Anda di halaman 1dari 14

BATASAN KOSAKATA DAN DIKSI

a.

Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata kata yang kita gunakan. Maka
dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita.
Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point point
penting tentang diksi, yaitu :

Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata kata mana yang harus dipakai untuk mencapai
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata
atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa
kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

b.

Kata-Kata Ilmiah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu saja sudah sangat sering mendengar kata ilmiah. Kata ilmiah
seringkali dihubungkan dengan bidang pendidikan atau hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, kata ilmiah memiliki arti bersifat ilmu. Secara
ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Namun, pengertian dari kata ilmiah
itu sendiri tidak lantas menjelaskan keilmiahan dari sebuah karya atau kegiatan yang bersifat ilmiah.
Untuk mengukur keilmiahan suatu karya atau kegiatan perlu ada tolok ukur.

c.

Pembentukan Istilah dan Defenisi


Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat
mengungkpakan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Syarat istilah yang baik :

1)

Paling tepat mengungkapkan konsep yang dimaksud.

2)

Paling singkat di antara pilihan yang ada.

3)

Bernilai rasa (konotasi) baik.

4)

Sedap didengar (eufonik).

5)

Bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.


Secara umum, definisi dibagi menjadi dua bagian, yaitu definisi nominal (suatu persamaan kata yang
tepat digunakan) dan definisi formal (definisi logis atau riel).
Definisi nominal digunakan untuk hal-hal yang sifatnya praktis dengan tujuan mempermudah
pemahaman. Ada beberapa macam definisi nominal, misalnya, sinonim atau persamaan makna,
definisi kamus atau penunjukan klas terhadap suatu benda atau barang, etimologi kata atau
penggunaan kata asing yang memerlukan penjelasan yang tepat dan persis dalam bahasa Indonesia,
stipulatif atau suatu batasan kata yang tidak ditafsirkan lain, (misalnya Menteri adalah Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia), dan antonim atau penyangkalan (misalnya orang mati adalah
orang yang tidak hidup).
Khusus untuk etimologi kata, kita harus mengartikan suatu kata asing sesuai dengan asal kata
asingnya. Pengertian yurisdiksi misalnya, yang terdiri dari juris (jus) = hukum dan diksi (dicere) =
berkata, dapat diartikan orang tidak boleh bicara di sini melainkan di tempat lain, yang mengandung
maksud lingkup kuasa pengadilan, atau lingkungan hak dan kewajiban serta tanggung jawab di suatu
wilayah, atau lingkungan kerja tertentu.
Makna kata
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa
adanya. Denotatif adala suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna
konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan
seperti ini adalah makna denotatif.
Makna Konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan
yang dikenakan kepada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif)
tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah
makna denotatif atau konotatif.
Kata rumah monyet mengandung kata konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama
lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah Rumah Asap.
Makna makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada denotatif. Makna denotatif adalah makna yang
umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misal:
Rumah Gedung, wisma, Graha
Penonton Pemirsa, Pemerhati
Dibuat Dirakit, Disulap
Sesuai Harmonis
Tukang Ahli, Juru
Pembantu Asisten

Pekerja Pegawai, Karyawan


Makna Konotatif dan Makna Denotatif berkaitan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna Denotatif ialah arti harfiah
suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang
bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Kalimat dibawah ini menunjukkan hal itu,
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan
tetapi, dalam kata manis terdapat suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti
kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pihak
lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan
kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat dibawah ini,
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil dari suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna
bekerja keras yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang
bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atua
ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong ke dalam kata yang bermakna konotatif.

Makna Umum Dan Khusus


Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau lele. Ikan tidak hanya mujair atau lele, tetapi ikan terdiri dari
beberapa macam, seperti gurame, sepat, tuna, baronan. Sebaliknya lele pasti tergolong jenis ikan; demikian pula dengan gurame,
sepat, tuna, dan baronang pastilah jenis ikan. Dalam hal ini kata yang acuannya lebih luas adalah Kata Umum, seperti ikan,
sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut Kata Khusus, seperti gurame, tuna, lele, baronang.
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas dibandingkan dengan kata
mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga melati, dahlia, anggrek dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti jenis bunga;
anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan senjenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut
kata umum, sedangkan kata dahlia memiliki acuan yang lebih khusus dan disebut kata khusus.

Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik dan spesifik.
Sapi, kerbau, kuda dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan
demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi,kerbau, kuda adalah kata khusus (spesifik).
http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.Sn4kqLKa.dpuf

Perubahan kosa kata


Perubahan bahasa yang paling mudah terlihat adalah pada bidang kosakata.paerubahan kosakata dapat berarti
bertambahnya kosakata baru, kosakata adalah berkat penambahan kata-kata baru dari berbagai sumber bahasa lain, yang telah
berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Kata festa dari bahasa prancis pertengahan (prancis modern fete dan prancis kuno
feste ) telah secara langsung serap bahasa inggris pertengahan yang menjadi feast dalam bahasa inggris modern.
Dlam perkembanganya sebuah bahasa bisa juga, karena berbagai sebab , akan kehilangan kosakatanya. Artinya , pada
masa yang lau kata-kata tersebut digunakan, tetapi kini tidak lagi. Istilah banyak kosakata lama yang sudah menghilangf di
gunakan kembali, misalnya mengelola , sempadan , kudapan, dan ragangan.
Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakata baru, hilangnya kosakata lama, dan
berubahnya makna kata. Perubahan kosakata atau penambahan kosakata terjadi karena:
1.

Proses penyerapan atau peminjaman kosakata. Misalnya kata algebra dipinjam dari bahasa
Arab dan diserap oleh bahasa Inggris.

2.

Proses penciptaan. Misalkan kata frigidaire berasal dari frigid plus air.

3.

Pemendekan dari kata atau frase yang panjang. Misalkan prof dari kata professor.

4.

Proses akronim. Misalkan kata ABRI dan UNESCO.

5.

Proses penggabungan utuh. Misalkan kata afternoon dan matahari.

6.

Proses penggabungan dengan penyingkatan. Misalkan motel dari kata motor plus hotel.

Bahasa juga mengalami pengurangan atau kehilangan kosakatanya. Terdapat beberapa kosakata yang
dulu digunakan namun sekarang sudah tidak digunakan lagi. Misalnya kata kempa yang artinya
stempel/cap, dan tingkap yang artinya jendela, dan masih banyak yang lainnya.
http://ngerti.wordpress.com/2010/04/20/perubahan-pergeseran-dan-pemertahanan-bahasa/
Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur
sangat penting, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepattepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kekpada kita
tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang menggungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun
tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Syarat ketepatan kata:

1.Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.


2.Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam
pemakaiannya berbeda-beda.
3.Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling
mempengaruhi).
4.Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri.
5.Menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)
6.Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.
7.Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
8.Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.
9.Menggunkan dengan cermat kata bersinonim.
10.Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara cermat.
Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi
1.Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna
konseptual.
Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini
adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual,
makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual,
referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna
kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan
yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna
konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang
bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun,
peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai
estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa
indah.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif),
tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah
makna denotatif atau konotaif.
Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab
nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makan denotatif ialah arti harfiah
suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang
bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Contoh:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan
tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti
kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak
lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan
kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Contoh lain:
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat.
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna berkerja keras
yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna
konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua
bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepala
Panjang tangan,
Sakit hati, dan sebagainya.
2.Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkrit.
Contoh:meja, rumah, mobil, air, cantik.

Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.
Contoh: ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang
bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan,
karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati.
Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata
konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau
generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup
Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan
detil yang menggunakan kata konkrit.
Contoh:
1.APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
2.Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk)
3.kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
3.Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman
kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa
seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk
kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Contoh:
agung, besar, raya.
mati, mangkat, wafat, meninggal.
cahaya, sinar.
ilmu, pengetahuan.
penelitian, penyelidikan.
4.Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh:
keras, lembek
naik, turun
kaya, miskin
surga, neraka
laki-laki, perempuan
atas, bawah
5.Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama.
Contoh:
Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman (bisa = mampu).
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).
6.Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)
7.Homograf
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama.
Contoh:
Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi (teras= pejabat tinggi).
Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).
8.Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh:
Kepala desa
Kepala surat
9.Hipernim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata
lainnya.
Contoh hipernim:
Hantu, ikan, kue

10.Hiponim
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Contoh hiponim:
Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain.
Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.
Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, dan lain-lain.
Sumber : http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/klasifikasi-kata-berdasarkan-diksi/
Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi
1.Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan
apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.Sering juga makna denotatif disebut
makna konseptual.
Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.Makna kata makan
seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna
konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional.
Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep
atau ide tertentu dari suatu referensi.Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan
menyangkut rasio manusia.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan
kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau
pukul.Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta
yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun,
peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika.Nilai estetika
dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman.Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil
(denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif).Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata
itu adalah makna denotatif atau konotaif.
Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata
lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa.Makan denotatif ialah arti
harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai
tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna
yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Contoh:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita.
Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.

Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek.Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan
seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di
pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan
kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Contoh lain:
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat.
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna berkerja
keras yang merupakan sebuah kata kiasan.Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna
konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau
ungkapan.Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepala
Panjang tangan,
Sakit hati, dan sebagainya.
2.Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak
membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan
mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa
dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
dihadapinya.
Contoh:
agung, besar, raya.
mati, mangkat, wafat, meninggal.
cahaya, sinar.
ilmu, pengetahuan.
penelitian, penyelidikan.
3.Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh:
keras, lembek
naik, turun
kaya, miskin
surga, neraka
laki-laki, perempuan
atas, bawah

4.Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama.
Contoh:
Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman (bisa = mampu).
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).
5.Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)
6.Homograf
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama.

Contoh:
Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi (teras= pejabat tinggi).
Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).
7.Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh:
Kepala desa
Kepala surat
8.Hiponim
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Contoh hiponim:
Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain.
Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.
Bolu, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, dan lain-lain.

Fungsi dan yang mempengaruhi Diksi :Hal-hal yang mempengaruhi diksi berdasar kemampuan pengguna bahasa :
- Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan gagasan utama.
- Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi .
- Sejumlah kosakata yang d idengar oleh masyarakat harus benar-benar dikuasai.
Fungsi dari diksi :
- Untuk mencegah kesalah pahaman.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.

- Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.- Supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau
pembaca.
Demikianlah beberapa pendefinisian kata oleh para ahli yang mungkin masih banyak lagi definisi lainnya
yang belum ditulis dalam tulisan ini. Namun, yang jelas, kata adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil
yang secara inhern memilki sebuah makna. [3]
C.
Perubahan Makna
Dalam pemilihan kata-kata, Anda juga harus waspada karena makna kata itu kerap kali
berubah atau bergeser. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, kadang-kadang berubah sama
sekali. Kata ibu, dahulu hanya mengandung arti wanita yang melahirkan, sekarang menjadi kata
umum untuk wanita yang sudah dewasa. Juga kata bapak, kakak, berlayar, kaisar, dan sebagainya.
Sebaliknya, kata pala yang dulu berarti semua macam buah, sekarang hanya dipergunakan untuk
semacam buah saja. Gejala itu merupakan gejala penyempitan arti. Contoh lain: sarjana (dulu kaum
cendekiawan), pendeta (dulu orang berilmu).
Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencangkup keseluruhan hubungan makna dengan alam di luar bahasa. Ia
berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata itu sesuai dengan kehendak
pemakai bahasa. Makna asosiatif dibedakan dalam beberapa macam seperti: makna konotatif
(konotasi), makna stilistik, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna interpretatif.
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna denotatif yang mendapat tambahan-tambahan sikap sosial,
sikap pribadi, sikap diri satu zaman dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Misalnya, - kata wanita secara konseptual bermakna manusia jenis kelamin wanita/betina,
dewasa. Akan tetapi, mungkin ada sikap tertentu yang diberikan orang kepadanya; antara lain modern
(pakai celana), rambut pendek, berani, kurang berperasaan, tidak pandai memasak. Hal ini
ditambahkan sebagai lawan konotasi dari perempuan yang dicirikan, misalnya : sopan santun,
emosional, kurang pandai jika dibandingkan dengan laki-laki, lebih senang tinggal di rumah, keduanya
mendapat konotasi yang berbeda.
Makna Stilistik dan Afektif
Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan kata dalam karang-mengarang atau
tuturan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Makna stilistik ada
hubugannya dengan gaya bahasa dalam bidang retorik. Makna ini dapat dibedakan berdasarkan :
1.

Profesi: bahasa hukum, bahasa ilmu pengetahuan, bahasa iklan, bahasa jurnalistik.

2.

Status: bahasa sopan, bahasa percakapan, bahasa resmi, dan bahasa tidak resmi.

3.

Modalitas: bahasa kuliah, bahasa memorandum, bahasa lelucon dan bahasa yang lainnya.

4.

Pribadi: bahasa gaya Soekarno, bahasa bung Tomo, bahasa gaya Rendra dan sejenisnya.
Secara stilistik kita dapat membedakan pemakaian kelas kata :
Misalnya : - kediaman

: sangat resmi

- istana

: resmi

- pondok

: puitis

- rumah

: umum, netral

Makna Afektif berhubungan dengan perasaan pembicara atau pemakaian bahasa secara pribadi
baik kepada lawan bicara maupun kepada objek pembicaraannya. Makna afektif lebih terasa secara
lisan, spontan daripada secara tertulis dan lebih tampak dalam kata-kata seruan.
Misalnya : - aduh, aha, amboi, mampus lu!
Makna Reflektif
Makna Reflektif berhubungan dengan makna konseptual yang satu dengan makna konseptual
yang lain. Dan makna reflektif ini cenderung ke arah sesuatu yang bersifat tabu, terlarang, kurang
sopan, suci atau sakral. Dalam pemilihan kata yang berkenaan dengan makna reflektif ini diusahakan
selain tepat juga sedapat mungkin tidak menyinggung perasaan siapa pun juga.
Misalnya: - Ia tidak berani menjadi

Ia tidak mempunyai keberanian

- Ia tidak malu menjadi

Ia tidak mempunyai malu

Dalam contoh kalimat kedua, tidak digunakan kata kemaluan untuk menyatakan mempunyai
malu, karena meskipun bentuk kemaluan adalah pemberian dari kata sifat malu, seperti
keberanian adalah pemberian sifat dari kata berani dengan imbuhan ke-an, orang tidak akan
memilih bentuk kemaluan karena bentuk ini menimbulkan refleksi atau asosiasi pada alat kelamin
manusia (yang berbeda sekali dari bentuk asalnya).
Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih banyak berhubungan dengan makna dalam frasa sebuah bahasa. Misalnya :kata cantik dan indah terbatas pada kelompok. Orang dapat mengatakan gadis itu cantik, bunga itu
indah, tetapi jarang sekali dikatakan pria itu cantik, namun pria itu tampan. Hubungan makna kolokatif
dalam bahasa Indonesia didasarkan pada asas kelaziman dan kebiasaan.
Makna Interpretasi
Jika makna-makna yang telah disebutkan di atas hanya dilihat dari sudut pembicara dan penulis,
maka makna interpretatif sebaliknya, yaitu berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan
pendengar atau pembaca.

Jika penulis A menulis atau berbicara dan B membaca atau mendengarkan, maka B akan
memberikan tafsiran dan tanggapan tentang apa yang dikatakan oleh A berdasarkan diksi A tersebut.
Tafsiran dan tanggapan B haruslah cocok dan sesuai. Makna yang muncul akibat tafsiran atau
tanggapan B terhadap diksi disebut makna interpretatif.
http://ainulyaq1n.blogspot.com/2012/08/bab-iii-ragam-dan-pilihan-kata.html

Pengertian dan jenis-jenis Makna Kata dalam Bahasa

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa
atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan
berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam
sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah
penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau
pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna
konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.
Makna Denotatif
Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau
makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah,
karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang
disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata
yang mengandung makna denotative.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak
berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat
ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan
(perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan
atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna yang
sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila
seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang
sebelah kanan sakit.
Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi tertentu.
Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga
mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi
karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan
mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan
sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang
ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau
makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang
mengandung makna kiasan atau makna konotatif.
Makna Leksikal
akna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari
leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna
leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal
dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini
sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan
dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai
masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna
asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik,
makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya
dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh
penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.
2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain,
dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram
serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
3. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan
masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri pembeda
utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara
mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.

5. Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca
atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).
Daftar Pustaka

Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia

Maskurun, 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Yudistira.

Parera. 1991. Sintaksis. Jakarta. Garamadia Utama.

Tjiptadi, Bambang.1984.Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira.

Anda mungkin juga menyukai