Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa saat ini , perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah
semakin maju. Diantaranya adalah perkembangan dunia transportasi di perkotaan.
Pada kenyataannya , di Indonesia sedang menghadapi masalah yang cukup rumit
berkaitan dengan transportasi darat, yang ada saat ini perkembangan kota selalu
lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan transportasi. Hal inilah yang
menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan transportasi di perkotaan,
seperti kemacetan, tingginya polusi udara dan polusi suara, tingginya tingkat
kecelakaan, dan lain-lain. Sistem transportasi darat yang berkembang semakin
cepat menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan
lalu lintas yang berkembang tersebut. Perkembangan tata jaringan jalan baru akan
membutuhkan ketersediaan lahan yang lebih luas. Kebutuhan lahan yang sangat
luas untuk sistem transportasi darat ini mempunyai pengaruh besar terhadap pola
tata guna lahan, terutama di daerah perkotaan. Di sini masalah lingkungan perlu
diperhatikan. Perubahan tata guna lahan akan berpengaruh terhadap kondisi fisik
tanah, serta masalah sosial dan ekonomi.
Kota Bekasi yang berdekatan pula dengan ibukota yaitu Jakarta, merupakan
salah satu kota yang terus mengalami perkembangan yaitu bertambahnya pusatpusat kegiatan baru, seperti pusat perdagangan, perkantoran, industri dan
sebagainya. Masalah utama yang terkait dengan masalah lalu lintas di Kota
Bekasi, terutama pada jalan-jalan dan kawasan rawan kemacetan di pusat kota
adalah kemacetan. Tingginya volume kendaraan yang tidak dibarengi dengan
penambahan infrastruktur jalan dikhawatirkan akan menyebabkan kemacetan total
pada tahun 2015 nanti. Bahkan, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, jumlah
titik kemacetan di Kota Bekasi tidak berkurang, melainkan bertambah.
Pemerintah Kota Bekasi sebelumnya sempat mencanangkan Kota Bekasi
bebas macet sejak setahun terakhir ini secara faktual titik kemacetan di Kota
Bekasi semakin bertambah. Saat ini, titik kemacetan tidak hanya terjadi di jalan
utama, tetapi juga terjadi pada jalan kolektor yang menghubungkan permukiman
warga dengan jalan utama. Tahun lalu, titik kemacetan hanya terjadi di jalan
utama. Namun, tahun ini mulai merambah ke jalan-jalan kolektor dan terjadi
1

hampir setiap hari, bukan saja saat jam kerja. Bahkan pada saat akhir pekan.
Kondisi inilah yang dikhawatirkan akan menyebabkan kemacetan total di Kota
Bekasi lima tahun mendatang. Terlebih, sampai saat ini Pemkot Bekasi belum
mempunyai rencana pembangunan atau pembuatan angkutan massal yang
nyaman. Padahal, angkutan massal itu, lanjut bisa menjadi salah satu solusi
kemacetan agar pengendara mobil dan sepeda motor beralih ke angkutan umum.
Pemerintah Kota Bekasi harus segera bertindak untuk mengatasi segala
permasalahan transportasi yang mulai muncul di Kota Bekasi. Terdapat beberapa
cara untuk mengatasi permasalahan transportasi di Kota Bekasi, seperti
peningkatan pelayanan publik dalam bidang transportasi khususnya angkutan
kota, pengaturan tata guna lahan, dan sebagainya. Dengan adanya solusi yang
ditawarkan diharapkan nantinya sistem transportasi di Kota Bekasi dapat
membaik dan membuat nyaman seluruh masyarakat Kota Bekasi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah
1. Untuk mengetahui kondisi geografis Kota Bekasi.
2. Untuk mengetahui kondisi pemerintahan Kota Bekasi.
3. Untuk mengetahui data statistik Kota Bekasi.
4. Untuk mengetahui sistem transportasi Kota Bekasi.
5. Untuk mengetahui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Bekasi.
6. Untuk mengetahui tata guna lahan Kota Bekasi.
7. Untuk mengetahui permasalahan Kota Bekasi.
8. Untuk memberikan solusi permasalahan transportasi Kota Bekasi.
1.3 Batasan Masalah
Dalam karya tulis ini batasan masalah dibatasi pada
1. Permasalahan transportasi
2. Sistem transportasi yang digunakan di Kota Bekasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Geografi dan Iklim Kota Bekasi
Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Nama Bekasi berasal dari kata bagasasi yang artinya sama
dengan candrabaga yang tertulis dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara,

yaitu nama sungai yang melewati kota ini. Kota ini sekarang berada dalam
lingkungan

megapolitan Jabodetabek dan

menjadi

kota

besar

ke

empat

di Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum
urban dan sentra industri, kota bekasi juga dijuluki sebagai Kota Patriot dan Kota
Pejuang. Kota Bekasi secara geografis berada pada posisi 1060 58 5 1070 17
45 Bujur Timur, 05054 50 060 29 15 Lintang Selatan. Posisi Kota berada di
sebelah wilayah Kabupaten Bekasi. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Satria dan Kecamatan Bekasi Utara,
Kabupaten Bekasi
2. Sebelah Timur : Kecamatan Bekasi Selatan dan Kecamatan Rawa Lumbu,
Kabupaten Bekasi
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Jati Asih, Kecamatan Jati Sampurna,
Kabupaten Bekasi dan kota Depok
4. Sebelah Barat : Kecamatan Pondok Gede Kabupaten Bekasi dan Provinsi
DKI Jakarta
Kota Bekasi mulai terbentuk sejak tahun 1997. Pada awalnya tahun 2001
sampai 2004 Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52 kelurahan, akan
tetapi pada tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 04 Tahun
2004 tentang pemekaran Wilayah Administrasi Kecamatan dan kelurahan, Kota
Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan dengan 56 kelurahan dengan luas secara
keseluruhan sekitar 21.049.000 Km2. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar
antara 6 sampai 13. Kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit yaitu
kecamatan Cikarang Pusat, Bojongmangu dan Muaragembong, sedangkan
kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Pebayuran.
Kecamatan terluas adalah Muaragembong (14.009 Ha) atau 11,00 % dari luas
kabupaten.
Kota Bekasi merupakan daerah dengan iklim panas, suhu berkisar antara
280-320C dan kelembaban antara 80%-90%. Kota Bekasi yang letaknya tidak jauh
dari laut secara tidak langsung dipengaruhi angin

Muson Barat pada Bulan

Nopember sampai Bulan April dan Angin Muson Timur pada Bulan Mei sampai
Bulan Oktober. Wilayah Kota Bekasi pada umumnya tergolong pada iklim kering
dengan tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi cuaca sehari-hari Kota Bekasi
relatif panas, namun hal tersebut lebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang terus
mengalami perubahan terutama untuk sektor industri dan perumahan. Curah hujan

yang terjadi di Kota Bekasi relatif tidak stabil. Data curah hujan Kota Bekasi
diperoleh dari data hujan yang tercatat dari statsiun hujan di wilayah perairan
Jatiluhur, dan masuk ke dalam Daerah Aliran Sungai Citarum. Struktur geologi
wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat
dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
Bekasi Utara : Struktur Aluvium
Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
Di Bekasi Selatan terdapat sumur gas JNG-A (1060 55 8,687 BT; 060
2054,051) dan Sumur JNGB (1060 55 21,155 BT; 060 21 10,498)

Gambar 2.1 Luas Wilayah Kota Bekasi Menurut Kecamatan


Sumber : BPS Kota Bekasi, (2015)

Gambar 2.2 Peta Kota Bekasi


Sumber : petatematikindo

2.2 Kondisi Pemerintahan Kota Bekasi


Kota Bekasi dipimpin oleh seorang Walikota yang dipilih secara langsung oleh
penduduk yang sudah mempunyai hak pilih melalui pemilihan Walikota
(PilWakot). Tahun 2013 telah terpilih Bapak Rahmad Effendi sebagai Walikota
dan Bapak Ahmad Syaikhu sebagai Wakil Walikota Bekasi untuk periode
kepemimpinan Tahun 2013-2018.
Dalam menjalankan kepemimpinan sebagai eksekutif, Walikota bekerja sesuai
dengan amanat masyarakat yang terwakili dalam Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) yang terpilih pada saat Pemilu Legislatif 2014. Tersedia
46 kursi untuk wakil rakyat kota Bekasi, dengan PDIP mendapat 12 kursi, disusul
Golkar dengan 8 kursi, PKS 7 kursi, Gerindra 6 kursi, Hanura 4 kursi, PPP 4
kursi, PAN 4 kursi sedangkan PKB hanya 1 kursi saja . Secara gender keanggotaan
Dewan sudah mulai adanya wakil rakyat dari kaum perempuan. Terbukti dari 46
kursi wakil rakyat, 8 kursi merupakan wakil rakyat perempuan. Dalam
menyelenggarakan pemerintahan, aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan
abdi masyrakat mempunyai peran yang penting menyelenggarakan berbagai tugas
baik itu tugas-tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan maupun dalam
tugas dalam pelayanan masyarakat (publik).
Guna menyelenggarakan berbagai kegiatan Pemerintah Kota Malang
menyediakan anggaran yang tercantum dalam Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Realisasi Anggaran yang digunakan pemerintah Kota
Malang Tahun 2015 mencapai Rp. 3,523 Trilyun. Dari total APBD, sebesar 40
persen untuk belanja tidak langsung atau pegawai, sedangkan 60 persen untuk
belanja publik atau belanja langsung sedangkan untuk penerimaan dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2014 sebesar Rp. 1,35 Trilyun.
2.3 Data Statistik Kota Malang
Tahun 2010 adalah tahun dilaksanakannya sensus penduduk di seluruh
wilayah Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 sebesar 0.80%.
berdasarkan laju pertumbuhan tersebut jumlah penduduk Kota Malang Tahun
2014 diproyeksikan sebanyak 845.975 jiwa.

Pertambahan dan pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun migrasi


membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kota. Namun
harus diakui secara empirik pertambahan penduduk kota terutama dari arus
pendatang menimbulkan permasalahan baru yang cukup kompleks baik fisik
maupun non fisik, terutama bagi kota yang tidak mempunyai daya dukung
terhadap pertambahan penduduk. Fungsi Kota Bekasi yang pada awalnya sebagai
wilayah penyangga, bergeser menjadi wilayah penyeimbang Ibu Kota Negara
Republik Indonesia, sebagai pusat pemerintahan, bisnis dan perdagangan, serta
kegiatan jasa dan usaha lainnya menjadi daya Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kota Bekasi Tahun 2014 2 tarik bagi pendatang untuk mencari
kerja maupun bertempat tinggal, sehingga memiliki pertumbuhan penduduk yang
cukup tinggi. Kota Bekasi tergolong sebagai wilayah yang padat penduduknya.
Pada tahun 2008 Jumlah Penduduk Kota Bekasi 1.793.924. Sampai dengan tahun
2014 jumlah penduduk Kota Bekasi telah mencapai 2.382.689. Dengan demikian,
selama kurun waktu 6 tahun pertumbuhan penduduk Kota Bekasi mencapai 23,71
persen. Tabel dibawah ini menunjukkan persebaran penduduk di Kota Bekasi
berdasarkan jenis kelamin. Apabila dilihat dari luas wilayah Kota Malang yang
memiliki luas 110,06 km2 dengan jumlah penduduk 845.975 jiwa, maka kepadatan
penduduk Kota Malang sebesar 7.686 jiwa/km2. Penyebaran kepadatan penduduk
di kecamatan dapat dilihat pada gambar peta kepadatan penduduk Kota Malang.
Kepadatan penduduk paling besar berada di wilayah Kecamatan Klojen (11.815
jiwa/km2),

sedangkan

yang

terendah

berada

di

Wilayah

Kecamatan

Kedungkandang (4.611jiwa/km2).
Jika dilihat dari piramida penduduk Kota Malang, nampak dasar piramida
relatif lebih pendek dibandingkan dengan bagian tengah piramida, keadaan ini
menggambarkan bahwa tingkat kelahiran relatif menurun. Kondisi diatas tidak
lepas dari upaya pemerintah dalam menekan angka kelahiran. Salah satu upaya
tersebut antara lain dengan program Keluarga Berencana (KB), yaitu program
penggunaan alat kontrasepsi kepada Pasangan Usia Subur (PUS). Dari hasil
pencatatan administrasi Badan Keluarga Berencana & Pemberdayaan Masyarakat
(BKBPM) Kota Malang jumlah jumlah peserta KB aktif sebanyak 100.216 PUS
dari 129.546 PUS. Alat kontrasepsi terbanyak menggunakan suntik (43.963
peserta).
7

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.3
Peta Wilayah Administrasi Kota Bekasi

Gambar 2.4 Grafik Inflasi Kota Bekasi


(Sumber : BPS Kota Bekasi, 2015 )

2.4 Sistem Transportasi Kota Bekasi


Menjamurnya permukiman di Kota Bekasi tidak diimbangi dengan
penyediaan infrastruktur jalan yang memadai. Hampir setiap hari jalan-jalan di
Bekasi khususnya dari dan menuju pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur,
padat dan terhambat. Di beberapa jalan seperti Jl. A.Yani misalnya rasio
kemacetan mencapai 0,89 artinya kendaraan melaju dengn kecepatan di bawah
40 km per jam. Masalah klasik pun dituding sebagai penyebabnya. Ruas jalan
yang tersedia tidak seimbang dengan mobilitas kendaraan yang melintas. Arus
lalu lintas dari dan ke Kota Bekasi hanya dilayani satu terminal angkutan umum.
Kondisinya pun tidak terawat, jorok, banyak kubangan jika hujan, onggokan
sampah, selain masalah keamanan yang rawan. Penumpang dan bus menjadi
enggan masuk terminal. Akibatnya bermunculan terminal-terminal bayangan di
sepanjang jalan. Upaya Pemerintah Daerah Kota Bekasi untuk mengatasi
kesemrawutan lalu lintas terlihat dengan adanya beberapa ruas jalan yang
dilebarkan seperti Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Chairil Anwar, dan Jl.Ngurah Rai. Ada
10

yang sudah pembangunan fisik maupun seputar pembebasan lahan. Ada pula
rencana pembangunan terminal baru bertipe A yang menampung bus-bus Antar
Kota Antar Provinsi (AKAP).
Dalam Rancangan APBD Kota Bekasi tahun 2002, anggaran belanja bidang
transportasi menempati peringkat pertama sekitar 27% dari total belanja
pembangunan yang dianggarkan sebesar Rp 195,5 milyar. Untuk mengadakan
pelebaran jalan masih ada kendala yang dirasakan Pemda Kota Bekasi. Tak lain
karena wilayah ini terlanjur terkepung baik oleh bangunan maupun geografisnya
berupa kali atau sungai. Jalan keluarnya adalah dengan pembangunan jalan
flyover atau jembatan. Panjang jalan total seluruh Kota Bekasi adalah 322,79
km, yang hampir seluruhnya adalah jalan beraspal dan hanya sebagian kecil saja
yang merupakan jalan tanah. Kondisi jalan, sebagian besar baik, mencapai
66,75% dari total panjang jalan. Sedangkan jalan dengan kondisi sedang
sebanyak 12,53%, kondisi rusak 13,94% dan 6,78% sisanya rusak berat. Berikut
ini adalah tabel panjang jalan menurut jenis permukaan, kondisi dan kelas jalan
di Kota Bekasi tahun 2003.

Karakteristik
Transportasi
Publik di

Kota Bekasi
dijabarkan

sebagai

berikut

Jenis dan

Alokasi

A.

Transportasi
Publik di

Kota Bekasi

Jenis

transportasi

publik di

Kota Bekasi
khususnya

bidang angkutan meliputi angkutan orang dan angkutan barang. Angkutan orang
meliputi taxi, mini bus, mikro bus, bus dan angkutan kota. Selain itu terdapat
sarana transportasi publik massal yang juga banyak digunakan masyarakat

11

Bekasi yaitu kereta api. Berikut adalah tabel data angkutan bidang angkutan
tahun 2010.

B. Sistem Operasional dan Trayek Angkutan Umum di Kota Bekasi Sistem


operasional angkutan umum di Kota Bekasi memiliki rute-rute pokok yaitu
:Terminal Induk Bekasi, Terminal Pondok Gede, Terminal Perumnas I dan
Terminal Sumber Arta. Sedangkan untuk transportasi massal seperti kereta api 167
hanya terdapat satu yaitu stasiun Bekasi. Jumlah lintasan trayek angkutan kota di
wilayah Kota Bekasi sebanyak 35 lintasan trayek yang perizinannya menjadi

12

wewenang Dinas Perhubungan Kota Bekasi. Adapun trayek angkutan kota di


Bekasi sebagai berikut:

C. Frekuensi Lewat Tersedianya jumlah angkutan umum di setiap trayek telah


ditentukan berdasarkan kebutuhan yang ada dan disesuaikan dengan kondisi
permintaan (demand)

dan penawaran

(supply).

Perbedaan

inilah

yang

menyebabkan frekuensi angkutan umum yang lewat juga berbeda. Semakin


banyak jumlah angkutan maka frekuensi yang lewat semakin sering sehingga

13

penumpang tidak perlu menunggu dalam waktu lama dan sebaliknya semakin
sedikit jumlah angkutan umum frekuensi yang lewat semakin jarang dan sulit
untuk ditemui.

D. Sistem Pengangkutan 168 Menurut jenis transportasi yang ada di Kota


Bekasi, sistem pengangkutan yang ada untuk tiap transportasi adalah stasiun,
terminal dan halte. Kota Bekasi sendiri memiliki satu stasiun, satu terminal induk
dan tiga sub terminal seperti terminal Pondok Gede, terminal Sumber Arta dan
terminal Perumnas I serta 25 halte yang tersebar di Kota Bekasi. Stasiun Bekasi
adalah stasiun KA yang terletak di Jl. H. Juanda, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Penyediaan Transportasi Publik Oleh Pemerintah dan Swasta Kota Bekasi
memiliki cukup banyak angkutan kota berupa minibus dengan kapasitas
penumpang maksimal 14 orang yang juga biasa disebut KOASI (Koperasi
Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga kota dari terminal Bekasi menuju
perumahan di wilayah Kota Bekasi. Sedangkan ojek masih digunakan sebagai
sarana angkutan dalam perumahan. Dalam hal ini Dinas Perhubungan (DISHUB)
tidak memiliki kapasitas dalam penyediaan transportasi itu sendiri tetapi lebih
kepada penyediaan regulasi terkait sarana dan prasarana dan manajemen lalu
lintas. Selain itu sarana transportasi massal kereta api khususnya di Kota Bekasi
menjadi salah satu alternatif pilihan yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat terutama para pekerja. Hal ini karena kereta api dianggap sebagai
transportasi yang menawarkan pilihan yang baik dari sisi harga dan juga sistem
operasionalnya. Berbeda dengan angkutan kota dan bus, manajemen transportasi
kereta api sebagian besar berada dibawah wewenang pihak swasta dan sisanya
oleh pemerintah.

14

Keberadaan jenis kereta api di Bekasi sendiri terbagi menjadi kereta


commuter dan juga kereta ekonomi dengan ketersediaan masing- masing jumlah
unit enam buah untuk commuter dan dua buah untuk kereta ekonomi. Dalam hal
ini pengelolaan commuter berada dibawah PT KCJ (Kereta Commuter Jaya)
sebagai penanggung jawab, sedangkan kereta ekonomi dipegang oleh pemerintah
dibawah DAOP/PT. KAI. Perbedaan pengelolaan ini memberikan penilaian yang
juga berbeda. Kereta commuter menawarkan pilihan yang lebih baik. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi kereta yang terlihat lebih bagus dan terawat, selain itu dalam
hal kenyamanan commuter dirasa sudah cukup baik dengan tersedianya pendingin
udara dalam kendaraan dan kebersihan armadanya menyebabkan commuter
memiliki poin lebih meskipun dari sisi biaya harga tiket untuk penumpang lebih
tinggi yakni sebesar Rp6.500,00. Berbeda dengan commuter, dari sisi
kenyamanan kereta ekonomi dirasa masih kurang bila dibandingkan dengan
commuter. Selain dari tidak tersedianya pendingin udara, kereta ekonomi
cenderung lebih tidak terawat. Namun dari sisi biaya, kereta ekonomi
menawarkan biaya yang jauh lebih murah dibanding kereta commuter yaitu
sebesar Rp1.500,00 tiap orang sekali perjalanan. Ini dikarenakan subsidi
pemerintah yang diberikan khusus kepada masyarakat pengguna kereta ekonomi.
Banyaknya keluhan masyarakat tentang masih kurangnya manajemen kereta
menyebabkan pihak pengelola berbenah diri dengan menerapkan kebijakan baru
yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan
kepada para pengguna. Berdasarkan telegram No AL/ 86 tanggal 14 Februari 2012
untuk memenuhi pembatasan kapasitas penumpang KA Lokal 150 orang tiap
kereta, mulai 1 Maret 2012 maka KA Lokal di lintas JABODETABEK tidak
berhenti kecuali Pasar Senen dan Bekasi kecuali KA 279B (Karawang- Jakarta).
Penjualan dengan tiket komputer tercetak dan tiket dijual dibatasi maksimal 150%
dari kapasitas 169 tempat duduk sehingga penumpang yang tidak memiliki tiket
akan diturunkan. Selain itu dari sisi peningkatan mutu pelayanan, upaya yang
dilakukan pemerintah ialah dengan diterapkannya sistem pembelian tiket kereta
api komersial yang dapat dibeli 90 hari atau tiga bulan sebelum hari
keberangkatan. Dalam hal ini pemesanan juga dapat dilakukan di stasiun- stasiun
online, agen resmi kereta api terdekat, contac center 121, POS Indonesia,
15

Indomaret dan CITOS connection. Peraturan ini resmi diberlakukan mulai tanggal
8 Maret 2012. Tabel 4.12 berikut menginformasikan jadwal pemberangkatan
kereta api ekonomi dan commuter dari stasiun Bekasi.
Pemanfaatan Pelayanan Transportasi Publik oleh Penduduk Pemanfaatan
layanan transportasi publik yaitu upaya yang dilakukan oleh penduduk dalam
menggunakan jasa transportasi publik untuk mencapai tempat yang dituju. Dalam
hal ini terdapat beberapa hal yang dikaji terkait hal yang mempengaruhi
pemanfaatan layanan transportasi publik seperti; (a) tingkat pendidikan, (b)
pendapatan, (c) kepemilikan kendaraan pribadi dan (d) jenis kegiatan masyarakat.
Pemanfaatan transportasi publik yang banyak digunakan oleh masyarakat tidak
luput dari berbagai alasan. Alasan tersebut diantaranya ialah murah, cepat,
nyaman, aman, tidak memiliki kendaraan dan lainnya. Berbagai macam alasan ini
didasarkan pada bagaimana si pengguna transportasi publik lebih merasakan
kemudahan dalam menggunakan transportasi publik tersebut. Berikut adalah tabel
yang memuat alasan penggunaan transportasi publik oleh masyarakat

Dari beberapa alasan yang disediakan kebanyakan responden memilih


menggunakan transportasi publik karena alasan murah yaitu sebanyak 42,22%
sedangkan alasan terbanyak setelah murah ialah karena alasan cepat yaitu sebesar
32,22%. Persentase penggunaan transportasi publik terendah yaitu dengan alasan
aman sebesar 3,33%. Kebanyakan pengguna transportasi publik memang lebih
mempertimbangkan sisi ekonomi dalam pemilihan moda transportasi untuk

16

melakukan aktivitasnya. Pemanfaatan transportasi publik oleh masyarakat di Kota


Bekasi digunakan oleh beberapa kelompok masyarakat yang secara umum
memanfaatkan jasa transportasi publik diantaranya anak sekolah/ mahasiswa, para
pekerja seperti karyawan, guru, PNS dan wiraswasta. Frekuensi pemanfaatan
terbagi dalam beberapa kategori diantaranya kategori jarang, sering dan selalu.
Kategori ini didasarkan pada keterangan dalam waktu hitungan hari per minggu.
Kategori jarang diasumsikan jika penggunaan transportasi dilakukan dalam 1-2
hari/ minggu, kategori sering diasumsikan jika penggunaan transportasi dilakukan
3-5 hari/ minggu dan kategori selalu diasumsikan jika penggunaan 170
transportasi dilakukan 6-7 hari/minggu.

Kebijakan Layanan Transportasi Oleh Pemerintah Kota Bekasi Sebagai kota


Metropolitan, Bekasi merupakan kota yang tidak dapat terpisahkan dari Ibukota
Jakarta. Berbicara tentang Kota Bekasi, bukan lagi bicara masalah perkembangan
melainkan konsep penataan. Kota sebagai komponen yang spesifik dan memiliki
keunikan tersendiri sehingga tidak bisa bersifat komplementer terhadap Tata
Ruang Regional. Dalam hal ini Kota Bekasi itu sendiri memiliki konsep penataan
ke arah infrastruktur dan perkembangan permukiman. Dokumen Rencana Tata
Ruang dan Tata Wilayah Kota Bekasi menjelaskan tentang peran transportasi yang
dilakukan secara terintegrasi dengan JABODETABEK. Dari sisi tata ruang,
Bekasi merupakan bagian dari metropolitan mall yang memiliki inti wilayah
JABODETABEK sebagai mendukung aktifitas di dalamnya. Saat ini arahan
17

RTRW sudah dikembangkan dengan cara mengembangkan jalan yang terintegrasi


yakni jalan darat dan jalan rel perlintasan kereta api. Dalam mewujudkan
perkembangan jalan yang terintegrasi pula saat ini pemerintah tengah melakukan
upaya menciptakan sarana transportasi massal yang diharapkan berkontribusi
lebih baik. Rencana pengembangan angkutan massal memang masih pada tahap
awal pembicaraan.
Selain dari feeder yang telah dibuat, Pemerintah Kota Bekasi kini tengah
menyusun pengadaan transportasi massal seperti kereta komuter dan BRT (Bus
Rapid Transit) yang dikembangkan dalam 10 tahun kedepan serta diharapkan
mampu mengatasi kebuntuan arus lalu lintas di rute Bekasi- Jakarta. Dua shelter
Transjakarta telah dipilih sebagai tujuan yang akan menghubungkan armada dari
Kota Bekasi. Dua titik shelter penghubung itu ialah Kampung Rambutan dan
Pulogadung. Penentuan dua lokasi shelter tersebut dipilih oleh Dinas Perhubungan
DKI Jakarta. Selain itu sebanyak 15 armada bantuan dari Direktorat Jenderal
Angkutan Darat Kementerian Perhubungan siap dioperasikan untuk melayani dua
tujuan tersebut. Selain itu shelter di Terminal Kota Bekasi serta empat lainnya di
sepanjang lintasan menuju pintu tol Bekasi Timur pun tengah dipersiapkan.
2.5 Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kota Bekasi

Kota Bekasi yang dibentuk Tahun 1997 sebelumnya merupakan bagian dari
wilayah Kabupaten Bekasi, dimana masing-masing wilayah tersebut dalam
perkembangannya mempunyai potensi perekonomian yang berbeda. Awalnya,
kedua daerah memiliki karakteristik perekonomian yang hampir sama yang
ditunjukkan dengan besarnya peranan sektor industri dalam perekonomiannya.

18

Namun, dalam perkembangannya perekonomian Kota Bekasi mengalami


perubahan potensi ekonomi dari sektor Industri ke sektor Perdagangan dan Jasa.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu daerah diperlukan suatu
indikator ekonomi yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, dimana tahun
dasar yang dipakai adalah tahun 2000. Data yang disajikan adalah data series
tahun 2010 sampai 2013. Disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan. Dimana PDRB Tahun 2013 merupakan angka sementara dan data Tahun
2012 merupakan angka perbaikan. PDRB perkapita di Kota Bekasi tahun 2013
adalah sebesar Rp.18.912.208,- meningkat dibandingkan Tahun sebelumnya yang
hanya sebesar Rp. 17.706.402,-. Angka ini memiliki makna bahwa rata-rata
pendapatan masyarakat di Kota Bekasi pada tahun 2013 sebesar Rp.18.912.208,-.

19

Berdasarkan

data

PDRB

Tahun 2009 - 2013, pertumbuhan ekonomi mengalami


pola yang berbeda. Laju Pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2013
mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami
laju pertumbuhan paling tinggi dibandingkan tahun sebelumnya adalah sektor
bangunan sebesar 14,56 persen. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan
paling lambat adalah sektor pertanian yaitu pada tahun 2012 pertumbuhannya
0,24 persen dan pada tahun 2013 pertumbuhannya 1,58 persen.

20

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa pertumbuhan perekonomian Kota


Bekasi periode Tahun 2009 - 2011 menunjukkan trend yang meningkat. Dimulai
dengan laju pertumbuhan ekonomi 4,13 persen, pada tahun 2010 laju
pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi meningkat menjadi 5,84 persen dan pada
tahun 2011 perkonomian Kota Bekasi kembali meningkat, bahkan melebihi
pertumbuhan ekonomi secara nasional yaitu 7,08%. Namun pada tahun 2012 laju
pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi terkoreksi menjadi 6,85 persen dan kembali
terkoreksi 0,04 persen di tahun 2013 menjadi 6,81 persen.

2.6 Tata Guna Lahan Kota Malang


Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi
terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota
Bekasi kini menjadi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra
industri di Provinsi Jwa Barat. Kota Bekasi merupakan sebuah kecamatan dari
Kabupaten Bekasi yang kemudian berkembang dan ditingkatkan statusnya pada

21

tahun 1982 menjadi kota administratif Bekasi. Dalam fungsinya sebagai kota
pendukung kawasan metropolitan Jakarta, Kota Bekasi masuk dalam kawasan
Jabodetabek

yang

merupakan

akronim

dari

Jakarta-Bogor-Depok-

TangerangBekasi. Kawasan Jabodetabek mencakup wilayah administrasi:


Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Kepulauan Seribu
Kota Bogor
Kota Depok
Kabupaten Tangerang
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Kota Bekasi
Kabupaten Bogor

Peta Jabodetabek
sumber: http://www.go-bekasi.go.id

22

Penggunaan lahan di Kota Bekasi didominasi oleh penggunaan lahan


untuk permukiman baik yang terstruktur maupun yang dibangun oleh individu
masyarakat. Perkembangan jumlah penduduk Kota Bekasi sebesar 4% per tahun
akibat masuknya pendatang dari Jakarta menyebabkan Kota Bekasi yang
berfungsi sebagai penyangga Kota Jakarta mendapat limpahan kegiatan baik
berupa industri, perdagangan, dan jasa serta permukiman itu sendiri. Pada tahun
2011, ruang terbuka memiliki angka penggunaan paling tinggi yaitu sebesar
11123.43 Ha atau sekitar 51.50% dari total lahan keseluruhan, disusul oleh
permukiman sebesar 7891.21 Ha atau 36.53% dari total lahan. Prasarana
transportasi memiliki presentasi paling kecil yaitu 0.09% atau seluas 19.23 Ha.

Kepadatan dan ketinggian bangunan ditentukan berdasarkan penetapan


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
Koefisien Dasar Bangunan adalah angka perbandingan antara luas dasar bangunan
dengan luas lahan dimana bangunan yang bersangkutan dibangun, besarnya
koefisien dasar bangunan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kepadatan
penduduk, ketersediaan lahan, peruntukan lahan, jenis penggunaan bangunan dan
beberapa factor lainnya. Sedangkan Koefisien Lantai Bangunan adalah angka
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan dengan luas lahan atau luas
kapling dimana bangunan tersebut berada.
Berikut adalah Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Pusat Kota:

23

24

Di bidang perdagangan dan jasa, sebuah kota besar seperti Bekasi memiliki
banyak sentra perdagangan dan bisnis yang terletak di pusat kota,seperti:

a) Metropolitan Mall

25

b)Mega Bekasi Hypermall

c)Bekasi Cyber Park

26

d) Bekasi Trade Centre

e) Blu Plaza

27

f) Grand Mall Bekasi

Dalam perkembangan proyek di bekasi saat ini, gelanggang olahraga


merupakan salah satu yang menjadi sorotan baik pemerintah, swasta maupun
masyarakat, dikarenakan tahun 2016 nanti akan dilaksanakan turnamen 4 tahunan
tingkat nasional, Pekan Olahraga Nasional (PON) yang ke-XIX. Karena akan
adanya pesta olahraga nasional dengan Jawa Barat sebagai tuan rumah,
Pemerintah Provinsi mungkin akan

mengadakan peremajaan sarana-sarana

olahraga untuk mempersiapkan Jawa Barat untuk tahun 2016 mendatang. Salah
satunya adalah pembangunan stadion Wibawa Mukti Bekasi yang merupakan
stadion dengan standar Internasional yang dalam tahap pembangunan.

Gambar 2.6 Stadion Wibawa Mukti Bekasi


2.7

Permasalahan Kota Bekasi

28

Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara kondisi


yang diharapkan terjadi dengan kondisi sebenarnya yang terdapat di daerah
tersebut. Permasalahan muncul dari persepsi pemangku kepentingan utama hasil
pembangunan daerah yakni masyarakat pada umumnya, tokoh masyakarat,
akademisi, pemuka agama, tokoh perempuan, lembaga swadaya masyarakat,
maupun Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD). Permasalahan pembangunan
pada umumnya terjadi disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal dapat terjadi antara lain karena tidak teroptimalkannya sumberdaya
pembangunan yang tersedia dan tidak teratasinya kelemahan yang membuat
kinerja pembangunan tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Sedangkan faktor
eksternal dapat terjadi pada umumnya disebabkan oleh adanya ancaman yang
tidak terantisipasi dan mempengaruhi kinerja pembangunan serta adanya peluang
yang tidak termanfaatkan sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembangunan. Isu strategis Kota Bekasi adalah hasil identifikasi
kelemahan utama yang tidak diatasi, kekuatan utama yang belum didayagunakan
secara optimal, peluang utama yang belum dimanfaatkan optimal, dan ancaman
utama yang belum diantisipasi maksimal.
Berikut ini adalah permasalahan daerah berdasarkan aspek-aspek strategis Kota
Bekasi:
1. Geografis
Dari aspek geografis, permasalahan yang paling mencolok adalah porsi
Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta jumlah dan luas lokasi banjir. Porsi
RTH yang seharus sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang RTRW
Nasional yaitu 30%. Adapun tabel 2.4 menunjukkan bahwa porsi Ruang
Terbuka Hijau terhadap seluruh luasan wilayah Kota Bekasi baru
mencapai 24,1%. Hal ini berpengaruh pada daya serap tanah terhadap
curah hujan dan aliran air. Porsi RTH ini masih di bawah porsi RTH
yang seharus sebagaimana diatur di dalam UndangUndang RTRW
Nasional. Permasalahan berikutnya adalah jumlah dan luas genangan
banjir di Kota Bekasi. Tabel 4.1 menunjukkan jumlah lokasi banjir yang
terjadi di Kota Bekasi selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun
2007 dimana terlihat luasan genangan banjir pada tahun 2007 jauh lebih
29

besar dibandingkan luasan genangan banjir pada tahun 2005 dan 2006.

Penyebab utama terjadinya banjir pada kurun waktu tersebut adalah curah
hujan lokal. Bila dibandingkan dengan kondisi wilayah terkena banjir
tahun 2013 terjadi peningkatan luasan wilayah terkena banjir yang sangat
signifikan terutama pada siklus banjir lima tahunan yang terjadi di wilayah
Jabotabek dimana terjadi peningkatan dua kali lipat luasan wilayah
tergenang banjir yang terjadi pada tahun 2007. Dengan luasan genangan
sebesar 1230 Ha pada tahun 2007, peristiwa banjir besar yang terjadi pada
tahun 2007 setidaknya merendam sekitar 5,84% wilayah Kota Bekasi,
sedangkan peristiwa banjir besar yang terjadi di awal tahun 2013 memiliki
luasan genangan banjir sebesar 10,07% wilayah Kota Bekasi. Grafik
dibawah menunjukkan peningkatan luas wilayah terkena banjir selama
kurun

waktu

tahun

2005

hingga

tahun

2013.

30

2. Demografis
Permasalahan utama dalam aspek demografi Kota Bekasi terutama
terkait dengan laju pertumbuhan penduduk dan tingkat pengangguran
angkatan kerja. Laju pertumbuhan penduduk menjadi permasalahan
terbesar bagi Kota Bekasi pada aspek demografi. Laju pertumbuhan
penduduk yang sebesar 5,12% selama rentang waktu tahun 2007 hingga
tahun 2011 adalah sebuah angka laju pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi, dan sekaligus menunjukkan perkembangan Kota Bekasi.
Jumlah penduduk yang semakin besar menuntut penyediaan fasilitas
dasar yang juga semakin besar terutama kebutuhan akan tempat hunian
dan permukiman. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bekasi lebih
didominasi oleh laju pertambahan melalui arus migrasi penduduk dari
luar wilayah Kota Bekasi, hal ini juga didorong oleh semakin
tumbuhnya sektor industri dan perdagangan di Kota Bekasi juga peran
Kota Bekasi sebagai kota satelit bagi Ibukota DKI Jakarta. Berdasarkan
laju pertumbuhan penduduk antara tahun 2008- 2012 serta potensi dan
pengaruh pertumbuhan pendudu yang lain maka diprediksi angka laju
pertumbuhan penduduk hingga 2018 berkisar pada angka 3,24%.
3. Sosial Kemasyarakatan
Permasalahan utama dalam bidang sosial masyarakat Kota Bekasi
adalah pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah
penduduk miskin, dan penyandang masalah penyakit sosial. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi selama ini menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun hal ini ditunjukkan dari capaian IPM
Kota Bekasi pada tahun 2009 dan 2010 yang diatas IPM Jawa Barat dan
Indonesia. Namun angka IPM yang masih dibawah angka 8 belum bisa
membuat kualitas sumber daya manusia Kota Bekasi dapat bersaing di
tingkat global. IV.9 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota

31

Bekasi Tahun 2013-2018 Revisi Walaupun prestasi IPM Kota Bekasi


cukup baik di tingkat nasional dan provinsi, jumlah penduduk miskin
Kota Bekasi masih cukup tinggi yang tentunya memerlukan perhatian
yang serius di masa depan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
hingga tahun 2018. Selain itu jumlah penyandang masalah penyakit
sosial (PMKS) di Kota Bekasi yang relatif tinggi menjadi permasalah
tersendiri bagi pembangunan Kota Bekasi.

4. Pendidikan
Permasalahan utama dalam bidang pendidikan Kota Bekasi adalah
jumlah rataan lama sekolah dibawah 12 tahun serta tingkat kelulusan
pada setiap jenjang pendidikan (gross enrollment ratio). Permasalahan
yang menjadi perhatian terbesar di dalam aspek pendidikan Kota Bekasi
adalah rataan lama sekolah yang masih di bawah 12 tahun, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kota Bekasi tidak menamatkan
jenjang Sekolah Menengah Atas atau hanya menamatkan jenjang
Sekolah Menengah Pertama. Pada satu sisi, angka rataan lama sekolah
ini turut mempengaruhi daya saing SDM Kota Bekasi. Namun Kota
Bekasi cukup memiliki prestasi yang baik dari sisi jumlah penduduk
melek aksara dimana pada rentang usia 15- 44 tahun, 100% penduduk
Kota Bekasi telah melek aksara. Hal ini menjadi potensi tersendiri bagi
Kota Bekasi terutama dalam pencapaian IPM yang lebih baik di masa
depan. Permasalahan lain pada aspek pendidikan adalah tingkat
kelulusan pada setiap jenjang pendidikan. Angka tingkat kelulusan pada
setiap jenjang pendidikan atau gross enrollment ratio perlu mendapat
perhatian karena di masa depan penilaian pada indikator pendidikan ini
menjadi salah satu komponen penilaian penentuan IPM.
5. Kesehatan
Permasalahan utama dalam bidang kesehatan Kota Bekasi adalah masih

32

kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, kurangnya program


kesehatan berbasis kelurahan, angka harapan hidup (AHH), jumlah
balita gizi buruk, angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Pada sisi
kesehatan, permasalahan yang menjadi hambatan bagi pembangunan
Kota Bekasi adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Walaupun AHH Kota
Bekasi secara umum lebih tinggi dari Angka Harapa Hidup Provinsi
Jawa Barat, namun pada tingkat global, capaian AHH Kota Bekasi
masih jauh dibawah kota-kota besar lainnya. Hal ini secara langsung
mempengaruhi capaian IPM Kota Bekasi. Selain AHH, permasalahan
yang terjadi pada aspek kesehatan Kota Bekasi adalah jumlah balita gizi
buruk dan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Ketiga isu
utama tersebut adalah permasalahan yang perlu mendapat perhatian
utama dalam pembangunan Kota Bekasi.

6. Perekonomian
Permasalahan utama dalam bidang perekonomian Kota Bekasi adalah
tingkat pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pendapatan asli daerah,
persentase PAD terhadap total pendapatan daerah, dominasi dana
perimbangan pusat ke daerah masih tinggi, peningkatan pendapatan
perkapita

masyarakat

serta

pemerataan

pendapatan

masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi yang selama ini menunjukkan


pertumbuhan yang selalu positif harus terus dipertahankan dan
ditingkatkan untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang optimal.
Pertumbuhan ekonomi yang positif ini menunjukkan masih banyaknya
potensi Kota Bekasi yang masih dapat digali lebih lanjut untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Namun selain pertumbuhan
ekonomi yang harus ditingkatkan, pemerataan pendapatan masyarakat
haruslah mendapat perhatian yang tidak kalah utama, sehingga nilai
pendapatan perkapita masyarakat Kota Bekasi benar-benar dirasakan
oleh masyarakat seluruhnya. Selain permasalahan diatas, permasalahan
lainnya pada aspek perekonomian adalah mengenai Pendapatan Asli

33

Daerah (PAD) dimana saat ini PAD Kota Bekasi hanya berkisar 23,8%
dari total pendapatan daerah yang berarti pendapatan Kota Bekasi masih
didominasi oleh dana perimbangan pusat ke daerah.
7. Perindustrian dan pariwisata
Permasalahan utama dalam bidang perindustrian dan pariwisata Kota
Bekasi adalah pertumbuhan industri masih kurang memberi dampak
positif daya serap industri terhadap tenaga kerja serta kasus perselisihan
antara pekerja dan perusahaan. Sebagai salah satu kota yang memiliki
pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, sudah seharusnya
pertumbuhan industri yang terjadi di Kota Bekasi memberikan dampak
yang positif terhadap daya serap tenaga kerja bagi penduduk Kota
Bekasi. Selain itu, sebagai dua sektor dengan kontribusi terbesar bagi
PDRB Kota Bekasi, kedua sektor ini perlu mendapat perhatian yang
besar sehingga dapat dioptimalkan potensinya bagi pembangunan Kota
Bekasi. Selain daya serap tenaga kerja, permasalahan yang sering terjadi
pada sektor industri adalah kasus perselisihan antara pekerja dan
perusahaan, dimana bila hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan
memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian Kota Bekasi, juga
terhadap pekerja dan perusahaan itu sendiri. Data menunjukkan bahwa
kasus perselisihan industri di Kota Bekasi cukup tinggi dan terjadi setiap
tahun.
8. Kebudayaan dan Kesenian
Permasalahan utama dalam bidang kebudayaan dan kesenian Kota
Bekasi adalah kurang optimalnya optimalisasi potensi budaya dan
kesenian

yang

ada,

beberapa

bangunan

dan

IV.12

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun 2013-2018 Revisi


monumen bersejarah belum dimanfaatkan mengairahkan kegiatan
budaya dan kesenian Kota bekasi serta program budaya dan kesenian
Kota masih kurang. Selain itu terdapat permasalahan di mana belum ada
program kesenian dan budaya tahunan yang dikenal secara nasional
untuk menonjolkan Kota bekasi, serta aspek budaya dan kesenian belum
diejawantahkan secara maksimal ke dalam keindahan penataan Kota

34

Bekasi. Sebagai salah satu Kota bersejarah, Kota Bekasi menyimpan


begitu banyak potensi budaya dan kesenian yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pertumbuhan Kota Bekasi. Namun di luar hal
tersebut, upaya-upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan
kesenian asli Kota Bekasi perlu mendapat perhatian yang baik
mengingat besarnya arus globalisasi dan modernisasi yang terjadi. Saat
ini Kota Bekasi memiliki beberapa bangunan dan monument bersejarah
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan wawasan kebudayaan dan
kesenian Kota Bekasi.
9. Kepemudaan dan Olahraga
Permasalahan utama dalam bidang kepemudaan dan olahraga Kota
Bekasi adalah kurangnya aktiftas rutin kepemudaan dan olahraga di
tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kota serta masih kurangnya sarana
dan prasarana kepemudaan dan olahraga di setiap kecamatan. Masalah
yang lain adalah terkait optimalisasi penggunaan sarana olahraga yang
tersedia masih kurang, prestasi Pemuda Kota Bekasi dalam olahraga di
level nasional masih rendah serta belum ada kegiatan tahunan olahraga
Kota Bekasi yang dikenal secara nasional. Tingginya jumlah generasi
muda di Kota Bekasi perlu mendapat perhatian yang baik agar hal
tersebut dapat dimanfaatkan bagi pembangunan Kota Bekasi yang lebih
baik. Potensi generasi muda Kota Bekasi yang besar perlu diarahkan
untuk memberikan kekuatan bagi pembangunan Kota dan meminimalisir
potensi-potensi negatif yang dapat timbul dari pergaulan generasi muda.
Selain itu pada sisi kepemudaan, bidang olahraga Kota Bekasi yang
memiliki potensi yang besar perlu terus dibina sehingga dapat
mengangkat potensi dan daya saing Kota Bekasi diantara wilayahwilayah lain.
10. Daya Saing Daerah
Permasalahan utama dalam bidang daya saing daerah Kota Bekasi
adalah terkait dengan proses perijinan yang masih dianggap lambat dan
tidak transparan oleh investor serta birokrasi panjang dalam pendirian
investasi. Masalah lain yang harus diatasi adalah pungutan daerah yang

35

tidak relevan dengan investasi, pungutan ilegal, gangguan keamanan


serta kurangnya insentif atau rangsangan investasi daerah. Daya saing
daerah mencakup faktor-faktor input, output dan outcome. Faktor-faktor
utama pembentuk daya saing terdiri dari 5 indikator utama, yaitu (1)
lingkungan

usaha

produktif,

(2)

perekonomian

daerah,

(3)

ketenagakerjaan dan sumberdaya manusia, (4) infrastruktur, sumberdaya


alam dan lingkungan, (5) perbankan dan lembaga keuangan. Kinerja
perekonomian (output) mencakup produktivitas tenaga kerja, tingkat
kesempatan kerja, dan PDRB per kapita. Sedangkan target outcome dari
daya saing daerah adalah pertumbuhan yang berkelanjutan. Variabelvariabel

yang

mempengaruhi

daya

saing

investasi

daerah

dikelompokkan sama seperti tahuntahun sebelumnya yakni kedalam 5


(lima) faktor, sebagai berikut: (1) kelembagaan, (2) keamanan politik
dan sosial budaya, (3) ekonomi daerah, (4) tenaga kerja dan (5)
infrastruktur fisik. Aspek daya saing daerah menjadi pembeda antara
satu Kota dengan Kota lainnya. Kota Bekasi sebagai salah satu Kota
dengan pertumbuhan paling pesat di Indonesia harus mampu
meningkatkan daya saingnya agar tidak tertinggal dari kotakota lain.
Salah satu permasalahan pada aspek daya saing adalah lamanya proses
perijinan usaha di Kota Bekasi yang secara langsung mempengaruhi
minat investor untuk menanamkan modalnya di Kota Bekasi. Selain itu
faktor kondusifitas politik dan keamanan menjadi faktor lainnya yang
mempengaruhi daya saing Kota Bekasi. Tingginya angka kriminalitas di
Kota Bekasi haruslah mampu dikurangi untuk memberikan rasa aman
dan nyaman bagi masyarakat yang tinggal di Kota Bekasi dan bagi para
investor dan pengusaha yang hendak menanamkan modal di Kota
Bekasi.
11. Infrastuktur dan Sarana Prasarana
Permasalahan utama dalam bidang infrastruktur dan prasaran Kota
Bekasi adalah belum meratanya dukungan infrastruktur berkuaitas
tinggi, masih kurangnya sarana dan prasarana transportasi, tingginya
jumlah titik kemacetan, masalah sampah serta perencanaan yang belum

36

efektif dan realisasi anggaran yang belum maksimal. Sebagai salah satu
sektor yang memiliki alokasi anggaran paling besar, infrastruktur dan
sarana prasarana menjadi sektor yang paling strategis dan paling
menentukan kemajuan Kota Bekasi. Hanya saja seringkali hal ini
terbatasi oleh kemampuan anggaran pemerintah daerah. Oleh karena itu
perlu adanya upaya-upaya lain dalam

memenuhi kebutuhan

infrastruktur dan sarana prasarana perkotaan di Kota Bekasi. Berikut ini


adalah tabel rangkuman permasalahan Kota Bekasi yang telah disusun
berdasarkan bidang-bidang pembangunan:

37

2.8 Solusi Permasalahan Kota Bekasi


Solusi permasalah kota Bekasi biasanya tertuang dalam Rencana
Pembangunan berjangka. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi
periode 2013- 2018 berada pada tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional periode kedua dan ketiga dimana RPJP Nasional periode kedua

38

memberikan penekanan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia


termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya
saing perekonomian. Sedangkan RPJP Nasional periode ketiga menekankan pada
pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber
daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan
teknologi yang terus meningkat. Selain RPJP Nasional dan RPJMD Nasional,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bekasi tahap ke dua
memberikan arahan bagi pola pembangunan Kota Bekasi Periode 2013-2018 yang
berada pada RPJPD Kota Bekasi periode kedua dan ketiga, dimana pada RPJPD
Kota Bekasi periode kedua dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan ini pada dasarnya merupakan lanjutan dalam upaya mempersiapkan
sumber daya manusia yang cerdas dan sehat, perluasan akses pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan sampai pada jenjang menengah.
Pekerjaan lainnya yang penting dan relevan pada tahapan ini adalah
mengarahkan sektor pendidikan untuk merumuskan model yang tepat dalam
membentuk nilai, sikap, dan perilaku kreatif di lingkungan sekolah dan
pendekatan pembelajaran yang mampu menumbuhkan perilaku kreatif terhadap
siswanya. Lembaga kursus tertentu diarahkan untuk memberikan bekal
kompetensi yang relevan dengan kebutuhan pengembangan potensi usaha
perdagangan/jasa kreatif. Sosialiasi bentuk kegiatan usaha berbasis kreatif mulai
dikembangkan di kalangan pelaku usaha UMKM di Kota Bekasi. Pemahaman dan
kesadaran masyarakat ditumbuhkan bahwa prinsip perekonomian knowledge
based economy yang sejalan dengan era globalisasi, juga relevan dengan
kepentingan Kota Bekasi untuk mempromosikan kegiatan usaha berbasis kreatif.
Norma kehidupan sosial, ekonomi dan tata laksana pemerintahan dibangun
dengan nilai, sikap dan perilaku ihsan. Secara umum tahapan ini merupakan
tahapan internalisasi nilai, sikap dan perilaku kreatif dan ihsan, berlaku sebagai
fondasi dan instrumen dalam membentuk Bekasi Kota Kreatif Yang Ihsan.
Sedangkan RPJPD Kota Bekasi tahap ketiga dijelaskan sebagai berikut: Tahapan
ini pada dasarnya merupakan tahapan aktualisasi nilai, sikap, dan perilaku kreatif
dan ihsan, pembentukan daya saing perekonomian daerah, dan pencitraan publik

39

atas profil Bekasi Kota Kreatif yang Ihsan. Pemerintah dan kelembagaan sosial
masyarakat memberikan apresiasi terhadap nilai, sikap, dan perilaku kreatif dan
ihsan yang telah ditampilkan kinerja aparatur, pelaku usaha, maupun warga kota,
untuk membentuk pola perilaku dan keteladanan kepada masyarakat. Sehingga
dapat dilihat bahwa RPJMD Kota Bekasi periode 2013- 2018 ini diarahkan untuk
menjadi tahapan internalisasi dan aktualisasi menunju profil Bekasi Kota Kreatif
yang Ihsan. Dimana pada tahap internalisasi, sektor pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia mendapat perhatian yang sangat besar
sedangkan pada tahap aktualisasi sektor ekonomi dan daya saing daerah adalah
hal bidang yang menjadi perhatian utama. Untuk itu perhatian dan energi pada
pelaksanaan pembangunan selama lima tahun ke depan harus diarahkan untuk
mencapai hal tersebut. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus
diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena
dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang.
Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu trategis adalah keadaan yang apabila
tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya,
dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Dengan memperhatikan arahan pada dokumen-dokumen perencanaan yang
lebih

tinggi

di

atas

serta

memperhatikan

permasalahan-permasalahan

pembangunan dan keadaan wilayah dan perkembangan Kota Bekasi selama


beberapa tahun di belakang dan dengan memperhatikan potensi pengembangan
Kota Bekasi di masa depan maka isu-isu strategis Kota Bekasi selama lima tahun
ke depan dirumuskan dalam 9 (sembilan) isu strategis Kota Bekasi yaitu:

40

41

42

Anda mungkin juga menyukai