145130101111078
TRI SAPUTRA
145130101111079
DITA ARDIAH N.
145130101111080
MUHAMMAD KHOLIFH A.
DENA SETYO ARUM P
145130101111081
145130107111019
Ukuran tubuh
Ukuran tubuh betina:
- Panjang badan: 34 40 cm
- Rentang sayap: 110 cm
- Berat badan: 570 gr
Ukuran tubuh jantan:
- Panjang badan: 32 38 cm
- Rentang sayap: 107 cm
- Berat badan: 470 gr
Suara
Suara yang sering dikeluarkan oleh T. alba adalah cicitan serak
(parau)
Panggilan kawin dari individu jantan berupa cicitan yang
melengking dan berulang-ulang
Pada saat kembali ke sarang, individu dewasa terkadang
mengeluarkan suara parau seperti suara katak
Jika dikejutkan, T. alba mengeluarkan desisan, cicitan dan suara
gemeretak keras yang dilakukan dengan cara menggerakgerakkan lidahnya.
Mortalitas
Merupakan burung berumur pendek
Angka kematian tertinggi terjadi pada tahun pertama
kehidupan mereka, dengan rata-rata harapan hidup 1 2
tahun
T. alba tertua yang ditemukan di Amerika Utara mencapai
umur 11 tahun 6 bulan, sedangkan yang ditemukan di
Belanda dapat mencapai umur 17 tahun 10 bulan
Distribusi populasi
Dapat ditemukan di seluruh benua (kecuali Antartika),
termasuk di seluruh wilayah Australia dan Tasmania,
sebagian besar wilayah Inggris Raya, Eropa daratan,
wilayah Asia Selatan, Tenggara dan Barat, benua Afrika dan
sebagian besar wilayah Amerika Utara. Di Amerika Selatan,
T. alba dapat ditemukan di daerah padang rumput dan di
kepulauan Oceania, seperti kepulauan Galapagos
Indera penglihatan
Mata T. alba sangat peka sehingga dapat melihat pada
kegelapan. Kemampuan melihat dalam gelap ini dikatakan
sekitar 3 4 kali kemampuan manusia
Kedudukan mata yang tetap menghadap ke depan
memiliki kelemahan, terutama dalam hal mendeteksi
lingkungan sekitar. Untuk menanggulangi hal ini, T. alba
memiliki leher yang sangat fleksibel sehingga kepalanya
dapat diputar 270 derajat
Indera pendengaran
Lubang-lubang telinga T. Alba diselubungi oleh suatu lapisan
fleksibel yang tersusun dari bulu-bulu pendek seperti bulubulu yang menyelimuti lingkar mukanya. Lapisan tersebut
berfungsi sebagai keping pemantul (reflektor) suara.
Kelengkapan pendengaran seperti itu membuat T. alba
memiliki pendengaran yang peka dan bersifat mengarah
terhadap sumber bunyi, sehingga T. alba mampu mendeteksi
lokasi mangsa (dalam arah dan jarak) secara tepat meskipun
dalam keadaan gelap gulita sekalipun.
Paruh
T. alba memiliki paruh yang besar dan berbentuk melengkung
dengan ujung yang runcing dan tajam yang berfungsi untuk
membunuh mangsa, membawa mangsa pada saat terbang, dan
merobek-robek tubuh mangsa sebelum ditelan atau disuapkan
kepada anakannya.
Perilaku makan
T. alba dapat menelan utuh mangsanya atau membaginya dalam
ukuran yang lebih kecil sebelum ditelan. Daging dan bagian yang
lunak dari tubuh mangsa akan dicerna, sementara bulu-bulu dan
tulang belulang tidak dicerna dan kemudian secara berkala
dimuntahkan kembali dalam bentuk pellet
Perkandangan Burung
Hantu
Sarang buatan
Kebiasaan bersarang di lubang pohon misalnya, cukup
beresiko terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan
anakan, jika lubang pohon yang ada tidak cukup
memberikan ruang gerak
Metode perbanyakan populasi di lapangan yang sesuai
untuk T. alba adalah dengan menyediakan sarang buatan
di sekitar sarang induknya. Penempatan sarang buatan
haruslah memperhatikan luasan kebun yang ingin dicakupi
Sarang Adaptasi
Sepasang burung muda yang baru di peroleh dari daerah lain
hendaknya ditempatkan di lokasi (kebun) yang cocok yaitu:
- Berdekatan dengan areal terserang tikus.
- Gupon dipasang dibawah/berdekatan dengan pohon yang cukup
besar dan rindang.
- Gupon tidak berdekatan dengan lampu maupun keramaian
penduduk/anak-anak
Pada tiang gupon dipasang seng pengaman dan pada alas
gupondilapisi selasah (daun-daun kering) sekedarnya
Tempat minum juga disediakan di dalam gupon
Setiap hari disediakan makanan berupa tikus sawah atau mencit
Di bawah sangkar ditempatkan tong yang dipotong 1/4 bagian untuk
tempat beberapa ekor tikus hidup
TERIMA KASIH