanrodapembangunandisemua
bidang.Padasaatsumberenergisuatupembangkitmelimpah,disaatitupulabiayapembangkitan
akanmurah.Begitujugasebaliknya,padasaatsumberenergimulaiberkurang,makadisaatitu
pulabiayapembangkitanakanmenjadimahal.KonsumsilistrikIndonesiasetiaptahunnyaterus
meningkatsejalandenganpeningkatanpertumbuhanekonominasional.Kebutuhanlistrikuntuk
masyarakatmaupunindustridiperkirakanbelumakantercukupi. Berikut merupakan data rasio
elektrifikasi daerah di Indonesia menurut provinsinya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa rasio pemenuhan kebutuhan listrik masih belum
bisa terpenuhi 100%. Dapat dilihat bahwa di pulai jawa sendiri khususnya Provinsi Jawa Timur
yang memiliki potensi Indusri yang besar, raio listrik hanya mencapai 83% dari total kebutuhan
listrik yang dibutuhkan. Sehingga perlu adanya terobosan untuk memenuhi kebutuhan listrik
hingga tercapai 100%.
Gambar 1.1 Rasio Elektrifikasi 2014
Pemerintah juga telah serius mendukung penuh dengan membuat kebijakan dan peraturan tentang
sumber energi terbarukan biogas yang akan ditetapkan di Indonesia khususnya wilayah Jawa dan
Bali untuk memenuhi kebutuhan listrik. Didukung dengan melimpahnya populasi sapi di jawa
timur yang mencapai 5.058.853 ekor Sapi, baik sapi potong maupun sapi perah. Dengan produksi
kotoran sapi segar per hari sekitar 20 50 Kg per hari dengan bobot sapi sekitar 400 600
kg/ekor, dengan mengasumsikan rata rata produksi kotoran sapi per hari per ekor adalah 35
kg/hari/ekor sapi didapatkan jumlah produksi kotoran sapi adalah 177.059,855 Ton/hari. sangat
potensial sekali untuk memproduksi biogas yang berbahan baku dari limbah kotoran sapi.
Sehingga faktor faktor tersebut mendasari didirikannya Open Cycle Purified Biogas Power
Plant.
II.2
(karbon) dan N (nitrogen) dalam bahan tersebut. Bahan organik yang umumnya mampu
menghasilkan kualitas biogas yang tinggi mempunyai rasio C/N sekitar 20-30 (Sasse, 1988) atau
20-25 (Dennis A., 2011). Berikut merupakan rasio C/N dari beberapa bahan organik :
Tabel 1.1 Rasio C/N beberapa bahan Organik
Jenis Kotoran
Rasio C/N
Urine
0.8
Kotoran Sapi
10-20
Kotoran Babi
9-13
Kotoran Ayam
5-8
Kotoran Kambing
30
Kotoran Manusia
Jerami Padi-padian
80-140
Jerami jagung
30-65
Rumput hijau
12
Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio C/N dari kotoran sapi mendekati rasio C/N
yang ideal untuk menghasilkan biogas. Berikut ini adalah spesifikasi kotoran sapi yang
dihasilkan dari sapi dengan bobot waktu hidup sebesar 635 kg untuk setiap harinya. Untuk sapi
dengan bobot hidup 315-800 kg dan kerbau dengan bobot 340-420 kg dapat menghasilkan
SapidenganBobot635kg
Kotoran Padat
Kotoran Cair
50.8 kg
51.1 liter
6.35 kg
5.4 kg
Sumber : Suyitno 2010
Pada umumnya, kisaran umum komposisi biogas yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel
1.3
Tabel 1.3. Kompoisi Biogas pada Umumnya
Komponen
% massa
CH4
81,1
CO2
14
H2O
H2S
2,2
N2 + O2
2,7
9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
Ekor Sapi
4000000
P.JAWA P.KALIMANTAN P.SULAWESI P.SUMATERA P.BALI P.MALUKU P.NUSA TENGGARA P.PAPUA
3000000
2000000
1000000
0
2010.0
2011.0
2012.0
2013.0
Tahun
grafik 1.1 Persebaran jumlah sapi potong maupun sapi perah di Indonesia tahun 20112013
sumber : direktorat jendral peternakan dan kesehatan hewan
Dari grafik1.1 dapat dilihat jumlah pesebaran sapi sangat terkonsentrasi di pulau jawa,
sehingga pulau jawa memiliki potensi yang besar untuk produksi biogas. Persebaran jumlah sapi
yang ada di pulau jawa pun tidak merata, dan dapat dilihat pada grafik dibawah :
6000000
5000000
4000000
PROV.JAWA TIMUR PROV.JAWA TENGAH
Ekor Sapi
PROV.JOGJA
3000000
2000000
PROV.DKI JAKARTA
1000000
0
2010.0
2011.0
2012.0
2013.0
Tahun
grafik 1.2 Persebaran jumlah sapi potong maupun sapi perah di Pulau Jawa tahun 20112013
sumber : direktorat jendral peternakan dan kesehatan hewan
Jawa Timur mempunyai pasokan bahan baku biogas terbayak di pulau jawa sehigga
memiliki potensi produksi biogas yang terbesar. Potensi produksi biogas dari seluruh kotoran
sapi tersebut kurang lebih adalah sebesar 7,082 m3/hari. Dengan mengasumsikan biogas
memiliki kandungan methane (CH4) sebesar 75% dan karbondioksida (CO2) sebesar 25% nilai
kalor (heating value) adalah sebesar 25,46 MJ/m3. Dengan nilai kalor tersebut 7,082 juta m3
biogas akan setara dengan 3257,9 ton gas LPG, 4,39 juta liter minyak tanah, 3,68 juta liter solar,
5,67 juta liter bensin, dan 17525,39 MWh listrik. Dengan kesetaraan seperti ini dapat dikatakan
Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber energi
terbarukan.
II.3
Marketing Aspek
Saat ini total kapasitas terpasang nasional sebesar 50.000 MW yang dibangun PLN
beserta pihak swasta sejak PLN berdiri. Dengan memperhitungkan proyeksi pertumbuhan
ekonomi 6-7% setahun, dalam lima tahun ke depan dibutuhkan tambahan kapasitas listrik
sebesar 35.000 MW atau 7.000 MW pertahun. Oleh karena itu, pemerintah tidak memiliki
pilihan lain kecuali harus menambah kapasitas listrik sebesar 35.000 MW. Program kelistrikan
ini menjadi program stategis nasional yang dikukuhkan dalam rencana pembangunan Jangka
Panjang.
Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur adalah merupakan bagian dari sistem
interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Kebutuhan beban dilayani dari energi transfer dari sistem
interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI) sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET (500
kV) dan SUTT (150 kV dan 70 kV), serta dari pembangkit-pembangkit kecil/embedded (PLTA
Wonorejo PJB, PLTM dan Captive) melalui jaringan Tegangan Menengah, pembangkit sendiri
(PLTD dan PLTM Sampean Baru), dan pembangkit sewa. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi
Jawa Timur sudah mencapai 83%.
Tabel 1.4 Pertumbuhan ekonomi, energi dan pelanggan di Jawa Timur
Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Penjualan
Energi (Gwh)
Produksi
Beban
Pelangg
Energi (Gwh) Puncak (MW)
an
2015
7,20
33.422
35.487
5.471
9.953.83
2
2016
7,20
36.104
38.310
5.854
10.416.9
08
2017
7,20
39.327
41.695
6.318
10.884.4
50
2018
7,20
42.704
45.242
6.797
11.356.4
13
2019
7,20
46.544
49.273
7.341
11.832.6
89
2020
7,20
50.633
53.580
7.913
11.993.6
41
2021
7,20
54.714
57.880
8.483
12.105.6
33
2022
7,20
59.014
62.403
9.078
12.218.1
12
2023
7,20
63.553
67.181
9.699
12.331.3
57
2024
7,20
68.355
72.234
10.351
12.445.4
40
Pertumbuha
n (%)
7,20
8,27
8,22
7,34
2,51
Prospek
Terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penggunaan biogas
sebagai pembangkit listrik energi biomassa (PLTBM). Indonesia adalah negara agraris dan
memiliki banyak peternakan yang tersebar di seluruh Indonesia, Menurut statistik dari
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, setiap provinsi memiliki rata rata ternak sekitar
500 ribu yang jika di jumlahkan Indonesia memiliki sekitar 13 juta ekor sapi perah dan sapi
potong. Namun pengolahan kotoran ternak belum dimanfaatkan secara optimal dan bahkan
menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Potensi produksi biogas dari seluruh kotoran sapi tersebut kurang lebih adalah sebesar
3
7,082 m /hari. Dengan mengasumsikan biogas memiliki kandungan methane (CH4) sebesar 75%
3
dan karbondioksida (CO2) sebesar 25% nilai kalor (heating value) adalah sebesar 25,46 MJ/m .
3
Dengan nilai kalor tersebut 7,082 juta m biogas akan setara dengan 3257,9 ton gas LPG, 4,39
juta liter minyak tanah, 3,68 juta liter solar, 5,67 juta liter bensin, dan 17525,39 MWh listrik.
Dengan kesetaraan seperti ini dapat dikatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk
memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber energi terbarukan.
Selain itu prospek penggunaan biogas adalah biogas sebagai green energy. Proses
pembuatan biogas dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan
apabila kotoran sapi tidak diolah dengan baik dengan kata lain biogas sumber energi ramah
lingkungan. Sebagai sumber energi listrik adalah biogas mampu mendukung energi bagi industri
rumah tangga dan indutri kecil menengah. Harga minyak yang mahal akan memungkinkan
biogas menjadi sumber energi alternative, dan penggunaan biogas relatif tidak menimbulkan
polusi.
I.5
Penggunaan Produk
Dalam perkembangannya, pabrik biogas dapat dapat menghasilkan 2 produk yaitu:
1. Gas methana sebagai pembangkit listrik
2. Pupuk organik dari bio-slurry
Sebagai sumber listrik sasaran produk dibagi menjadi dalam beberapa sektor, yaitu rumah
3. Dari sektor sosial, energi listrik sendiri dapat digunakan juga untuk menggerakkan segala
aktivitas public, seperti untuk transportasi, kesehatan, dan lain lain.
4. Energi listrik juga sangat potensial jika dijadikan bisnis, seperti pengadaan energi
terbarukan seperti energi air, angin, panas bumi, biomass, dan biogas.
Pada statistic ketenagalistrikan ESDM 2014, penggunaan listrik di Indonesia dapat dilihat pada
Gambar I.2:
PELANGGAN
Selain penggunaan listrik diatas, tenaga listrik di Indonesia juga digunakan untuk gedung
gedung perkantoran serta penerangan umum. Di kota kota besar, banyak sekali gedung
gedung perkantoran serta fasilitias fasilitas umum yang sangat penting untuk dialiri listrik
karena pusat di kota kota besar tersebut sebagai pusat penggerak ekonomi Negara Indonesia,
sehingga sangat penting tenaga listrik untuk terus dihasilkan.
IV.
Kriteria keberhasialan
V.
V.1
Asumsi
yang
sama
setiap
V.2 Resiko
Resiko dari didirikannya pabrik ini adalah :
1. Resiko Keselamatan kerja, ledakan karena gas methane mudah terbakar
2. Listrik yang dihasilkan tidak stabil karena komposisi gas yang dihasilkan tidak selalu sama
setiap jamnya
3. Keterlambatan konstruksi dari pihak kontraktor
4. Finansial (suku bunga, nilai tukar mata uang, eskalasi dan inflasi)
5. Resiko asuransi pengembalian modal, Mahalnya ongkos pemulihan kerugian (recovery costs)
pada pembangkit listrik Biogas dapat membuat berbagai pihak termasuk perusahaan asuransi
tidak bersedia memberikan perlindungan finansial, secara sebagian atau keseluruhan
6. Desain yang tidak sesuai spesifikasi atau murni kesalahan dalam desain dapat menyebabkan
desain ulang dalam masa konstruksi, pembongkaran konstruksi dan tambahan pekerjaan lain,
yang dapat berujung pada keterlambatan masa konstruksi dan peningkatan biaya EPC
V.3 Hambatan
Hambatan yang terjadi dalam pembangunan pabrik adalah :
1. Sengketa dalam pembebasan lahan untuk mendirikan pabrik Open cycle
purified Biogas di kabupaten Pasuruan
2. Tersedianya Air Industri di kabupaten Pasuruan dikarenakan sumber air
yang ada dan padatnya penduduk di kabupaten Pasuruan
disiapkan oleh :
Disetujui Oleh:
Surabaya 24 october 2012
Ir Suharjoso MM
Alvian Pratama
NRP: 2312100143