Anda di halaman 1dari 1

Kepopuleran serta kefavoritan perang konvensional yang mengerahkan militer secara

terbuka, pasca berakhirnya Perang Dunia II (1939-1945) akhirnya meredup, terutama


semenjak Perang Dingin (Cold War) usai ditandai dengan jatuhnya Uni Soviet. Muncul
beberapa model perang baru sebagai reaksi atas dinamika politik sebelumnya, antara
lain proxy war (perang boneka, atau perang perwalian) misalnya (seperti yang saat ini
terjadi di Yaman dan Suriah), atau hybrid war (perang kombinasi), asymmetric
warfare (perang asimetris), currency wars (perang mata uang) (seperti yang saat ini
dilakukan Eropa dan Amerika terhadap Rusia, atau kelompok kapitalis internasional
saat memaksa Soeharto meneraapkan demokrasi pada tahun 1998) dan lain-lain.
Asymmetric warfare dimana arti dalam bahasa Indonesianya ialah peperangan
asimetris, atau juga disebut perang non militer, atau smart power,ataupun kerap
dinamai perang nirmiliter. Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang
dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang
berlaku, dengan spektrum perang yang sanga

Anda mungkin juga menyukai