Anda di halaman 1dari 5

Dara Prameswari

Kelompok 10

Bahaya Lidah dan Keutamaan Diam


Lidah adalah salah satu kenikmatan yang besar yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya, padanya terdapat kebaikan yang banyak dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang
menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syariat. Dan
padanya pula terdapat kejelekan yang banyak dan bahaya yang besar bagi siapa yang
meremehkannya (membiarkannya) lalu digunakannya pada jalan atau tempat yang tidak
semestinya.
Padahal Allah Taala menciptakan lisan (lidah) itu tiada lain agar digunakan untuk
dzikrullah (menyebut Asma Allah), membaca Al Quran, menasehati manusia dan mengajak
mereka kepada jalan Allah dan ketaatan serta memperkenalkan kepada mereka tentang
kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah SWT. Maka jika si hamba mempergunakan
lidahnya untuk tujuan tersebut, maka dia tergolong orang yang bersyukur kepada Allah atas
nikmat lidah itu sendiri. Tapi jika sebaliknya, digunakan bukan pada jalan kebenaran seperti
disebutkan diatas, maka dia adalah orang yang berbuat dholim lagi melampaui batas.
Kemudian ketahuilah, bahwa perkara lidah ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk
diperhatikan, sebab dia adalah anggota tubuh yang dominan dalam dhohir manusia dan paling
kuat dalam menyeret seorang hamba dalam kebinasaan, ini semua jika tidak dijaga dan
dipaksa dengan tuntunan syariat.
Maka Rasulullah SAW sudah menasehati kita agar menjaga lidah dengan baik, minimal
dengan jalan tidak banyak berbicara, selagi tidak bermanfaat atau tidak mengandung
kebaikan, beliau SAW bersabda (yang artinya):
Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau
(jika tidak), diamlah. (HR. Bukhori dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

Semoga Allah merahmati seseorang yang berbicara kebaikan maka dia beruntung,
atau diam dari kejelekan maka dia selamat .
Dan banyak riwayat yang sampai kepada kita tentang bahaya lidah ini, diantaranya, hadits
Rasulullah saw (yang artinya):
Dan tidakkah nanti seseorang akan diseret ke neraka dengan wajah-wajah mereka
(di tanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka
(HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).
Maka lidah itu "ibarat pedang yang tajam", jika tidak dijaga dengan baik akan membinasakan
orangnya, ibarat binatang buas, jika si hamba lengah sedikit maka dia akan menyambar dan
mencabiknya dan lidah "ibarat juru bicara hati", yang ada disana dilontarkan olehnya, yang
terpendam disana ditampakkan olehnya. Maka orang yang sholeh akan diketahui dari cara
bicaranya atau pembicaraan yang disampaikannya demikian pula orang jelek akhlaknya dan
kaku perangainya dapat diketahui dari apa yang keluar dari lidahnya.
Hal mana seperti dikatakan oleh imam Hasan Al Bashri :
Sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang hatinya, apabila ingin
berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu,
kemudian lidahnya menunaikannya.
Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya, apabila menginginkan
sesuatu maka dia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan dulu dengan hatinya
.
KEUTAMAAN MENJAGA LIDAH
Al Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumiddin berkata :
Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya,
kecuali dgn banyak diam.
Oleh sebab itu, Pembuat syariat memuji dan menganjurkan diam.
Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya):

Barang siapa yang diam, pasti dia selamat (HR. At Tirmidzi)


Luqman Al Hakim berkata :
Diam itu adalah kebijaksanaan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya.
Abdullah bin Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata :
Aku berkata kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku
tentang islam, dengan suatu perkara yang aku tidak akan bertanya lagi kepada orang
lain sesudahmu.
Nabi saw bersabda:
Katakanlah, aku beriman, kemudian istiqamahlah. Dia berkata: Lalu apakah yang
harus aku jaga?,
kemudian Rasulullah saw mengisyaratkan dengan tangan beliau ke lidah beliau.
(HR. At Tirmidzi, An NasaI dan Ibnu Majah).
Uqbah bin Amir bertanya kepada Rasulullah SAW:
Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan?,
Nabi SAW menjawab:
Tahanlah lidahmu, tinggallah di rumahmu (jangan banyak keluar) dan tangisilah
kesalahanmu. (HR.At Tirmidzi)
Muadz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah Saw:
Wahai Rasulullah perbuatan apakah yang paling utama?,
kemudian Rasulullah menjulurkan lidah beliau yang mulia lalu meletakkan jemarinya
diatasnya dengan mengisyaratkan agar menjaganya.
Sahl bin Saad meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, dimana beliau bersabda (yang
artinya):
Siapa yang menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada diantara dua janggutnya
(lidah) dan yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin untuknya
surga (HR. Bukhori)
Rasulullah Saw bersabda (yang artinya):

Siapa yang menahan lidahnya pasti Allah menutupi auratnya, siapa yang dapat
menahan amarahnya pasti Allah melindunginya dari siksaNya, dan siapa meminta
ampun kepada Allah, Dia pasti menerima permohonan ampunannya (HR. Ibnu Abi
Dunya).
Beliau Saw bersabda pula :
Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat
mengalahkan syaitan (HR. Ath Thabarani dan Ibnu Hibban)
KEUTAMAAN DIAM
Cara menyelamatkan diri dari bahaya lidah adalah diam, kecuali dari hal yang baik dan
mengundang kebaikan.
Para salaf pendahulu kita lebih banyak diam daripada berbicara. Sebab dengan diam akan
mengurangi dosa dan bahaya yang timbul akibat lidah.
Tetapi jika hak-hak Allah "dilecehkan", syariat dihina dan Rasulullah direndahkan/dilecehkan,
maka mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan berbicara dengan lantang dan pasti
sekalipun di depan pemimpin yang kejam, sekalipun nyawa adalah taruhannya. Jadi berbicara
itu baik jika ditempatkan pada posisinya dan diam itu baik jika ditempatkan pada tempatnya
pula.
Bagaimana Imam SyafiI tidak diam diri, manakala melihat Sulthan berbuat
ketidakadilan, dengan tegas beliau berbicara, menasehati si pemimpin itu. Tetapi jika
ditanyakan sesuatu yang sekiranya tidak perlu jawaban, maka beliau diam, tidak menjawab.
Lihatlah bagaimana beliau memposisikan sesuatu pada tempat dan waktu yang layak dan
tepat.
Sebagian Ulama berkata :
Diam menghimpun beberapa keutamaan, diantaranya keselamatan agama,
kewibawaan, konsentrasi untuk berfikir, berdzikir dan beribadah. Dan dalam diam juga
terkandung keselamatan dari berbagai tanggung jawab perkataan di dunia dan
hisabnya di akhirat,
Allah SWT berfirman (yang artinya):

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat


Pengawas yang selalu hadir (Raqib Atid) (QS. Qaaf 18)
Bahkan diam mendatangkan ibadah yang berpahala, jika diam itu didasarkan karena khawatir
berbicara sesuatu yang haram, demi mengharap ridha Allah.
Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
Maukah kalian aku beritahukan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan
bagi badan? Diam dan akhlak yang baik (HR. Ibnu Abi Dunya).
Jika Anda bertanya, apa sebabnya diam memiliki keutamaan sedemikian besar?,
Maka ketahuilah bahwa sebabnya karena terlalu banyak penyakit lidah, seperti ghibah,
berdusta, mengadu domba, berkata keji, riya, terlibat dalam kebathilan, bertengkar, marah,
menyingkap aurat orang dan lainnya.
Oleh karena banyak penyakit dan dosa yang timbul karena lidah, maka yang terbaik adalah
banyak diam. Kemampuan menahan lidah adalah jalan keselamatan, oleh sebab itu keutamaan
diam sangatlah besar. Wallahu Alam.

Anda mungkin juga menyukai