Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dimana berusia kurang dari 20
minggu dengan/atau berat badan kurang dari 500 gram. Berdasarkan mekanisme
terjadinya dikenal 2 istilah yakni Abortus Spontan maupun Provokatus dimana
kejadian abortus spontan diketahui lebih banyak terjadi.1 Abortus spontan adalah
berhentinya hasil konsepsi tanpa adanya intervensi dari luar. Insiden abortus
spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10-15% dari seluruh kehamilan. 1
Pembagian abortus spontan kemudian dapat dibedakan berdasarkan sifat klinisnya
yakni: abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplitus, dan abortus
komplitus, selain itu juga dikenal adanya abortus habitualis, missed abortion dan
abortus infeksious selama kehamilan.1 Salah satu jenis abortus yang sering
dijumpai pada kehamilan dan memberikan ancaman bagi janin, dampak serta
beban psikologis yang tinggi pada Ibu adalah abortus imminens.2
Abortus imminens ditandai dengan terjadinya perdarahan dari uterus pada
masa kehamilan < 20 minggu dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, belum
didapati adanya pembukaan serviks, disertai atau tidak dengan adanya rasa mulas.
Sifat dari abortus imminens adalah baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankan janin.2 Abortus imminens dikatakan merupakan ancaman
terjadinya keguguran pada usia kehamilan dini karena diketahui persentasenya
cukup tinggi pada pupulasi ibu hamil yakni mencapai 20 25% dan dapat disertai
dengan menetapnya gejala selama beberapa hari hingga minggu.2
Disamping memiliki potensi terjadinya keguguran diketahui bahwa 17%
dari abortus imminens memiliki potensi terjadinya komplikasi yang kompleks
baik untuk ibu dan janin.3 Komplikasi komplikasi yang mungkin terjadi pada
janin meliputi kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah dan
kematian perinatal. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada Ibu diantaranya
adalah perdarahan antepartum, pengangkatan plasenta secara manual saat proses
persalinan serta operasi Caesar.3

Gejala maupun tanda yang ditemukan pada pasien dengan abortus


imminens meliputi adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum yang
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. 3 Nyeri perut dan pinggang yang
persisten disertai dengan perdarahan pervaginam memiliki prognosis yang lebih
buruk dibandingkan dengan perdarahan pervaginam tanpa nyeri yang sering
dikaitkan dengan perdarahan sehabis koitus (perdarahan pada lesi servikal). Selain
tanda dan gejala yang ada, diagnosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan
dalam, tes kehamilan positif dan pemeriksaan USG yang menyatakan bayi masih
hidup.3 Penanganan abortus imminens dengan tujuan untuk mempertahankan
kehamilan bersifat konservatif yakni tirah baring, tidak berhubungan badan untuk
sementara waktu, dan medika medika mentosa berupa progestogen.3
Menyikapi akan adanya ancaman perdarahan pada kehamilan muda
dimana dalam hal ini berupa abortus imminens maka diperlukan suatu
pembahasan lebih lanjut mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis,
penatalaksanaan, dan lain sebagainya dalam upaya memahami permasalahan
tersebut secara lebih dalam.

Anda mungkin juga menyukai