Anda di halaman 1dari 4

Prinsip

Klorida dalam sampel akan bereaksi dengan larutan perak nitrat membentuk
endapan putih. Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah kalium kromat.
Reaksi antara klorida dengan larutan perak nitrat adalah sebagai berikut :
NaCl

AgNO3

AgCl(s)

NaNO3(aq)

Apabila reaksi dalam smapel telah habis, maka kelebihan perak nitrat akan bereaksi
dengan indicator dan menghasilan endapan perak kromat berwarna merah bata.
Reaksi-reaksi tersebut berlangsung dalam suasana netral atau sedikit basa (tidk
diperbolehkan dalam suasana asam). Reaksi antara indicator dengan larutan perak
nitrat adalah sebagai berikut :
K2CrO4(aq)

2AgNO3(aq)

Ag2CrO4(s)

K2NO3(aq)

Sehingga pada saat terjadi perubahan warna larutan menjadi merah bata samar,
titrasi dihentikan, dan volume titran dicatat.
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di
mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri disebut
juga sebagai metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam
suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah:
Asam :

2CrO42-+2H-

Basa

CrO72-+H2O

2Ag+ +2OH2AgOH

2AgOH

Ag2O+H2O

Standarisasi AgNO3 dengan NaCl ( dengan indikator K2CrO4 ) Metode yang


digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan
indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi
kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai
dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan
putih secara permanen.
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan
bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam
NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO dari
K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi
merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl.
Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama
dengan jumlah mol grek NaCl.

Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan larutan baku
kalium atau amonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas
dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang
membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam lingkungan asam
nitrat 0,5-1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III)
akan diendapkan menjadi Fe(OH)3jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak
dapat ditunjukkan.
Prinsip:
Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan secara
berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar
AgNO3 yang tidak bereaksi dengan Cl- dititrasi dengan larutan standar tiosianat
( KSCN atau NH4SCN ) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+). Reaksinya sebagai
berikut ;

Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+
sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant
dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (putih)
Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion
kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)
SCN-(aq) + Fe3+(aq) FeSCN2+(aq)
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
Karena titrantny SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara
Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ dan SCNsedang untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan Xditambahkan Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi
untuk menentukan kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag+
tersebut, mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX:
Ag+(aq) (berlebih) + X- (aq) AgX(s)
Ag+(aq) (kelebihan) + SCN- (aq) (titrant) AgSCN(s)
SCN-(aq) + AgX (s) X-(aq) + AgSCN(aq)

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga titik
akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena
titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu
saling mempengaruhi. Dalam metode Volhard, menggunakan indikator Fe3+ dan
NH4SCN atau KSCN sebagai larutan standar. Cara Volhard ini biasanya dipakai untuk
menentukan kadar garam perak melalui titrasi langsung. Kadar garam klorida,
garam bromida, dan garam iodida dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan
AgNO3 berlebih. Dalam titrasi cara ini, pH harus dalam keadaan rendah agar ion
Fe+3 tidak mengalami hidrolisis. Dalam metode Volhard akan terbentuk endapan
putih AgSCN yang dihasilkan dari reaksi antaraion perak dan ion sianida. Titik akhir
titrasi akan tercapai, jika warna larutan berubah menjadi merah darah yang
ditimbulkan karena adanya endapan Fe(SCN)3 (Ersanghono, 1996).

Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas pengendapan perak


tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk
mengetahui adanya ion tiosianat berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung
atau tidak langsung. Cara titrasi langsung digunakan untuk menentukan kadar
perak dan cara titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar klorida.
Cuplikan yang mengandung klorida direaksikan dengan perak nitrat berlebih,
selanjutnya kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan tiosianat standar yang
diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya
warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat.
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari
Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-).
Kelebihan ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat
(KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen,
terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran
menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato
ferrat (III) yang berwarna merah.

Dalam proses titrasi ini terjadi pengendapan bertingkat, yaitu pengendapan ion
halida atau Cl- menjadi AgCl dan pengendapan garam AgSCN. Kedua garam
tersebut dalam sistem larutan ada dalam kesetimbangan sehingga persamaan
berikut dipenuhi.

Sebelum di titrasi, titrat berwarna kuning. Warna tersebut berasal dari indicator
kalium kromat yang berwarna orange. Setelah dititrasi, titran secara perlahan
berubah warna menjadi kuning keruh. Karena mulai terbentuk endapan putih perak
klorida. Kelebihan ion perak paada titrat bereaksi dengan ion kromat membentuk
endapan perak kromat yang berwarna merah bata. Perak kromat mengendap
terlihat secara sekilas, dan terurai kembali secara lambat pada titik ekivalen. Titik
ekivalen ditandai dengan perubahan warna yang belum konstan. Jika perubahan
warna sudah konstan, maka sudah memasuki titik akhir titrasi. Artinya titrasi segera
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai