Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bagasossis adalah penyakit paru pada petani atau pekerja pabrik tebu atau
pabrik kertas yang mendapat paparan sisa atau debu batang tebu (bagasse).
Yang berperan terhadap timbulnya penyakit ini adalah Thermophilic
actinomycetes sacchari yang hidup subur pada alas batang tebu. Bagassosis
termasuk ke dalam penyakit pneumonitis hipersensitif akibat inhalasi debu
organis yang menimbulkan reaksi sensitisasi pada tubuh yang terpapar.
Pneumonitis hipersensitif / hypersensitivity pneumonitis (HP), atau alveolitis
alergik ekstrinsik merupakan sekelompok penyakit paru yang dimediasi oleh
proses imunologi akibat paparan berulang dari antigen yang terdispersi saat
inhalasi utamanya oleh partikel organik atau bahan kimia bermolekul rendah
yang selanjutnya memprovokasi reaksi hipersensitivitas dengan inflamasi
granulomatus di bronkiolus distalis dan alveoli pada subyek yang peka.
Penyakit ini merupakan akibat dari interaksi antara antigen eksternal dengan
sistem imun pejamu.
HP merupakan penyakit alergi sehingga peran faktor paparan merupakan hal
yang paling penting. Faktor risiko lingkungan, termasuk konsentrasi antigen,
lamanya paparan, ukuran partikel, frekuensi (atau kekerapan) paparan,
kelarutan partikel, pemakaian perlindungan pernafasan akan mempengaruhi
prevalensi, beratnya, kelatenan dan perjalanan penyakit. Faktor-faktor paparan
tersebut sangat jelas digambarkan pada bagassosis. Terjadinya bagassosis
sangat erat dengan konsentrasi mikroorganisme di udara, atau pada daerah
dengan
curah
hujan
tinggi
sehingga
memungkinkan
proliferasi
Anatomi Pernafasan
Dalam berrnafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan
pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa
dengan karbon dan hydrogen dari jaringan. Pernafasan meruapakan proses ganda,
yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernafasan dalam dan yang
terjadi di dalam paru merupakan pernafasan luar. Udara ditarik ke dalam paru
pada waktu menarik nafas dan didorong keluar paru-paru pada waktu
mengeluarkan napas. Di bawah ini merupakan gambar sistem pernafasan pada
manusia.
Hidung
Hidung dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan
bersambung dengan lapisan faring dan semua selaput lendir serta sinus, yang
mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi
dengan epitelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel lendir.
Sekresi dari sel itu membuat permukan nares basah dan berlendir. Diatas septum
nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan dibawah.
Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epitelium pernafasan dan
menjorok dari dinding lateral hidung kedalam rongga, sangat memperbesar
permukaan selaput lendir tersebut.
Laring
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas eoitelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergerak keatas kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan
butir-butir halus lainya masuk ketika bernafas.
Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan Ke V, Mempunyai struktur seperti trakea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit,
lebih panjang, lebih horizontal dari pada bronkus sebelah kanan karena jantung
terletak agak kiri dari garis tengah Paru
Paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembunggelembung. Gelembung alveoli terdiri dari sel epitel dan endotel. Paru ada dua
dan merupakan alat pernafasan utama. Paru mengisi rongga dada, terletak
disebelah kanan dan kiri, sedangkan bagian tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah, dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Paru terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru
memanjang dari akar leher menuju diafragma. Paru dibagi menjadi beberapa
belahan atau lobus oleh fisura, paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap lobus dibagi menjadi segmen yang disebut bronkopulmoner, yang dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing
satu arteri dan satu vena. Setiap segmen dibagi lagi menjadi unit yang disebut
lobules.
2.2 Etiologi
Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap
alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.Penyakit akut bisa terjadi
dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari
daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada
foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik
bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada
paru).
Gangguan saluran pernafasan akibat inhalasi dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain:
a. Faktor antigen itu sendiri
Yaitu ukuran partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama
perjalanan dan faktor individu berupa mekanisme pertahanan selain itu
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gangguan paru dapat berupa
jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan, dan
kerentanan individu. Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut
dalam air, bahan dalam debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler
alveoli. Bila debu tidak mudah larut tetapi ukurannya kecil maka partikelpartikel tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Konsentrasi debu, makin
tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan menimbulkan keracunan.
Jenis debu dalam hal ini ada dua (2) macam yaitu organik ( tebu/ kulit tebu),
dan debu anorganik ( yang berasal dari mesin penggilingan tebu).
b. Masa kerja
Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang
dalam waktu tertentu. Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang
menghasilkan debu akan memiliki resiko gangguan kesehatan. Makin lama
seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu akan makin tinggi
resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan.
Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama
akan membahayakan. Akibat penghirupan debu, yang langsung akan kita
rasakan adalah sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang
rendah tetapi di atas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang
jelas.
c.
Umur
Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi
terhadap gangguan paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana
kualitas paru dapat memburuk dengan cepat. Faktor umur berperan penting
dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan
konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan : potensi kemungkinan
untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan
tubuh, aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan
penyakit seseorang. Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung
seiring dengan bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam bekerja.
10
11
oksigen.
Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan
alat yang disebut masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
masker yaitu:
Bagaimana menggunakan masker secara benar.
Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.
Lamanya menggunakan alat tersebut.
Jenis-jenis masker dan penggunaannya:
1. Masker penyaring debu
Masker penyaring debu berguna untuk melindungi pernapasan dari serbukserbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.
2. Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0,5
mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka hidungnya
harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu
Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah
sebagai berikut:
12
13
BAB III
KESIMPULAN
Bagasossis adalah penyakit paru pada petani atau pekerja pabrik tebu atau pabrik
kertas yang mendapat paparan sisa atau debu batang tebu (bagasse). Bagassosis
termasuk ke dalam penyakit pneumonitis hipersensitif akibat inhalasi debu
14
immune
responses
dan
humoral
tampaknya
berperan
dalam
15