Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari pelajaran geologi ya itu ilmu yang mempelajari tentang bumi maka laporan
ini di buat untuk memperdalam ilmu geologi, isi laporan ini adalah Geomorfologi yang
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang
membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah
bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam,
dan memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakan kombinasi
pengamatan lapangan, percobaan dan modeling.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan ini sebagai syarat kelulusan dari pratikum
geomorfologi sekolah tinggi teknologi nasional (STTNAS)
Tujuan dari pembuatan makala ini adalah para pembaca dan pembuat dapat lebih
mengerti dan memahami tentang geomorfologi
1.2 letak dan kesampaiyan daerah
Lokasi pegamatan 1
Pada loksi pengamatan yang pertama di tenukan Gumuk pasir yang terletak di
pantai parang kusumo, kecamatan imogiri, kabupaten bantul, yogyakarta. Gumuk pasir
dangan bentang alam eolian (konstruksi), endapan pasir halus, di sekitar gumuk pasir
lerdapat bentang alam yang berbeda ya itu merin dan struktural.

Lokasi pengamatan 2
Pada lokasi pengamatan yang kedua terdapat bentang alam struktural dan di
temukan Singkapan batuan vulkanik breaksi pasir tufaan, lokasi dusun lanteng satu, desa
selopamioro, kabupaten batul, yogyakarta. Dengan bentang alam struktural. Dengan
morfologi berada di pinggir jalan dengan vegetasi pohon jati dan jagung dengan titik
kordinat S : 070 46 54,3 E : 1100 24 1,4
Lokasi pengamatan 3
Pada lokasi pengamatan yang ketiga berada di Goa gajah lokasi lemahbang, desa
mangunan kecamatan dilingo, yogyakarta.terdapat betang alam ekso kars dan endo kars,
pada titik kordinat S : 07 0 56 41,1 E : 1100 2625,5 terdapat bentang alam eksikar
dengan adanya singkapan batugamping non klastik vormasi wonosari dan dengan
dikelilingi vegetasi pohon jati .pada jarak 100 meter ke arah N:260 terdapat perbedaan
batuan yaitu terdapat batu gamping klastik yang mempunyai fosil pelecypoda vormasi
oyo . saat didalam goa gajah terdapat bentang alam kars ( endo kars). Di sebut endo kars
karena adanya morfologi di bawah permukaan, dengan

proses pelapukan media

terobosan, tetesan air, aliran air yang mengikis tubuh batuan yang mudah larut dengan air
dan membentuk lubang pada kars tersebut.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 BENTANG ALAM EOLIAN
Bentang alam eloian merupan bentang alam yang terbentuk karena aktivitas
angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir yang mempunyai curah
hujan rata rata 26cm/tahun dengan takanan udara tinggi dan udara sangat panas dan
kering.
Di daerah ini, proses pembentukan yang terjadi pada umumnya meliputi proses
pengikisan oleh angin dan proses sedimentasi. Proses sedimentasi (pengendapan) oleh
angin ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Dune

merupakan bukit yang terbentuk sebagai hasil dari timbunan pasir oleh hembusan
angin. Dune akan sangat dipengaruhi oleh kuatnya hembusan dan kecepatan angin,
bentuk dari permukaan dan adanya rintangan. Dune memiliki berbagai macam tipe,
yaitu :
- Star dune
dune dengan banyak punggung bukit pasir ridge yang bertemu pada satu titik.
- Transverse dune
dune yang terbentuk di sepanjang jejak angin.
3

- Barchan
bukit pasir lengkung bertanduk.
2. Loess

merupakan daerah yang luas yang tertutup oleh material-material halus.


Hembusan angin dapat menyebabkan erosi pada batuan. Proses pengikisan batuan oleh
angin dinamakan deflasi. Bentuk erosi dari angin berupa lubang-lubang hasil tiupan angin
(blow holes). Bentuk sisa dari erosi angin di antaranya berupa batu jamur (pedestal
rocks) dan bentuk hasil endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) dan endapan
lebih halus dari pasir (loess).
Proses Terbentuknya Lahan Aeolian
A. Pengikisan oleh Angin
Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi, dan abrasi.
1.

Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan,

baik berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering
terjadi di daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau
pada bukit pasir. Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di
daerah depresi. Dibandingkan dengan erosi air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi
air di daerah yang berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah
cekungan/basin sangat kuat.
4

Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan
kemudian dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada
umumnya berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.
2.

Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat

luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin
tidak dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi.
Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan :
a. Polishing dan pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan
angin yang membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan,
kemampuan untuk melubangi batuan ini disebut dengan pitting.
b. Grooving dan shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus
mengalami proses pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam.
Proses melubangi secara terus-menerus sehingga menjadi lubang yang besar dan dalam
disebut dengan grooving.
Batuan yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah menjadi pecah-pecah
dan berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping.
c. Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses
perubahan batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting.
Kecepatan korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat
kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri.

B. Pengangkutan oleh Angin


Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi halus,
misalnya debu. Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke tempat yang
cukup jauh. Adapun jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin adalah:
5

1.

Suspensi (suspension)
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi

halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut
pasir karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler.
Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek
sehingga menyebabkan adanya tekanan angin. Tekanan angin ini menyebabkan udara
berputar ke segala arah, putaran udara ke segala arah inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya gerakan suspensi.
2.

Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan

pantulan angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan
tekanan angin terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai
gerakan saltasi.
3.

Rayapan permukaan (surface crep)


Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh

gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadangkadang juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir. Oleh karena
benturan ini gerakan materi butiran menjadi lambat yang selanjutnya menjadi rayapan
permukaan.Kadang-kadang angin yang mengangkut debu atau pasir bergerak berputar
seperti spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai debu.
C. Pengendapan oleh Angin
Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin tadi jatuh
setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi lambat,
pengendapan juga dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami
benturan terhadap permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan
tanah. Apabila butiran tersebut tidak membentur permukaan dan terus terbawa angin,
maka butiran tersebut akan mengalami gerakan sepanjang permukaan hingga menemukan
tempat mengendap, pada umumnya tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan.
Bentuk endapan dari proses ini tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah
mengendap butiran-butirabn tersebut mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.
6

Bentuk Lahan Hasil Aeolian


A. Bentuk Lahan Hasil Erosi Angin
1.

Desert pavement (pebble armor)

yaitu permukaan yang terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di daerah gurun, sebagai
akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi.

2.

Blow out,

cekungan di daerah gurun sebagai akibat deflasi pada materi hasil pelapukan di
permukaan yang berukuran halus.
3.

Ventifact

permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang berukuran halus (debu
dan liat)yang terbawa oleh angin.

4.

Dreikanter,

seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin berubah-ubah (dari tiga
sisi).
5.

Groove

merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena erosi angin.

6.

Yardang

merupakan pegunungan memanjang dan paralel (tinggi< 10m, panjang -100m )


berkembang di daerah bebatuan lunak.

Contoh dari bentang alam karena erosi angin yaitu gumuk pasir.
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin.
Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama,
kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan
permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid
(kering). Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak
ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angin berhembus,
hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk
pasir pada umumnya kurang dari 30 meter/tahun. Bentuk gumuk pasir bermacam-macam
tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan
keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang
(transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).
Secara global gumuk pasir merupakan bentuk lahan bentukan asal proses angin (aeolian).
Bentuk lahan bentukan asal proses ini dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
10

b. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.


c. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
d. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Morfologi
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa
adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu
penghalang.
Ada beberapa tipe gumuk pasir:
A.Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)

Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah
yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin
lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin,
sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir
barchan umumnya antara 5 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan,
karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga
terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai
dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
B. Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
11

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak
cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus
terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian
karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi
sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan
pasirnya berkurang.

12

C.Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolic arahnya berhadapan dengan
datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan
melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus
oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin
curam.
D. Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar
satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk
pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara
13

bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi
sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
E.Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin
dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan
disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan
pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan
terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah
terbentuknya bentukan baru disekitarnya.

2.2 BENTANG ALAM STRUKTURAL


Bentang

alam

struktural

merupakan

kenampakan

morfologi

yang

pembentukannya dikontrol sepenuhnya oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan.


struktur yg dominan merupakan struktur sekunder, atau struktur yg terbentuk setelah
batuannya ada. struktur2 ini dapat berupa sesar, lipatan dan kekar.
Kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan untuk interpretasi daerah tersebut
adalah merupakan bentang alam struktural antara lain :

14

1. Pola Penyaluran
pola pola khusus yang ada pada daerah menunjukan adanya struktur yg bekerja pada
daerah tersebut, smisal sungai yg membelok tiba2, atau adanya pola trellis dan sub
dendritik.

2. lineament
lineament atau pola kelurusan dlm hal ini dpt ditunjukkan dari penampakan punggungan
(ridge), lembah, bukit, yg bisa di interpretasikan adanya struktur geologi yg bekerja.

3. bentuk bukit , lembah


4. perubahan aliran sungai
15

B. Macam macam Bentang Alam Struktural

Struktur Mendatar dibagi menjadi 2 , yaitu :

dataran rendah ( 0 500 kaki)


dataran tinggi (>500 kaki)
Pada daerah yang berstadia tua, dijumpai kenampakan bukit sisa, yang berupa
messa dan butte. Yang membedakan kedua morfologi itu adalah messa memiliki ukuran
yg lebih luas dari butte.
Butte berasal dari bahasa perancis yang memiliki arti bukit kecil. Bukit kecil
yang dimaksud adalah bukit yang terpencil, memiliki sisi yang terjal, butte sangat
mencolok akibat dari terpencilnya bukit itu berada, biasanya dia berada dalam udara yang
kering, umumnya datar berlapis-lapis karena Butte merupakan hasil dari sedimentasi,
butte memiliki jenis batuan yang resisten sehingga bute tahan terhadap erosi, hute
memiliki lereng yang curam. Pada badan butte ditemukan hasil dari sayatan-sayatan hasil
erosi. Butte memiliki suatu karakter yang sama dengan messa karena memiliki proses
pembentukan yang sama, namun memiliki suatu ciri yang membedakan, perbedaan itu
antara lain adalah sebagai berikut.

PERBEDAA
N

KETINGGIA
N

BUTTE

MESA

Tinggi

Rendah

16

LUAS
DATARAN
PADA

Sempit

Luas (lebar)

PUNCAK

Butte memiliki bentuk


yang lebih ramping
karena memiliki luas
LAIN-LAIN

permukaan

puncak

yang

namun

kecil

tingginya lebih dari


mesa

Butte terbentuk akibat erosi dan pelapukan, dimana pada mulanya terangkatnya
permukaan oleh proses tektonik. Munculnya permukaan yang memiliki berbagai jenis
batuan tersebut, membuat terjadinya suatu roses diferensiasi batuan, adanya batuan yang
tidak resisten, sehingga batuan yang tidak resisten itu tererosi oleh angin maupun
terlapukan. Sehingga pada akhirnya batuan yang tidak resisten tersebut hilang dan sampai
pada batuan yang resisten, dimana batuan yang resisten membentuk suatu bukit kecil
yang menjulang tinggi dengan luas yang kecil.

Struktur Miring

cuesta : memiliki scarp slope yang lebih curam sedangkan dip slopenya relatif landai
pada arah sebaliknya sehingga terlihat tidak simetri. sudut lerengnya kurang dari 30
derajat
hogback : sudut antara kedua sisi relatif sama, kira2 lebih dar 30 derajat , scarp slope dan
dip slope hampir sama sehingga terlihat simetri.

17

Struktur lipatan

struktur antiklin dan sinklin Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang
mekanismenya disebabkan dua proses, yaitu bending ( melengkung ) dan bucking
( melipat ). Pada gejala bucking gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan,
sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan
lapisan. (hill 1953)

antiklin dan sinklin menunjam

struktur patahan

morfologi dapat berupa triangular facet

18

Triangular facet merupakan salahsatu penampakan oleh proses bentang alam struktural.
Dimana dicirikan adanya aliran-aliran air pada suatu bidang miring, dimana aliran
tersebut membentuk segitiga.
Proses dimana terjadinya suatu struktur aliran seperti itu diakibatkan oleh awal mula
terkbentuknya suatu bidang miringa dimana pada permukaan bidang miring tersebut
adanya garis gerus akibat proses sesar. Gerus hasil sesar itu merupakan saluran bagi air
untuk mengalir. Akibat adanya aliran air terjadinya pengikisan dan terbentuknya suatu
aliran yang akhirnya membentuk kenampakan segitiga.
Dalam morfologi ini terbentuknya pola penyaluran distribusi, sehingga dari pusat
menyebar sehingga akibat aliran air yang membetuk seperti gambaran garis membentuk
segitiga.

2.3 BENTANG ALAM KARS

19

Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian
kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography) (Blomm,1979).
Menurut Jenning (1971, dalam Blomm 197), topografi karst didefinisikan sebagai lahan
dengan relief dan pola penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan yang mudah larut
(memiliki derajat kelarutan yang tinggi) pada air alam dan dijumpai pada semua tempat
pada lahan tersebut. Flint dan Skinner (1977) mendefinisikan topography karst sebagai
daerah yang berbatuan yang mudah larut dengan surupan (sink ) dan gua yang
berkombinasi membentukk topografi yang aneh (peculiartopography) dan dicirikan oleh
adanya lembah kecil, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk
kedalam tanah meninggalkan lembah kering dan muncul sebagai mata air yang besar.
Berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat ditetapkan suatu pengertian
tentang topografi karst yaitu : Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan
litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang
tidak teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan
lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bentang Alam Karst:
1) Faktor Fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst meliputi ketebalan
batugamping, porositas dan permeabilitas batugamping serta intensitas struktur (kekar)
yang mengenai batuan tersebut.

Ketebalan Batugamping
Menurut Von Engeln, batuan mudah larut (dalam hal ini batugamping) yang baik
untuk perkembangan topografi karst harus tebal. Batugamping tersebut da[at masif atau
terdiri dari beberapa lapisan yang membentuk satu unit batuan yang tebal, sehingga
mampu menampilkan topografi karst sebelum batuan tersebut habis terlarutkan dan
tererosi. Ritter (1978) mengemukakan bahwa batugamping yang berlapis (meskipun
membentuk satu unit yang tebal), tidak sebaik batugamping yang massif dan tebal dalam
pembentukan topografi karst ini. Hal ini dikarenakan material sukar larut dan lempung
yang terkonsentrasi pada bidang perlapisan akan mengurangi kebebasan sirkulasi air
untuk menmbus seluruh lapisan. Sebaliknya pada batugamping yang massif, sirkulasi air
akan berjalan lancer sehingga mempermudah terjadinya proses karstifikasi.
20

Porositas dan Permeabilitas


Kedua hal ini berpengaruh terhadap sirkulasi air dalam batuan. Menurut Ritter
(1978), porositas primer ditentukan oleh tekstur batuan dan berkurang oleh proses
sementasi, rekristaslisasi dan penggantian mineral (missal dolomitisasi) sehingga
porositas primer tidak begitu berpengaruh terhadap proses karstifikasi. Sebaliknya
dengan porositas sekunder yang biasanya terbentuk oleh adanya retakan atau pelarutan
dalam batuan. Porositas (baik primer maupun sekunder) biasanya mempengaruhi
permeabilitas yaitu kemampuan batuan batuan untuk melalukan air. Disamping itu
permeabilitas juga dipengaruhi oleh adanya kekar yang saling berhubungan dalam
batuan. Semakin besar permeabilitas suatu batuan maka sirkulasi air akan berjalan
semakin lancer sehingga proses karstifikasi akan semakin intensif.

Intesitas Struktur Terhadap Batuan


Intersitas struktur terutama kekar sangat berpengaruh terhadap proses karstifikasi.
Disamping kekar dapat mempertinggi permeabilitas batuan, zona kekar merupakan zona
yang lemah yang mudah mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar
dalam batuan proses pelarutan dan erosi berjalan intensif. Ritter (1978) mengemukakan
bahwa kekar biasanya terbentuk dengan pola tertentu dan berpasangan (kekar gerus), tiap
pasang membentuk sudut antara 70 sampai 90 dan mereka saling berhubungan. Hal
inilah yang menyebabkan kekar dapat mempertinggi porositas dan permeabilitas
sekaligus sebagai zona lemah yang menyebabakan proses pelarutan dan erosi berjalan
lebih intensif. Apabila intensitas pengkekaran sangat tinggi maka batuan menjadi mudah
hancur atau tidak memiliki kekauatan yang cukup. Disamping itu permeabilitas mejadi
sangat tingi sehingga waktu sentuh batuan dan air sangat cepat. Hal ini menghambat
proses kartifikasi (Ritter, 1978). Adanya control struktur dalam pembentukan topografi
karst ini diberikan contoh pada pembentukan gua.

21

Sketsa Goa oleh Kekar


2) Faktor Kimia Faktor kimiawi yang berpengaruh dalam proses karstifikasi adalah
kondisi kimia batuan dan kondisi kimia media pelarut.

Kondisi Kimia Batuan


Kondisi kimia batuan yang dimaksud adalah komposisi dan sifat kimia
(kelarutannya).
Secara umum berdasarkan komposisinya batugamping dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok, tetapi sesuai dengan namanya, batugamping sedikitnya mengnadung
50% mineral karbonat ynag umumnya berupa kalsit (CaCO3). Dua jenis mineral karbonat
yang umum ada pada batugamping adalah kalsit dan dolomite (Sweeting, 1973 dalam
Ritter, 1978). Menurut Leigton dan Pendextel (1962 dalam Ritter, 1978), bila batuan
mengandung mineral dolomite lebih dari 50% maka batuannya disebut dolomite dan bila
batuannya mengandung mineral kalsit lebih dari 50% maka batuannya disebut
batugamping. Batugamping inilah yang mempunyai kecenderungan untuk membentuk
topografi karst.

Kondisi Kimia Media Pelarut


Media pelarut dalam proses karstifikasi adalah air alam (natural water) (Jehning, 1971
Vide Bloom, 1979). Kondisi kimiawi media pelarut ini sangat berpangaruh pada proses
karstifikasi. Flint dan Skinner (1979) mengemukakan bahwa kalsit sangat sulit lartu
dalam air murni, akan tetapi ia akan larut dalam air yang mengandung asam. Dialam, air
22

hujan akan mengikat karbondioksida (CO2) dari udara dan dari tanah disekitarnya
membentuk air /larutan yang bersifat asam yaitu asam karbonat (H2CO3). Larutan inilah
yang akan melarutkan batugamping. Dengan demikian bahwa sifat kimiawi media pelarut
sangat dipengaruhi oleh banyaknya karbondioksida yang diikatnya. Disamping
membentuk larutan asam, karbondioksida didalam air akan meningkatkan tekanan parsial
CO2 dalam larutan tersebut. Tekanan parsial CO2 yang tinggi dalam larutan akan
mempertinggi kemampuan larutan untuk melarutkan kalsit.bloom (1979) menyebutkan
bahwa tekanan parsial CO2 pada air yang mengandung udara (aerated aqueous) hanya 30
pa dan CaCO3 yang dapat dilarutkannya kurang lebih hanya 63 mg/lt, tetapi pada kondisi
tidak ada udara (anaerobic) tekanan parsial CO2 meningkat sampai 30 Kpa dan
CaCO3 yang dapat dilarutkannya mencapai 700 mg/lt.
Bentang Alam Hasil Proses Karstifikasi
Nama Kars menurut Thornbury (1964) dipakai pertama kali untuk menamakan
sebuah daerah di Italia yaitu Carso. Daerah Carso merupakan dareah seluas kurang lebih
38.500 km2 dengan ketinggian mencapai 2.500 m yang litologinya berupa batugamping
dimana gejala topografi kars berkembang baik didaerah ini. Daerah kars yang dimaksud
tepatnya berada disebelah timur laut Laut Adriatic. Bentuk morfologi yang menyusun
suatu bentang alam kars dapat dibedakan menjadi dua macam (Srijono, 1984, dalam
Widagdo, 1984), yaitu bentuk-bentuk konstruksional dan bentuk-bentuk sisa pelarutan.

23

Daerah bentang alam kars

1.Bentuk-bentuk Konstruksional
Bentuk konstruksional adalah bentuk topogrfi yang dibentuk oleh proses
pelarutan batugamping atau pengendapan material karbonat yang dibawa oleh air.
Berdasarkan ukurannya, topografi konstruksional dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu bentuk-bentuk minor dan bentuk-bentuk mayor . Menurut Bloom (1979),
yang dimaksud dengan bentang alam kars minor adalah bentang alam yang tak dapat
diamati pada foto udara atau peta topografi, sedang bentang alam kars mayo adalah
bentang alam yang dapat diamati baik didalam foto udara atau peta topografi.
Bentuk-bentuk topografi kars minor adalah :
Lapies,Merupakan bentuk tak rata pada permukaan batugamping akibat adanya proses
pelarutan, penggerusan atau karena proses lain.
Kars Split, Adalah celah pelarutan yang terbentuk dipermukaan. Kars split sebenarnya
merupakan perkembangan dari kars-runnel (solution runnel). Bila jumlah kars runnel
banyak dan saling berpotongan maka akan membentuk kars split.
Parit Karst, Adalah alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit. Srijono
(1984), mengemukakan bahwa parit kars ini merupakan kars split yang memajang
sehingga membentuk parit kars.
Palung Karst, Adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar, dibentuk oleh
proses pelarutan. Kedalamannya dapat mencapai lebih dari 50 cm. biasanya terbentuk
pada permukaan batuan yang datar atau miring rendah dan dikontrol oleh struktur yang
memanjang.
Speleothem, Adalah hiasan yang terdapat didalam gua yang dihasilkan oleh endapan
berwarna putih, bentuknya seperti tetesan air, mengkilat dan menonjol. Hiasan ini
merupakan endapan CaCO3

yang mengalami presipitasi pada saat air tanah yang

membawanya masuk kedalam gua.


24

Gambar stalakmit dan stalaktit


Bebtuk bentuk topografi kars mayor:

Surupan, Yaitu depresi tertutup hasil pelarutan denagn diameter mulai dari beberapa
meter sampai beberapa kilometer, kedalamannya mencapai ratusan meter dan bentuknya
dapat bundar atau lonjong (oval),

Gambar uvala

Uvala, Adalah depresi tertutup yang besar, terdiri dari gabungan beberapa doline, lantai

dasarnya tidak rata.


Polje, Depresi tertutup yang besar dengan lantai dasar dan dinding yang curam,
bentuknya tidak teratur dan biasanya memanjang searah jurus perlapisan atau zona lemah
structural. Pembentukannya dikontrol oleh litologi dan struktur dan mengalami pelebaran

oleh proses korosi lateral pada saat ia terisi air.


Jendela Karst, Adalah lubang pada atap gua yang menghubungkan antara ruang dalam
gua dengan udara diluar yang terbentuk karena atap gua tersebut runtuh, (Twidale, 1976).
Disamping itu jendela kars dapat pula terbentuk pada atap sungai bawah tanah.
25

Lembah Karst, Adalah lembah atau alur yang besar yang terdapat pada lahan kars.
Lembah ini terbentuk oleh aliran air permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya.

Goa (Cave), yaitu serambi tau ruangan bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan
dan cukup besar bila dimasuki oleh manusia (Sanders, 1981). Goa seringkali terdiri dari
rangkaian ruangan sehingga kedalamannya dapat mencapai ratusan meter.

Terowongan dan Jembatan Alam yaitu lorong bawah tanah yang terbentuk oleh
pelarutan dan penggerusan air tanah atau oleh aliran bawah tanah (Von Engeln, 1942).
Terowongan alam memiliki ukuran yang bervariasi artinya dapat berukuran besar atau
kecil. Sebagai contoh, terowongan di Virginia dapat berukuran mencapai 275 meter,
tingginya 23 meter dan lebarnya 40 meter.
Bentuk-bentuk Sisa Pelarutan
Yang dimaksud dengan bentuk morfologi sisa pelarutan adalah morfologi yang
terbentuk karena pelarutan dan erosi sudah berjalan sangatlanjut sehingga meninggalkan
sisa yang khas untuk lahan kars. Morfologi sisa dapat berkembang baik terutama pada
daerah yang beriklim tropis basah (Bloom, 1979). Macam-macam bentuk morfologi sisa
yaitu :
Kerucut Kars, yaitu bukit kars yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi
oleh depresi yang biasanya disebut sebagai bintang (Ritter, 1978). Kerucut kars sering
disebut sebagai kegelkars (bahasa Jerman). Pada kenyataannya kerucut kars sering kali
lebih mirip setengah bola dibanding dengan bentuk kerucut.

Gambar kerucut kars


Menara Kars, adalah bukit sisa pelarutan dan erosi berbentuk menara dengan lereng yang
terjal, tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yng lain dan dikelilingi oleh dataran
alluvial (Ritter, 1978). Menurut Jenning (1971) dalam Ritter (1978) menara kars dan
kerucut . kars dibedakan dalam hal keterjalan lereng dan adanya rawa / dataran alluvial
yang mengelilinginya.
26

Gambar menara kars

Mogote, adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya

dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata (flat). Bentuknya kadang-kadang tidak
simetri antara sisi yang mengarah kearah datangnya angin dengan sisi sebaliknya.

Gambar mogote

27

BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 LOKASI PENGAMATAN I
Tanggal : 24 mei 2015
Lokasi : gumuk pasir parangkusumo ,pantai parangtritis ,bantul ,yogyakarta
Jam

: 09:27 WIB

Cuaca : cerah

28

Pada lokasi pengamatan pertama yang terletak di titik kordinat S : 8 o 0 52,7s E : 110o
18 56,4s yaitu tepatnya didaerah pantai parang kusumo, kecamatan imogiri, kabupaten
bantul, yogyakarta. Didaerah ini terdapat bentang alam eolian yang sangat luas dengan
beberapa jenis-jenis gumuk pasir nya . dengan media angin dari arah pantai dan matahari
yang sangat panas terbentuklah bentang alam eolian.dengan adanya media angin sebagai
media pengangkut ,angin itu sendiri menyebabkan terbentuknya pola ripple mark.

29

Gambar.pola ripple mark


Litologi endapan dengan pasir yang halus menyebabkan perbedaan bentang alam pada
bagian selatan kompas yaitu terdapat bentang alam merin dan struktural.
Vegetasi yang terdapat pada lokasi pengamatan yaitu berupa pohon cemara yang
menyebabkan terjadinya proses pengendapan itu sendiri yang bersifat penghalang.

Gambar.vegetasi pohon cemara


Gumuk pasir parangkusumo ini terbentuk karena adanya proses pembangun (kontruksi).
Dengan angin dan matahari sebagai media terjadinya pengendapan pasir , dengan adanya
dataran yang sangat luas dan terdapat cekungan sungai dan muara yang sudah mengering
maka proses pengangkutan pasir dan pengendapannya pun sangat resisten dibantu juga
dengan media angin dari arah pantai parangtritis dan matahari yang sangat terik.
Gumuk pasir parangkusumo terdapat beberapa jenis-jenisnya ,antara lain:
1.barcan, pada arah S:250 N:80 terdapat jenis gumuk pasir barcan ,barcan itu sendiri
terbentuk karena adanya pengendapan yang disebabkan karena adanya vegetasi yang
bersifat penghalang dan menyebabkan bentuk dari barcan sendiri berbentuk seperi bulan
sabit.

30

Gambar.barcan
2.parabolik,pada saat kompas mengarah pada S:190 N:10 terdapat tipe gumuk pasir
parabolik, tipe ini tidak jauh beda bentuknya dan proses pembentukannya dengan tipe
barcan akan tetapi yang membedakannya yaitu arah angin yang sebagai media
pengangkutnya.

Gambar.gumuk pasir parabolik


3.2 LOKASI PENGAMATAN II
Tanggal : 24 mei 2015
Jam

: 11:07 WIB

Cuaca : cerah
Lokasi : dusun lanteng satu, desa selopamioro, kabupaten batul, yogyakarta.

31

pada lokasi pengamatan yang ke dua tepatnya pada titik kordinat S : 07 0 46


54,3s E : 1100 24 1,4 s , saya dihadapkan dengan adanya singkapan batuan vulkanik
breksi tufaan ,dengan bentang alam struktural dan dengan morfologi di sambing badan
jalan ,dengan vegetasi berupa pohon jati dan pohon tebu.
Dengan adanya gejala vulkanik dan tektonik yang cukup segnifikan menyebabkan
terjadinya batuan ini,dan menyebabkan adanya sesar mendatar dan sesar turun yang
saling berpotongan ,pada sekitar singkapan ditemukan pola aliran sub-dendritik dengan
stadia sungai dewasa.

Aspek geometri:

Beda tinggi
Sudut lereng
Panjang lembah
Lebar lembah

: 17 m
: 59
: 250 m
: 30 m

Aspek eksogenik:

32

Tingkat pelapukan : menengah


Tingkat erosi
: menengah
Tingkat transportasi : rendah
Tingkat sedimentasi : rendah
Aspek endogen :

Tingkat vulkanik : intermedien, eksklusif (ledakan)


Tingkat tektonik : kekar tarik
Tersusun morfologi satuan perbukitan tersayat kuat struktural.

3.3 LOKASI PENGAMATAN III


Tanggal : 24 mei 2015
Jam

: 13:50 WIB

Cuaca : berawan
Lokasi : desa lemah abang , kec. Ndlingo , kab. Bantul
33

Lokasi pengamatan yang ketiga terletak pada titik koordinat S : 070 56 41,1s E :
1100 2625,5s,yang terdapat bentang alam kars dengan dua katagori yaitu endokars dan
eksokars .
Untuk endokars , endokars sendiri yaitu suatu morfologi yang berada dibawah
permukaan dengan proses pelapukan media trobosan air,tetsan air,aliran air yang mengikis
menyebabkan terbentuknya beberapa bentuk yang berkelok kelok dan membentuk
speleothem stalaktit dan stalakmit, yang terbentuk akibat dari tetesan air graverit . terdapat
pilar yang sudah menyatu dengan dinding goa.

34

Gambar .stalaktit

Gambar.pilar

35

Pada saat keluar goa kita langsung dihadapkan dengan bentang alam kars tipe eksokars
yang memiliki morfometri bergelombang kuat dengan vegetasi pohon jati.
Terdapat singkapan berupa batugamping non klastik ,vormasi imogiri . terbentuk karena
adanya pelarutan air dalam karbonat yang berkembang menjadi kars ,yaitu kars orange

komposisi:

Trumbu
Fosil grastopoda
Karbonat
moluska

Ada beberapa aspek:


A . aspek morfologi

Tingkat pelapukan : tinggi


Tingkat erosi
: tinggi
Tingkat tranportasi : tinggi
Tingkat sedimentasi : menengah

36

BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa fildtrip geomorfologi ini memberi dampak yang sangat
berguna bagi pengetahuan pada saat kita diterjunkan di lapangan maupun disaat kita
berada dilingkungan perkuliahan.pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
A. Bentang alam Aeolian (Eolian) adalah bentang alam yang dihasilkan oleh tindakan
erosif atau konstruktif angin. Kata Aeolian berasal dari Aeolus, dewa angin mitologi
Yunani.
Proses erosi angin terdiri dari abrasi dan deflasi. Proses yang terbentuk menghasilkan
berbagai skala: bentuk riak Aeolian (beberapa sentimeter lebar), bentuk gundukan
(beberapa meter dengan diameter ), bukit (beberapa puluh sampai seratus meter dalam
ukuran), dan ergs (beberapa kilometer persegi atau lebih). Lebih halus ukuran partikel
lebih jauh jarak angkut turbulensi udara dan loess yang terbentuk lebih besar.
B. Bentang alam struktural merupakan kenampakan morfologi yang pembentukannya
dikontrol sepenuhnya oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. struktur yg
dominan merupakan struktur sekunder, atau struktur yg terbentuk setelah batuannya ada.
struktur2 ini dapat berupa sesar, lipatan dan kekar.kenampakan yang dapat kita
interptretasi berupa pola penyaluran,lineament,bukitdan lembah,perubahan aliran
sungai.ada

beberapa

macam

macam

bentang

alam

structural

yaitu

,struktur

mendatar,struktur miring,struktur lipatan,dan struktur patahan.


C. Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa
Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst/krast' yang merupakan nama suatu
kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Daerah
karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain
misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti
halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya
cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.

37

Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidraulik, pergerakan
tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses
dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk
penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Ciri-ciri daerah karst antara lain:

Daerahnya berupa cekungan-cekungan.

Terdapat bukit-bukit kecil.

Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.

Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah

Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu
gamping.

Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.

38

BAB V
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki
keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan
kekuatan didalam penyusunan laporan fildtrip geomorfologi. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW. keluarga dan para sahabatnya dan penegak
sunnah-Nya sampai kelak akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang bersangkutan atas selesainya laporan
fildtrip geomorfologi ini .
Penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.EV.Budiadi . MSS selaku dosen matakuliah geomorfologi ,yang telah memberikan semua
materi tentang materi geomorfologi dengan sangat baik.
2.kakak-kakak asisten dosen praktikum geomorfologi yang telah memberikan segenap
pengetahuannya kepada kami dengan sabar.
3.kepada orang tua kami yang telah memberikan semangat beserta do'a yang tidak ada habisnya
kepada kami
4.kepada teman teman jabiger14 yang telah memberi semangat kepada penulis dalam
penyelesain laporan ini.

39

LAMPIRAN

40

41

42

43

44

45

Anda mungkin juga menyukai