Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

MODUL IV
BBLR

KELOMPOK VIII
Irmawati

: 10542029111

Muhammad Fajri Jarniady

: 10542029911

Nurul Hurun Iyn Aliah Yusuf

: 10542030311

Andi Hardianti Sucitra

: 10542046413

Indra Juniawan

: 10542046713

Gina Revana Dwi Aprilia

: 10542048613

Quraisy Jamal Sahil

: 10542051713

Nadziefah Ghina Faiqah

: 10542050113

Rasyidah Helviana

: 10542052313

Rezky Nurnadyah

: 10542052513

Sri Vitayanti

: 10542053513

BLOK REPRODUKSI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang
kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan
dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya
mengalami penyulit, dan memerlukan perawatan yang memadai, BBLR yang
cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu
bermasalah dalam perawatannya. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram, berat badan lahir merupakan prediktor yang baik untuk
pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidupnya. Seorang bayi yang cukup bulan
pada umumnya lahir dengan berat badan 2500 gran atau lebih, BBLR merupakan
salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal, Angka kejadian dan kematian BBLR akibat
komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia masih tinggi
(Sulani, 2011).
Bayi dengan BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan
BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia karena
penyebab kematian pada masa bayi baru lahir.
Berbagai faktor yang dapat meyebabkan terjadinya BBLR diantaranya
adalah faktor genetik, faktor demografi dan psikososial, faktor obstetrik, faktor
nutrisi, penyakit bawaan ibu, paparan racun, faktor pemeriksaan kehamilan
(Kramer, 1987)
Status gizi ibu akan mempengaruhi status gizi janin dan berat lahir bayi.
Penilaian status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan untuk
memperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya berat badan bayi rendah
sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat (Arisman,
2004).

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

SKENARIO:
Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40 tahun.
Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis, ketuban pecah
saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan
bayi tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per
menit, retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi terdengar
expiratory grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi
tampak kuning.
KATA SULIT

Skor Ballard : Cara menentukan umur kehamilan berdasarkan kematangan fisik

untuk menilai maturasi bayi


Expiratory grunting : Bunyi seperti dengkuran pada saat melakukan ekspirasi

KALIMAT KUNCI

Ibu 40 tahun
Bayi laki-laki BB 1500 gr
Skor balard 20
Ketuban pecah saat lahir jernih dan tidak berbau
Mulai disusui 2 jam setelah lahir tapi isapan lemah.
4 jam setelah lahir bayi sesak
Frekuensi napas 70x/menit
Expiratory grunting pd auscultasi bayi
Suhu axiller 36,3 C
2 hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning

PERTANYAAN
1) Bagaimana menilai usia gestasi dengan Ballard Score?
2) Bagaimana menilai bayi sesaat setelah lahir dengan Apgar Score?
3) Jelaskan definisi BBLR ?

4)
5)
6)
7)
8)

Klasifikasi BBLR berdasarkan umur kehamilan, berat badan lahir ?


Jelaskan Faktor resiko terjadinya BBLR dan apa yang diakibatkan oleh BBLR?
Jelaskan hubungan BBLR dengan gejala pada skenario?
Jelaskan penanganan BBLR ?
Jelaskan Pencegahan BBLR ?

JAWABAN
1. New Ballard Score
Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan
beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan.
Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas
neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi
skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan
maturitas

neuromuskuler

dan

maturitas

fisik

digabungkan,

kemudian

dengan

menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.


a.

Maturitas Fisik

Penjelasan :
1. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindung secara bertahap. Oleh karena itu, kulit
akan mengering dan menjadi kusut dan mungkin akan timbul ruam.Pada jangka panjang,

janin dapat mengalihkan mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
menambahkan efek untuk mempercepat proses pengeringan, menyebabkan kulit
mengelupas, menjadi retak seperti dehidrasi, kemudian menjadi kasar.
2. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Pada orang dewasa, kulit

tidak memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan
biasanya muncul terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28 kehamilan.
Penipisan terjadi pertama di atas punggung bawah, karena posisi janin yang tertekuk.
Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar pada daerah lumbo-sakral. Variabilitas
dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan
sebagian ciri-ciri keluarga atau ras, pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi tertentu.
Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki lanugo berlimpah di pinnae mereka
dan punggung atas sampai mendekati atau melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan
penilaian, pemeriksa memilih yang paling dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo
pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.
3.

Garis Telapak Kaki


Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak kaki. Penampilan pertama dari

lipatan muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin berhubungan dengan fleksi kaki di
rahim, tetapi bisa juga karena dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih telah dilaporkan

memiliki lipatan kaki sedikit pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini.
Di sisi lain dilaporkan, percepatan perkembangan neuromuskuler pada bayi kulit hitam
biasanya mengkompensasi ini, mengakibatkan efek lipatan kaki tertunda. Oleh karena itu,
biasanya tidak ada berdasarkan diatas atau di bawah perkiraan usia kehamilan karena ras
ketika total skor dilakukan. Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki
lipatan kaki. Untuk lebih membantu menentukan usia kehamilan, mengukur panjang kaki
atau jarak jari dan tumit. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada pita
pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki yang besar.
Untuk jarak kurang dari 40 mm, skor (-2) ; antara 40 dan 50 mm, skor (-1).

4.

Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk tumbuh

dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi janin. pemeriksa
catatan ukuran areola dan ada atau tidak adanya stippling (perkembangan papila dari
Montgomery). Palpasi jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya dengan
ibu jari dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan memilih yang sesuai
pada lembar skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat mempengaruhi variasi ukuran
payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu dapat menghasilkan
ginekomastia neonatus pada hari keempat kehidupan ekstrauterin.

5.

Mata / Telinga
Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian konfigurasi dan

peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan pematangan. Penilaian meliputi


palpasi untuk ketebalan tulang rawan, kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan
melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan pinna dilipat dan kembali menjauh dari
wajah ketika dilepas, kemudian memilih yang paling dekat menggambarkan tingkat
perkembangan cartilago.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dilepas.
Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembukaan kelopak mata sebagai
indikator tambahan pematangan janin. Pemeriksa meletakan ibu jari dan telunjuk pada
kelopak atas dan bawah, dengan lembut memisahkannya. Bayi yang sangat belum dewasa
akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat memisahkan
fisura palpebra walaupun dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan memiliki
satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau keduanya akan sebagian
dipisahkan oleh traksi ujung jari pemeriksa. Temuan ini akan memungkinkan pemeriksa
untuk memilih pada lembar skor (-2) untuk sedikit menyatu, atau (-1) untuk longgar atau
kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa tidak perlu heran menemukan variasi yang
luas dalam status fusi kelopak mata pada individu pada usia kehamilan tertentu, karena
nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan stres
intrauterin dan humoral tertentu.

6.

Genitalia Pria
Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum pada

sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri mendahului testis kanan yang biasanya baru
memasuki skrotum pada minggu ke-32. Pada saat testis turun, kulit skrotum mengental
dan membentuk rugae lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated dianggap
turun.

7.

Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit, sekitar 45

dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. hal ini menyebabkan klitoris dan labia
minora menonjol. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang datar sangat
menonjol dan mungkin menyerupai kelamin laki-laki. Pematangan berlangsung jika
ditemukan klitoris kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Lamakelamaan, baik klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora
yang makin besar. Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi oleh

nutrisi intrauterin. Gizi lebih dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan,
sedangkan gizi kurang seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh
tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan labia minora relatif
menonjol. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang diamati, karena skor yang lebih
rendah pada item ini atau pertumbuhan janin terhambat dapat diimbangi dengan skor
lebih tinggi pada item neuro-muscular tertentu.

b.

Maturitas Neuromuskuler

Penjelasan :
1.

Postur
Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan

ketahanan untuk meregangkan kelompok otot. Saat pematangan berlangsung, gerak otot
meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif yang berlangsung dalam arah
sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan ekstremitas atas. Untuk
mendapatkan item postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai
bayi mengendap dalam posisi santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang santai,
manipulasi lembut dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari posisi dasar
kenyamanan. bentuk yang paling dekat menggambarkan postur yang disukai bayi.

2.

Jendela pergelangan tangan


Fleksibilitas

pergelangan

dan

atau

resistensi

terhadap

pereganganekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada
pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut pada dorsum
tangan, dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak tangan dan lengan bawah
bayi diperkirakan; > 90 , 90 , 60 , 45 , 30 , dan 0 .

3.

Gerakan lengan membalik


Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana akan diukur

sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa menempatkan
satu tangan di bawah siku bayi. Kemudian, ambil tangan bayi dan pemeriksa membuat
lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat kemudian lepaskan. Sudut mundur lengan saat
kembali dicatat, dan dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan
menunjukkan pengembalian lengan.

4.

Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut dengan

pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan posisi bayi
berbaring telentang, kemudian paha ditempatkan lembut pada perut bayi dengan lutut
tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa menggenggam kaki
dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan lainnya. Jangan

berikan tekanan pada paha belakang. Kaki diperpanjang sampai resistensi pasti untuk
ekstensi. Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat digambarkan selama manuver
ini. Pada titik ini terbentuk pada sudut lutut oleh atas dan kaki bagian bawah diukur.
Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai bayi berhenti menendang
aktif sebelum memperpanjang kaki. b) Posisi terang akan mengganggu kehamilan
sungsang dengan ini manuver untuk 24 sampai 48 jam pertama usia karena kelelahan
berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi;
bergantian, skor yang sama dengan yang diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat
diberikan.

5.

Scarf Sign (Tanda selendang)


Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu. Bayi dalam

posisi berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi untuk garis tengah dan
meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. Ibu jari tangan lain
pemeriksa ditempatkan pada siku bayi.
Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah dada. Titik pada dada saat siku
bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat. Batasnya adalah:
leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae kontralateral (1); prosesus xyphoid (2);
papila mamae ipsilateral (3), dan aksila ipsilateral (4).

6.

Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes fleksi pasif atau

resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior. Bayi ditempatkan


terlentang dan tekuk ekstremitas bawahnya.
Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu telapak
tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi dan tarik ke arah telinga
ipsilateral.
Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor panggul posterior
dan lokasi dari tumit saat resistensi yang signifikan. Batasnya adalah: telinga (-1); hidung
(0); dagu (1); papila mamae (2); daerah pusar (3), dan lipatan femoral (4).

c.

Hasil Pemeriksaan

Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik


digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan
masa gestasinya.
Pada skenario, ballard skornya berada pada angka 20, sehingga
umur gestasinya, yaitu 32 minggu (prematur).
2. Apgar Score
Apgar score adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai
keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran ( Prawiharjo : 2002 ). Penilaian ini penting
untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah
frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas ( respiratory effort), tonus otot ( muscle tone),
warna kulit ( colour) dan reaksi terhadap rangsang ( respon to stimuli).
Setiap penilaian diberi angka 0,1,2 dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah
bayi normal (virgous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia
berat (nilai apgar 0-3).
Tabel Kriteria Apgar Score
Nilai 0
Warna kulit

Seluruh
badan

biru

dan pucat

Nilai 1

Nilai 2

Warna kulit tubuh

Warna kulit tubuh, tangan

normal

merah

dan

muda,

tetapi

muda, tidak ada sianosis

kaki

normal

merah

tangan dan kaki


kebiruan
Denyut jantung
Respon refleks

Tidak ada
Tidak
ada

< 100x/menit
Meringis
atau

>100x/menit
Meringis atau bersin atau

respon

menangis

batuk saat stimulasi saluran

terhadap

ketika distimulasi

nafas

Tonus otot

stimulus
Lemah atau

Sedikit gerakan

Bergerak aktif

Pernapasan

tidak ada
Tidak ada

Lemah atau tidak

Menangis kuat, pernapasan

teratur

baik dan terartur

Interpretasi Score

lemah

Jumlah score
7 10

Interpretasi
Normal
Asfiksia Ringan

Catatan
Memerlukan tindakan medis segera
seperti

46

penyedotan

menyumbat

jalan

lender

yang

napas,

atau

pemberian oksigen untuk membantu

03

Asfiksia Berat

bernapas.
Memerlukan tindakan medis yang
lebih Intensif.

3. Definisi BBLR
Berat bayi lahir randah adalah berat bayi <2500 g tanpa melihat usia gestasi.
WHO (1961) mengganti

istilah bayi prematur dengan Berat Badan Bayi Lahir

Rendah.Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2.500
gram pada waktu lahir bayi prematur. Bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi 2
golongan yaitu :
1. Prematur Murni
Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (Ester 2003 : 30-31).
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (Ester 2003 : 30-31).
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram) (Prawirohardjo, 2006 : 376).

4.

Klasifikasi BBLR
Usia kehamilan : BCB (37 42 minggu)
BKB (<37 minggu)
BLB (>42 minggu)
Berat badan
: KMK - dibawah persentil 10
SMK - diantara persentil 10 90
BMK - diatas persentil 90
Berat Badan
: BBLR 1500-2500 gr
BBLSR 1000-1500 gr
BBLASR - <1000 gr

5. Faktor resiko terjadinya BBLR


Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya BBLR adalah :
1) Faktor Ibu
Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin
seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun
kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur
berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil.
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih
tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda
berusia kurang dari 20 tahun. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah
berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan
kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi
kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20
sampai 35 tahun.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak
yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan
placenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.
Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2) Faktor Kehamilan
Hamil Dengan Hidramnion
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan
keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan

persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan


kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR .
Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22
minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi
utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia
dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke placenta yang mengakibatkan anemia pada janin
bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine.
Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom
gagal napas dan komplikasi asfiksia.
Komplikasi Hamil
a. Pre-eklampsia / Eklampsia
Pre-eklampsia / Eklampsia

dapat

mengakibatkan

keterlambatan

pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini
disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan
perkapuran di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban
pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
c. Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan
persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran
mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya
insufisiensi placenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering
terjadi kelahiran prematur .

3) Faktor Janin
Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir
Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi
ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi
hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin
dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap
janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan
kematian janin.
Hamil Ganda
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat
berbeda antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta
untuk kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan
ganda salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan
ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan
ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain,
sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih
tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan
penyebab utama.
4) Faktor Lingkungan
Sosial Ekonomi
Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomim rendah
karena kelompok penduduk ekonomi rendah, khususnya pada ibu hamil kurang
mampu membeli makanan sumber zat besi dikarenakan harga yang relative
mahal, kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang ada.

Geografis yang Buruk


Kondisi geografis yang buruk dapat menyebabkan anemia gizi. Serta
sulit untuk dijangkau dari segi pendidikan dan ekonomi seperti daerah terpemncil
serta daerah yang endemis dengan penyakit yang memperberat anemia seperti
kejadian endemis Malaria.
Faktor factor yang diakibatkan oleh BBLR
Bayi cenderung lahir premature
Kematian bayi pada masa perinatal
Gangguan mental dan fisik tumbuh kembang bayi
Status gizi yang buruk
Menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak
6. Hubungan BBLR dengan gejala pada Skenario
Mekanisme hipotermi pada BBLR
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu
normal bayi adalah 36,5-37,5 C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5C (suhu
ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36C atau kedua kaki & tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi
sedang (suhu 32-36C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32C, diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai
25C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian. Sedangkan menurut Sandra M.T bahwa hipotermi yaitu
kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35C. Etiologi Penyebab
terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1) Jaringan lemak subkutan tipis.
2) Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3) Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4) BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada
reaksi kedinginan.
5) Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi. Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :
a) Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek
yang dingin.
b) Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek
yang dingin.
c) Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.
d) Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi
(misal cairan amnion pada BBL).
Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :

HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer

dengan metabolisme anaerob.


Kebutuhan oksigen yang meningkat.
Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan

pulmonal yang menyertai hipotermi berat.


Shock.
Apnea.
Perdarahan Intra Ventricular.
Mekanisme Ikterus dengan BBLR
Jaundice atau Ikterus adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir,
kuning pada kulit dan bagian putih bola mata (sclera) karena kadar bilirubin yang
berlebih dalam darah. Bilirubin adalah hasil dari penghancuran normal sel darah
merah. Pada keadaan normal, bilirubin disalurkan dan diolah di hati kemudian
dikeluarkan sebagai empedu melalui usus. Ikterus muncul saat kadar bilirubin
melebihi kemampuan hati bayi baru lahir untuk mengolah dan mengeluarkan dari
tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh :
Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin lebih banyak dari orang dewasa
karena sel darah merah bayi baru lahir usianya lebih pendek sehingga

dihancurkan lebih cepat


Kondisi hati bayi baru lahir belum cukup matang untuk mengolah dan

mengeluarkan bilirubin dari darah secara maksimal


Kadar bilirubin yang diserap kembali dari usus cukup besar sebelum bayi
dapat mengeluarkannya dalam tinja
Kadar bilirubin (diatas 25 mg) dapat menyebabkan ketulian, cerebral palsy,

atau kerusakan otak. Pada beberapa kasus lain, ikterus dapat disebabkan gangguan
kelenjar tiroid. Ikatan Dokter Anak Amerika menyarankan bayi untuk diperiksa ada
atau tidak ikterus dalam beberapa hari setelah kelahiran.
Tipe ikterus
Tipe ikterus yang umum terjadi :

Ikterus fisiologis : paling umum terjadi, ikterus ringan karena fungsi hati yang
belum matang pada bayi baru lahir yang menyebabkan proses pengeluaran
bilirubin berjalan lambat. Umumnya muncul pada usia 2-4 hari dan menghilang
pada usia 1-2 minggu.

Ikterus prematuritas : umumnya muncul pada bayi prematur karena bayi prematur
belum bisa mengeluarkan bilirubin secara efektif. Ikterus pada bayi prematur
ditatalaksana pada batas kadar bilirubin yang lebih rendah daripada batas kadar
pengobatan bilirubin pada bayi cukup bulan.

Breastfeeding jaundice: ikterus yang muncul saat bayi ASI tidak mendapat cukup
ASI karena kesulitan dalam menyusui atau ASI ibu belum keluar. Ini tidak
disebabkan oleh ASI tetapi karena bayi belum mendapat ASI yang cukup.

Breastmilk jaundice: pada 1-2% bayi ASI ikterus dapat disebabkan karena bahan
yang dihasilkan dalam ASI yang menyebabkan kadar bilirubin meningkat. Bahan
ini dapat mencegah pengeluaran bilirubin melalui usus. Umumnya mulai usia 3-5
hari dan perlahan-lahan menghilang dalam 3-12 minggu.

Ketidakcocokan golongan darah (inkompatibilitas Rhesus atau ABO) : jika


golongan darah bayi berbeda dari ibu maka ibu dapat menghasilkan antibodi yang
dapat menghancurkan sel darah merah bayi. Penghancuran sel darah merah yang
berlebihan dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus karena
ketidakcocokan golongan darah dapat terjadi sejak hari pertama (<24jam).
Ketidakcocokan rhesus menyebabkan bentuk paling berat dari ikterus, saat ini
dapat dicegah dengan pemberian immunoglobulin rhesus pada ibu dalam 72 jam
setelah persalinan untuk mencegah pembentukan antibodi yang dapat
membahayakan bayi yang dikandung berikutnya

Mekanisme sesak (asfiksia ) dengan BBLR


Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi
yang dilahirkan dari ibun dengan komplikasi

misalnya diabetes mellitus,

preklampsiaberat atau eklampsia, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan (<34


minggu), kelahiran lewat waktu, plasenta previa, solusio plasentae, gawat janin,
serta

pemberian obat

anastesi

atau

narkotik

sebelum kelahiran.

(kapita

selektakedokteran : 502).
Bayi prematur secara umum bayi lahir dalam keadaan belum matang, dan
karena itu belum dilengkapi dengan kemampuan untuk adaptasi fisiologik di luar
uterus sehingga terjadi asfiksia. Hipoksia sering ditemukan pada Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR). Kejadian ini umumnya telah dimulai sejak janin di kandungan,
berupa gawat janin atau terjadinya stres janin pada waktu proses kelahiran.
Akibatnya, bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernapas spontan dan teratur pada
menit-menit pertama setelah lahir). Umumnya terjadi akibat belum matangnya paruparu, kekurangan bahan surfaktan yang berfungsi mempertahankan mengembangnya
gelembung paru, bayi akan mengalami sesak napas atau Sindroma Gangguannapas.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan
transisi akibat berbagai penurunan pada sistem pernapasan, diantaranya : penurunan
jumlah alveoli fungsional, defisiensi kadar surfaktan, lumen pada sistem pernapasan
lebih kecil, jalan napas lebih sering kolaps dan mengalami obstruksi, insufisiensi
kalsifikasi tulang toraks, lemah, kapiler-kapiler paru mudah rusak dan tidak matur.
Fungsi kardiovaskuler mengalami penurunan darah, perlambatan pengisian kapiler
dan gawat napas yang berlanjut walaupun telah dilakukan oksigenasi dan ventilasi.
Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan
tulang iga yang mudah melengkung, sehingga sering terjadi apneu, asfiksia berat dan
sindroma gangguan pernapasan. (Prawirohardjo, 2005 : 776).
Sejumlah kecil bayi, terutama bayi premature dan bayi yang dilahirkan dari
ibu diabetes, mengalami gawat napas yang berat pada jam-jam pertama kelahiran
smpai beberapa hari pertama setelah kelahiran, dan beberapa meninggal pada harihari berikutnya.salah satu penemuan yang paling khas pada sindrom gawat napas
adalah kegagalan epitel pernapasan untuk menyekresikan surfaktan dalam jumlah
adekuat, suatu substansi yang normalnya disekresi kedalam alveoli yang
menurunkan tegangan permukaan cairan alveoli, sehingga memungkinkan alveoli
untuk terbuka dengan mudah selama inspirasi. Sel-sel penyekresi surfaktan (sel-sel
epitel alveolus tipe II) belum mulai menyekresi surfaktan sampai akhir bulan ke-1
sampai ke-3 masa gestasi. Oleh karena itu, banyak bayi premature dan sedikit bayi
cukup bulan dilahirkan tanpa kemampuan menyekresikan cukup surfaktan, yang
menyebabkan kecendrungan kolapsnya alveoli dan perkembangan edema paru.
(GAYTON & HALL, fisiologi kedokteran : 1105).
Pada neonates dengan asfiksia, resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa
menunggu perhitungan skor apgar. Lankah resusitasi mengikuti ABC :
A) Pertahankan jalan napas bebas, jika perlu dengan intubasi endotrakeal

B) Bangkitkan napas spontan dengan stimulasi taktil atau tekanan positif


menggunakan bag and mask atau lewat pipa endotrakeal
C) Pertahankan sirkulasi jika perlu dengan komperesi dada dan obat-obatan.
Pada asfiksia ringan, berikan bantuan napas dengan oksigen 100% melalui bag
and mask selama 15-30 detik. Bila dalam waktu 30 detik denyut nadi masih dibawah
80x/menit, lakukan komperesi dada dengan dua jari pada 1/3 bawah sternum
sebanyak 120x/menit. Intubasi endotrakeal harus dilakukan (oleh tenaga ahli) pada
bayi yang tidak memberi respons terhadap bantuan napas dengan bag and mask atau
pada bayi dengan asfiksia berat. Terapi medikamentosa diberikan bila denyut nadi
masih di bawah 80x/menit setelah 30 detik kombinasi bantuan napas dan kompresi
dada atau dalam keadaan asistol.berikan 2 adrenalin 1:10.000 dosis 0,1-0,3 ml/kgBB
intravena/intratrakeal dapat diulangi tiap 3-5 menit. (kapita selektakedokteran : 502)
Hubungan Isapan bayi dengan BBLR
Adanya imaturasi atau kurang berfungsinya alat-alat tubuh untuk melakukan
isapan. Selain itu juga disebabkan oleh immaturasi susunan saraf pusat untuk
koordinasi refleks mengisap pada bayi premature.
Bunyi expiratory grunting pada BBLR
Expiratory grunting terjadi bila expirasi melawan glotis yang sebagian
tertutup. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas residual yang akan
meningkatkan ventilasi.
7. Penanganan BBLR
Mempertahankan suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan. Dalam ruang perawatan bayi, suhu dipertahankan tidak kurang dari
24oC atau jika bayi sangat kecil dimasukan ke incubator dengan suhu dipertahankan
26-32oC dengan kelembaban 65-75 %. Oksigen diberikan melalui kotak kepala
(head box) atau masuk ke dalam incubator secara terkontrol.
Mencegah infeksi
Infeksi dikontrol dengan perhatian khusus untuk mencegah penularan infeksi
dari pengunjung dan staf yang bertugas, dan hal-hal lain ke kamar perawatan bayi.
Mencuci tangan sebelum memegang bayi merupakan tindakan pencegahan yang
sangat penting.

Pengawasan nutrisi/ASI

Refleks mengisap BBLR belum sempurnah, oleh sebab itu pemberian


nutrisi/ASI harus dilakukan dengan cermat. Bila bayi tidak dapat mengisap tapi bias
menelan, langsung saja tetesi ASI dari puting susu ibu atau diberikan melalui
pipa/sendok.
Penimbangan
Perubahan BB mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan BB harus dilakukan dengan
ketat.
8.

Pencegahan BBLR
Pemeriksaan kehamilan secara berkala
Penyuluhan kesehatan kesehatan pertumbuhan janin
Perencanaan persalinan pada usia reproduksi sehat (20-34 tahun)
Dukungan sektor lain untuk peningkatan pendidikan Ibu dan status ekonomi
keluarga.
Mengingat bahwa perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui

dilaksanakan di negara maju ataupun di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia


membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya pencegahan pada masa pra
hamil dan masa hamil menjadi sangat penting. Pada masa hamil perawatan antenatal
harus mampu mendeteksi dini resiko terjadinya BBLR. Bila resiko ini ada maka
penatalaksanaannya yang tepat adalah merujuk kasus ke pusat pelayanan yang
memiliki kemampuan diagnostik lebih lengkap guna penelitian laboratorium,
sehingga terapi akan ditentukan dengan baik.
Adapun upaya-upaya lain yang dapat dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya BBLR :
Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.
Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan BBLR.
Tingkatkan penerimaaan keluarga berencana.
Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau
istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan
normal.
Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.2009.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.
Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard Score, expanded to include
extremely premature
infants. J Pediatrics 1991; 119:417-423. ------http://www.ballardscore.com
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. P.T. Bina Pustaka:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai