Anda di halaman 1dari 29

BURUNG RAPTOR

Burung Hantu (Tyto


Alba)
ESTI LUTFI OKTAVIANI

145130101111078

TRI SAPUTRA

145130101111079

DITA ARDIAH N.

145130101111080

MUHAMMAD KHOLIFH A.
DENA SETYO ARUM P

145130101111081
145130107111019

Burung raptor adalah burung yang memiliki


cakar yang kuat dan tajam yang digunakan
untuk menangkap, mengoyak dan membunuh
mangsanya dan paruh yang melengkung dan
berkait tajam untuk menghancurkan
mangsa/makanannya.

Ciri yang khas yang membedakan burung raptor dari


kelompok burung lainnya, yaitu :
(1) kaki yang kuat dengan cakar yang juga kuat
dan sangat tajam
(2) paruh yang kuat, tajam dan bagian atasnya
melengkung, dan
(3) mata yang tajam. Pada burung hantu juga
dilengkapi dengan indera pendengaran yang tajam.

Burung Hantu (Tyto


Alba)

Karakterisik Burung Hantu (


T. Alba)
Morfologi umum
Badan bagian atas berwarna abu-abu terang dengan garisgaris gelap
Terdapat bintik-bintik pucat yang tersebar pada bulubulunya
Pada sayap dan punggung terdapat bintik-bintik lusuh
Badan bagian bawah berwarna putih dengan beberapa
bintik-bintik hitam (terkadang tidak ada)

Bulu-bulu pada kaki bagian bawah tipis (jarang)


Bentuk muka menyerupai jantung berwarna putih dengan tepi
berwarna kecoklatan
Pada tepi lingkar mata terdapat bintik-bintik berwarna coklat
Iris mata berwarna hitam
Kaki berwarna putih kekuning-kuningan sampai kecoklatan

Ukuran tubuh
Ukuran tubuh betina:
- Panjang badan: 34 40 cm
- Rentang sayap: 110 cm
- Berat badan: 570 gr
Ukuran tubuh jantan:
- Panjang badan: 32 38 cm
- Rentang sayap: 107 cm
- Berat badan: 470 gr

Suara
Suara yang sering dikeluarkan oleh T. alba adalah cicitan serak
(parau)
Panggilan kawin dari individu jantan berupa cicitan yang
melengking dan berulang-ulang
Pada saat kembali ke sarang, individu dewasa terkadang
mengeluarkan suara parau seperti suara katak
Jika dikejutkan, T. alba mengeluarkan desisan, cicitan dan suara
gemeretak keras yang dilakukan dengan cara menggerakgerakkan lidahnya.

Mortalitas
Merupakan burung berumur pendek
Angka kematian tertinggi terjadi pada tahun pertama
kehidupan mereka, dengan rata-rata harapan hidup 1 2
tahun
T. alba tertua yang ditemukan di Amerika Utara mencapai
umur 11 tahun 6 bulan, sedangkan yang ditemukan di
Belanda dapat mencapai umur 17 tahun 10 bulan

Habitat dan perilaku


T. alba ditemukan hidup di lahan-lahan terbuka yang ditumbuhi
pepohonan
Sangat jarang ditemukan di hutan yang tertutup
Aktif pada malam hari
Terkadang aktif pada senja hari dan dini hari, bahkan sesekali bisa
dijumpai sedang terbang pada siang hari
Pada siang hari, T. alba biasanya berdiam diri pada lubang-lubang
pohon, gua, sumur, bangunan-bangunan tua atau pada tajuk
pepohonan yang berdaun lebat.

Distribusi populasi
Dapat ditemukan di seluruh benua (kecuali Antartika),
termasuk di seluruh wilayah Australia dan Tasmania,
sebagian besar wilayah Inggris Raya, Eropa daratan,
wilayah Asia Selatan, Tenggara dan Barat, benua Afrika dan
sebagian besar wilayah Amerika Utara. Di Amerika Selatan,
T. alba dapat ditemukan di daerah padang rumput dan di
kepulauan Oceania, seperti kepulauan Galapagos

Fisiologis Tyto Alba


Kemampuan terbang
Tepi sayap T. alba memiliki jumbai-jumbai yang sangat
halus yang berfungsi untuk meredam bunyi kepakan sayap
sehingga ketika terbang tidak menimbulkan suara yang
menyebabkan mangsa tidak mampu mendengar
pergerakan T. alba.

Indera penglihatan
Mata T. alba sangat peka sehingga dapat melihat pada
kegelapan. Kemampuan melihat dalam gelap ini dikatakan
sekitar 3 4 kali kemampuan manusia
Kedudukan mata yang tetap menghadap ke depan
memiliki kelemahan, terutama dalam hal mendeteksi
lingkungan sekitar. Untuk menanggulangi hal ini, T. alba
memiliki leher yang sangat fleksibel sehingga kepalanya
dapat diputar 270 derajat

Indera pendengaran
Lubang-lubang telinga T. Alba diselubungi oleh suatu lapisan
fleksibel yang tersusun dari bulu-bulu pendek seperti bulubulu yang menyelimuti lingkar mukanya. Lapisan tersebut
berfungsi sebagai keping pemantul (reflektor) suara.
Kelengkapan pendengaran seperti itu membuat T. alba
memiliki pendengaran yang peka dan bersifat mengarah
terhadap sumber bunyi, sehingga T. alba mampu mendeteksi
lokasi mangsa (dalam arah dan jarak) secara tepat meskipun
dalam keadaan gelap gulita sekalipun.

Kaki dan jari


T. alba memiliki kaki-kaki yang panjang dan besar serta
dilengkapi dengan jari-jari dan kuku yang kokoh. Keadaan
ini membuat T. alba memiliki kemampuan yang baik dalam
mencengkeram mangsa. Kokohnya cengkeraman cukup
untuk membuat mangsa tidak berdaya (bahkan mati) pada
saat ditangkap.

Paruh
T. alba memiliki paruh yang besar dan berbentuk melengkung
dengan ujung yang runcing dan tajam yang berfungsi untuk
membunuh mangsa, membawa mangsa pada saat terbang, dan
merobek-robek tubuh mangsa sebelum ditelan atau disuapkan
kepada anakannya.
Perilaku makan
T. alba dapat menelan utuh mangsanya atau membaginya dalam
ukuran yang lebih kecil sebelum ditelan. Daging dan bagian yang
lunak dari tubuh mangsa akan dicerna, sementara bulu-bulu dan
tulang belulang tidak dicerna dan kemudian secara berkala
dimuntahkan kembali dalam bentuk pellet

Nutrisi Burung Hantu


Jenis mangsa
Makanan utama T. alba adalah hewan pengerat (rodentia) kecil
Di Australia, makanan pokok T. alba adalah mencit (Mus
musculus)
Di Amerika dan Eropa adalah tikus ladang, cecurut, mencit dan
tikus rumah
Mangsa lain dari T. alba adalah kelinci, kelelawar, katak, kadal,
beberapa jenis burung lain dan serangga
Seekor burung dewasa dalam kurungan berukuran 4 m x 4 m x
5 m mampu mengkonsumsi tikus R. tiomanicus hingga 5 (lima)
ekor dan membunuh tikus hingga 9 (sembilan) ekor per malam

Perkandangan Burung
Hantu
Sarang buatan
Kebiasaan bersarang di lubang pohon misalnya, cukup
beresiko terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan
anakan, jika lubang pohon yang ada tidak cukup
memberikan ruang gerak
Metode perbanyakan populasi di lapangan yang sesuai
untuk T. alba adalah dengan menyediakan sarang buatan
di sekitar sarang induknya. Penempatan sarang buatan
haruslah memperhatikan luasan kebun yang ingin dicakupi

Sarang Adaptasi
Sepasang burung muda yang baru di peroleh dari daerah lain
hendaknya ditempatkan di lokasi (kebun) yang cocok yaitu:
- Berdekatan dengan areal terserang tikus.
- Gupon dipasang dibawah/berdekatan dengan pohon yang cukup
besar dan rindang.
- Gupon tidak berdekatan dengan lampu maupun keramaian
penduduk/anak-anak
Pada tiang gupon dipasang seng pengaman dan pada alas
gupondilapisi selasah (daun-daun kering) sekedarnya
Tempat minum juga disediakan di dalam gupon
Setiap hari disediakan makanan berupa tikus sawah atau mencit
Di bawah sangkar ditempatkan tong yang dipotong 1/4 bagian untuk
tempat beberapa ekor tikus hidup

Setelah 1 bulan, sangkar dilepas dari gupon dan burung


dibiarkan hidup bebas di alam
Pada hari-hari biasa burung biasanya tidak tinggal dalam gupon
tetapi di pohon-pohon besar di sekitar gupon
Pada saat bertelur, burung akan kembali ke gupon dan akan
tinggal dalam gupon sampai anaknya cukup besar
Setelah sangkar adaptasi dilepas gupon perlu diperiksa setiap
bulan untuk memeriksa ada tidaknya telur
Makanan cukup disediakan dalam tong, dan diganti apabila ada
yang dimakan.

Gupon untuk adaptasi lingkungan

Pemeliharaan burung muda


Sampai burung muda cukup besar 3 bulan, makanan masih
dicukupi (disuapi) oleh induknya
Sebelum dapat terbang ( 1,5 bulan) anak burung
dipindahkan ke gupon khusus
Satu sisi gupon berupa jeruji/pilar kayu untuk memudahkan
induk menyuapi anaknya
Panjang gupon 1 m tinggi 50 cm lebar 60 cm dapat
menampung 6 burung
Kedalam sangkar juga disediakan tempat minum.

Cara Breeding Burung


Hantu (Tyto Alba)
Jika kondisi lingkungan memungkinkan, sepasang T. alba dapat berbiak
dua kali dalam setahun.
Pada daerah temperata dan sub Artik, perkembangbiakan (perkawinan
dan peletakan telur) terjadi pada musim semi.
Dalam satu musim kawin, individu betina T. alba dapat menghasilkan telur
sebanyak 3 6 butir (terkadang dapat mencapai 12 butir) dalam interval 2
hari
Telur dierami segera setelah telur pertama diletakkan dengan lama
pengeraman 30 34 hari. Karena peletakan telur berlangsung dalam
interval beberapa hari, maka penetasannya pun tidak bersamaan. Hal ini
menyebabkan terjadinya gradasi ukuran tubuh anakan yang baru
menetas.

Anakan T. alba berbulu putih dan diasuh oleh induknya


selama sekitar 2 minggu dan disapih setelah 50 55 hari.
Setelah itu, anakan tetap berada di sarang induknya
selama lebih kurang satu minggu untuk belajar berburu,
kemudian menyebar di areal sekitar sarang induknya itu. T.
alba muda dapat berbiak setelah berumur sekitar 10 bulan

BEBERAPA HAL YANG PERLU


DIPERHATIKAN DALAM
PEMBIAKAN BURUNG HANTU
Cari anakan dari suatu tempat dan tempatkan dalam satu kurungan (40
cm x 40 cm x 50 cm

Tempatkan anakan tersebut dibawah sarang buatan yang telah


didirikan. Bunyi anakan tersebut pada malam hari akan mengundang
burung dewasa untuk menghinggapi sarang buatan yang dibuat. Dengan
demikian, burung akan mengenali dan menempati sarang yang dibuat.
Pasang sarang buatan sebanyak 4-5 buah dengan jarak 500 m dari
bangunan dan demikian juga jarak satu dengan lainnya. Anakan yang
dewasa yang dihasilkan dari bangunan tersebut akan mencari tempat
untuk bersarang.

Ketika betina akan bertelur mereka mulai mencari sarang. Dianjurkan


untuk mendirikan sarang buatan sebanyak 4 - 5 buah untuk setiap
pasang yang kita lepaskan.

Keberhasilan pembiakan dan pengembangannya sangat


ditentukan oleh kepedulian perhatian serta campur tangan
manusia di lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan kerja sama
yang baik antara instansi terkait dengan kelompok tani serta
masyarakat setempat.
Penyuluhan secara intensif, integral dan terus menerus perlu
dilakukan sampai petani dan masyarakat setempat menyadari
manfaat keberadaan burung hantu.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai