Anda di halaman 1dari 10

1

MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas 1/NIM
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian

:
:
:
:
:

Tanggal dan Waktu

Muhammad Faisal/I34110164
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Resturezky Rachmanya/I34110008
Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis/194709281975032001
Pengaruh Gambar Peringatan Merokok pada Kemasan Rokok
terhadap Sikap Pembelian
29 Januari 2015, 10.00-10.50 WIB

1. PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Rokok menurut kamus Bahasa Indonesia adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering yang
telah dicacah dan dilinting menggunakan kertas. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Sejarah rokok di
Indonesia muncul berawal pada tahun 1880, rokok pertama kali diramu dengan tujuan utama
sebagai obat penyakit asma, namun pada akhirnya rokok menjadi terkenal dan disalahgunakan
tujuan utamanya.
Sebagian besar opini publik jika ditanya mengenai rokok akan mengarah pada sisi negatif,
tetapi dibalik sisi negatif rokok tersebut, industri rokok di Indonesia telah menjadi pegangan hidup
dari ribuan petani tembakau dan pekerja pabrik rokok di Indonesia. Selain itu, negara juga telah
menetapkan bea cukai rokok yang besar, tujuannya untuk membatasi peredaran rokok dengan
menaikkan harga. Namun sepertinya strategi tersebut tidak begitu relevan dalam usaha
membatasi peredaran rokok, melainkan malah berjasa pada tingginya pendapatan negara.
Industri rokok di Indonesia masih memiliki daya tarik yang sangat besar mengingat jumlah
perokok di Indonesia terus bertambah setiap harinya. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Indonesia mengungkapkan, jumlah perokok aktif di Indonesia pada Februari 2012 mencapai dua
kali lipat melebihi total jumlah penduduk Malaysia saat ini. Abdillah (2012) mengatakan bahwa
perokok berusia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan 7,7% sejak tahun 1995, sekarang
jumlahnya naik sekitar 34,7%, penerimaan negara dari cukai rokok pada tahun 2011 mencapai
Rp77 Triliun, melebihi target sebesar Rp60,7 Triliun. Hal itu karena pertumbuhan industri rokok di
Indonesia yang sangat tinggi.
Rokok masih dianggap sebagai penyumbang pendapatan negara terbesar, padahal
nyatanya rokok justru menyumbang kerugian terbesar negara. Menurut data Depkes tahun 2011,
total biaya konsumsi atau pengeluaran untuk tembakau sebesar Rp127,4 triliun. Biaya itu juga
termasuk biaya kesehatan, pengobatan dan kematian yang disebabkan oleh rokok. Sementara itu
menurut Bea Cukai tahun 2011, total penerimaan negara dari Bea Cukai rokok sebesar Rp77
triliun, artinya biaya pengeluaran untuk menangani masalah kesehatan akibat rokok lebih besar 7
kali lipat daripada penerimaan cukai rokok itu sendiri.
Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan perokok maupun orang disekitarnya. Menurut
hasil penelitian oleh Kings College London yang dikutip oleh Mahmudin (2014), merokok bisa
membusukkan otak dengan merusak memori, kemampuan belajar dan daya nalar. Subyek
penelitian dilakukan terhadap 8.800 orang dengan rentang usia berkisar 50 tahun ke atas yang
mengalami tekanan darah tingi dan kelebihan berat badan. Penelitian tersebut juga menyatakan
bahwa rokok juga mempengaruhi otak, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah.
Pemerintah mengeluarkan PP No. 19 Tahun 2003 pada tanggal 10 Maret 2003 tentang
pengamanan rokok bagi kesehatan yang didalamnya tercantum peraturan-peraturan yang harus

dipatuhi oleh produsen rokok yang berisi tentang keterangan pada label tercantum indikatorindikator apa saja yang harus dipenuhi untuk membuat label peringatan bahaya merokok sehingga
legal untuk dipasarkan. Upaya lain pemerintah dalam meningkatkan penyadaran bagi perokok,
melalui Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat aditif berupa produk tembakau bagi kesehatan, khususnya ketentuan mengenai
pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau yang telah ditetapkan
peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2013, semua produk rokok di Indonesia wajib
mencantumkan peringatan bahaya merokok bagi kesehatan dengan gambar yang menyeramkan
pada bungkus kemasan rokok, baik rokok luar negeri maupun rokok dalam negeri.
Di Indonesia, masalah rokok telah menjadi perbincangan banyak orang. Hal utama yang
dibahas sudah tentu mengenai masalah yang disebabkan oleh rokok, baik bagi kesehatan
ataupun kualitas hidup pecandunya. Perkembangan konsumsi rokok di Indonesia sudah bukan lagi
pada kalangan orang dewasa saja, tetapi sudah merambah kepada anak-anak remaja dan bahkan
anak kecil di Indonesia. Permasalahan tersebut juga didiukung oleh hasil penelitian Mahmudin
(2014) yang mengatakan bahwa konsumsi rokok oleh mayoritas masyarakat menjadi fenomena
tersendiri yang sulit dihentikan.

1.2.

MASALAH PENELITIAN

Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:


1. Bagaimana penggunaan gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok.
2. Bagaimana karakteristik konsumen berpengaruh terhadap sikap konsumen.
3. Bagaimana pengaruh gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok terhadap
sikap konsumen.

1.3.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi penggunaan gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok.


2. Menganalisis pengaruh karakteristik perokok terhadap sikap konsumen.
3. Menganalisis pengaruh gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok terhadap
sikap konsumen.
1.4.

KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:


Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, antara lain adalah: 1) akademisi,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian-penelitian sebelumnya
yang sejenis dan menjadi sumber rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
kemasan produk terhadap konsumen; 2) pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan informasi sebagai evaluasi peraturan gambar peringatan berbahaya pada kemasan rokok
terhadap penurunan jumlah perokok, serta sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
kualitas kampanye kesehatan tersebut.

2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pemasaran

Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Pemasaran pada dasarnya mencangkup segala kegiatan yang lebih luas lagi, mulai dari promosi
dan publikasi.
Pemasaran yang sebenarnya berarti adanya pertukaran informasi antara pihak satu
dengan yang lainnya, yang berarti pemasaran adalah suatu komunikasi dan di dalam komunikasi
pemasaran terdapat empat elemen pokok yang mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan
pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi yang lebih dikenal dengan istilah
marketing mix (Swastha 1996).

2.1.2 Produk
Kotler (2002) mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
suatu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Menurut Kotler dan Amstrong (2008), produk
adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan dan dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.
Menurut Tjiptono (1997) atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi),
pelayanan, dan sebagainya. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (1997) atribut produk
meliputi mutu, sifat produk, dan rancangan.

2.1.3 Kemasan
Konsumen selalu memiliki pertimbangan tertentu dalam membeli barang, dan daya tarik
atau kemasan. Kemasan dapat berpengaruh terhadap konsumen, yang bersifat impulsif,
emosional dan yang tidak direncanakan lebih dahulu. Ini menimbulkan daya tarik dan bahkan
penilaian yang negatif terhadap produk tersebut. Bahkan pada saat ini, konsumen sangat sensitif
terhadap tampilan kemasan produk. Kemasan merupakan poin refense, titik awal yang menarik
yang dipandang konsumen.
Bresrin (1998) mengatakan bahwa kemasan tidak hanya merupakan pelayanan tetapi juga
sebagai salesman dan pembawa kepercayaan, dimana suatu kemasan merupakan penglihatan
akhir dari konsumen yang dapat dipercaya. Baarn (1947), menyatakan bahwa kemasan
merupakan sejenis kartu nama yang disebarkan beribu-ribu kali dan arti pembungkus bagi
konsumen adalah (1) dengan adanya pembungkus barang-barang tetap bersih dan praktis; (2)
dengan pembungkus menunjukkan kualitas barang dan menerangkan isi di dalam kemasan; (3)
kemasan memberikan informasi akan memberik dorongan pada pembeli untuk membaca dan
melihat sambil berfikir akan membelinya dan; (4) pembungkus sebagai media informasi dari
produk tersebut kepada konsumen.

2.1.4 Desain Kemasan


Menurut Klimchuk dan Krasovec (2007) desain kemasan adalah bisnis kreatif yang
meningkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan
informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Menurut Majalah Concept (2007), packaging is
the science, art, and technology of enclosing or protecting products for distributive, storage, sale,
and use. Artinya desain kemasan adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk meindungi
sebuah produk saat akan didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai.
Klimchuk dan Krasovec (2007) mengatakan bahwa unsur dari desain kemasan yang
terpenting adalah: (1) gambar, (2) pesan/informasi, (3) warna, (4) ukuran. Desain kemasan
memiliki elemen-elemen yang membentuk desain kemasan suatu produk. Menurut Wiria (2007),
suatu desain kemasan yang menarik dibangun dari elemen visual dan elemen struktural yang
didesain sedemikian rupa untuk menimbulkan suatu respon positif pada konsumennya. Elemen
visual adalah bagian kemasan yang menarik perhatian konsumen pada saat melihat seperti warna
kemasan, bentuk kemasan, dan desain grafis seperti ukuran, gambar dan slogan pada label
kemasan. Sedangkan elemen struktural adalah bahan atau material yang digunakan pada
kemasan.
2.1.5. Gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok
Menurut Aditama (1997) mencantumkan bahaya merokok pada setiap bungkus rokok
dianggap perlu untuk memberi kesempatan pada calon pembeli agar menimbang-nimbang,
apakah akan membeli barang yang berbahaya. Tulisan dan gambar peringatan merokok bervariasi
dari yang paling sederhana, yang hanya menuliskan merokok berbahaya bagi kesehatan sampai
ke tulisan yang lebih spesifik, contohnya merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, bronkitis
kronik dan emfisema, penyakit jantung koroner dan gangguan pada janin dalam kandungan.
Pemerintah menyempurnakan Peraturan Pemerintah melalui peraturan Menteri Kesehatan
No. 28 tahun 2013 yang dikutip dalam Mahmudin (2014), semua produk rokok di Indonesia wajib
mencantumkan peringatan bahaya merokok bagi kesehatan dengan gambar yang menyeramkan
pada bungkus kemasan rokok, baik rokok luar negeri maupun rokok dalam negeri dan juga
disosialisasikan beberapa hal seperti berikut: (1) Peringatan Kesehatan bentuk gambar dan tulisan
masing-masing sisi kemasan (depan-belakang) sebesar 40 persen; (2) Ukuran iklan di media luar
sebesar 72 meter persegi; (3) Khusus bagi tempat umum, tempat kerja dan tempat lainnya
menyediakan tempat khusus merokok; (4) Pemberlakuan Peringatan Kesehatan perlu dibahas
lebih lanjut masa transisinya; (5) Perlu sosialisasi darft RPP sebelum ditandatangani Presiden.
2.1.6. Sikap Konsumen
Secord dan Backman (dalam Azwar 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan konstelasi
komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,
merasakan dan sebelum berperilaku terhadap suatu objek.
Komponen-komponen sikap yang terdiri dari kognitif, afektif dan konatif berkembang
menjadi lebih spesifik. Marat (1984) mengatakan bahwa komponen sikap terdiri dari tiga
komponen sebagai berikut :
1. komponen Kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep
seseorang.
2. komponen afeksi yang berhubungan dengan emosional seseorang.
3. komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.
Mann (dalam Azwar 1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisikan persepsi,
kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sering kali konsumen ini
dapat disamakan dengan pandangan, terutama menyangkut masalah isu. Komponen afektif
merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat

mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi kecenderungan untuk bertindak atau untuk
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
2.2.

KERANGKA PEMIKIRAN

Produk menjadi elemen pokok di dalam suatu proses pemasaran dari perusahaan kepada
konsumen. Di dalam proses pemasaran dari perusahaan kepada konsumen terdapat faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi sikap konsumen terhadap produk, dan dalam hal ini gambar
peringatan pada desain produk merupakan faktor inti yang memengaruhi sikap konsumen
terhadap produk. Selain itu, ada juga faktor karakteristik personal dari konsumen. Sikap konsumen
dapat diukur dengan beberapa aspek, diantaranya adalah aspek kognitif, afektif, dan konatif.

Karakteristik responden:
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Tingkat pendapatan
Sikap konsumen:

1. Kognitif
2. Afektif
3. Konatif
Desain gambar peringatan
kemasan produk:

1.
2.
3.
4.

Gambar
Pesan/informasi
Warna
Ukuran

Gambar 1. Kerangka pikir

Keterangan:
: mempengaruhi dan akan diuji secara kuantitatif
2.3.

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:


1. Diduga karakteristik responden memengaruhi sikap konsumen

2. Diduga desain kemasan memengaruhi sikap konsumen


2.4.

DEFINISI OPERASIONAL

1. Karakteristik responden adalah hal-hal yang berhubungan dengan individu responden.


Karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan.
a. Usia adalah jarak antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian
dilakukan. Usia responden pada saat penelitian dihitung dalam satuan tahun dan
dibulatkan sesuai ulang tahun terdekat.usia dibedakan sesuai data responden yang didapat
di lapangan. Pengukuran menggunakan skala rasio dengan dibedakan atas: 1) rendah
(skor 1) apabila responden berusia kurang dari rata-rata usia keseluruhan responden; 2)
sedang (skor 2) apabila responden berusia sama dengan rata-rata usia keseluruhan
responden; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden berusia lebih dari rata-rata usia
keseluruhan responden.
b. Jenis kelamin adalah identitas individu berdasarkan ciri biologis. Pengukuran dengan
menggunakan skala nominal dan dibedakan atas: 1) laki-laki; dan 2) perempuan.
c. Tingkat pendapatan adalah pemasukan responden setiap bulan yang dapat diperoleh dari
gaji hasil bekerja, beasiswa, atau kiriman dari orang tua. Diukur dengan menggunakan
skala ordinal dan dibedakan atas : 1) rendah (skor 1) apabila responden memperoleh
pendapatan kurang dari rata-rata pendapatan keseluruhan responden; 2) sedang (skor 2)
apabila responden memiliki pendapatan sama dengan rata-rata pedapatan keseluruhan
responden; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden memiliki pendapatan lebih dari ratarata pendpatan keseluruhan responden.
Karakteristik responden dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi dari semua
pernyataan 2-3; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 4-5; dan 3)
tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 6.
2. Desain kemasan menurut Klimchuk dan Krasovec (2002) desain kemasan adalah bisnis
kreatif yang meningkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemenelemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan
produk adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk meindungi sebuah produk saat
akan didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai sesuai dengan persepsi responden.
Pengukuran dihitung dengan menggunakan skala ordinal pada semua komponen. Pada
penelitian ini, desain kemasan memiliki empat komponen yang diteliti yaitu gambar, pesan,
warna, dan ukuran.
a. Gambar adalah sebuah representasi spasial dari fenomena obyek, adegan, atau lainnya.
Gambar diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai gambar seram
sebagai peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika
responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika
responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden
menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden
menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia
akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua
pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.
b. Pesan adalah sebuah informasi tertulis yang memiliki tujuan tertentu. Pesan diukur
dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai pesan tertulis sebagai
peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden
menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden
menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan
tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan
sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari
semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 7-9;
dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.
c. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna. Warna
diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai warna pada gambar

peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden
menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden
menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan
tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan
sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari
semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 7-9;
dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.
d. Ukuran adalah besaran, dimensi atau kapasitas yang biasanya terhadap suatu standar
atau satuan ukur. Ukuran diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai
ukuran gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika
responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika
responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden
menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden
menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia
akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua
pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.
Desain kemasan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi dari semua
pernyataan 12-24; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 25-36; dan 3)
tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 37-48.
3. Komponen sikap adalah suatu aspek psikologis dalam individu yang memengaruhi penentuan
perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian. Pengukuran komponen sikap
menggunakan sekala ordinal menurut Azwar (1995) komponen sikap terdiri dari tiga aspek
yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
a. Kognitif adalah aspek pengetahuan, kepercayaan, keyakinan dalam proses keputusan
pembelian suatu produk. Kognitif diukur dengan pernyataan terkait pengetahuan responden
mengenai gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika
responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika
responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden
menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden
menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia
akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua
pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.
b. Afektif adalah aspek sikap yang meliputi perasaan tidak suka, penerimaan obyek dalam
proses keputusan pembelian suatu produk. Afektif diukur dengan pernyataan terkait
pengetahuan responden mengenai gambar peringatan merokok pada kemasan rokok.
Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan
tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi
skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1
jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1)
apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari
semua pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 1012.
c. Konatif adalah aspek perilaku berkehendak dalam proses keputusan pembelian suatu
produk seperti keinginan untuk membeli atau suatu niatan untuk membeli produk. Konatif
diukur dengan pernyataan terkait kehendak responden dalam pembelian produk rokok.
Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan
tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi
skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1
jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1)
apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari
semua pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 1012.

Komponen sikap dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi dari semua
pernyataan 12-20; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 21-28; dan
3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 29-36.
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.

LOKASI DAN WAKTU

Penelitian dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor Dramaga. Lokasi tersebut dipilih dengan
alasan karena:
1. Karena banyak mahasiswa di IPB yang menjadi perokok aktif
2. Karena peraturan mengenai pemakaian gambar peringatan merokok ditetapkan untuk
seluruh Indonesia termasuk juga dibogor
Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan, dari bulan Januari hingga Mei 2015.
Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan,
penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2015
Januari
Februari Maret
April
Mei
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal Skripsi
Kolokium
Perbaikan Proposal Skripsi
Pengambilan Data Lapang
Pengolahan dan Analisis Data
Penulisan Draft Skripsi
Uji Petik
Sidang Skripsi
Perbaikan Laporan Skripsi
3.2.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian tentang pengaruh gambar peringatan merokok pada kemasan rokok terhadap
sikap konsumen. Metode kuantitatif menggunakan survai dengan menggunakan kuisioner sebagai
alat untuk mengumpulkan data dari responden. Sedangkan data-data kualitatif dilakukan dengan
wawancara kepada pihak Dinas Kesehatan Lokal Republik Indonesia dan responden.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari sumber pertama yakni responden dan pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer didukung dengan alat pengumpul data seperti
kuisioner sebagai panduan daftar pertanyaan untuk responden. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari literatur.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang dibagi menjadi dua, yaitu responden
dan informan. Responden adalah individu yang pernah membeli produk rokok untuk dikonsumsi
pribadi, sedangkan informan adalah pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Jumlah responden
yang diambil berjumlah 50 orang, berdasarkan pada jumlah minimum pengambilan responden
dalam penelitian sosial yaitu sebanyak 30 orang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pembeli produk rokok untuk dikonsumsi
pribadi. Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah pembeli yang melakukan pembelian
produk rokok untuk dikonsumsi pribadi pada bulan Januari 2015 sampai bulan Februari 2015.
Pemilihan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling dan accidental sampling. Teknik
penentuan sampel ini ditentukan berdasarkan mahasiswa yang hanya mengonsumsi rokok secara
aktif dan dilakukan penyebaran kuisioner seacara kebetulan ditemui oleh peneliti dan dianggap
sesuai untuk menjadi narasumber data.

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara melakukan pemberian kuisioner dengan memilih
hanya kepada responden yaitu mahasiswa IPB S1 yang masih menjadi perokok aktif dengan
secara kebetulan dan diberikan pernyataan di dalam kuisioner secara kuantitatif
3.3.

TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh langsung di lapangan dengan observasi, kuisioner, dan wawancara mendalam kepada
responden serta informan. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu buku, laporan hasil penelitian, artikel,
dan sebagainya.
Penelitian ini memiliki dua jenis data yang akan diolah serta dianalisis, yaitu data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif akan diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan SPSS
(Statistical Program for Social Sciences) 16.0. Aplikasi SPSS 16.0 digunakan untuk melakukan uji
stastistik yang menggunakan uji regresi untuk melihat hubungan karakteristik responden terhadap
keputusan pembelian dan melihat hubungan gambar seram pada desain kemasan rokok dengan
keputusan pembelian.
DAFTAR PUSTAKA
Alma. 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung (ID): Alfabeta.
Azwar. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi Kedua. Yogyakarta (ID): Pustaka
Pelajar.
Bursan. 2009. Tanggapan konsumen atas bauran pemasaran rokok Sampoerna A Mild (studi
kasus pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi UNILA). Jurnal Bisnis dan Manajemen.
[internet]. 6(1): 83-100.[4 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://femanajemen.unila.ac.idjbmJBM%20Volume%206%20No.%201%20September%202009.pdf
Dewi NLGDN dan Jatra M. 2012.Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Handphone Di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana. [internet]. [26
September
2014].
2(2):
248-261.
Dapat
diunduh
dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/view/4359/3511
Hurriyati. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Cetakan Ke-3. Bandung (ID):
Alfabeta. 186 hal.
Ikhwanuddin M. 2011.Pengaruh Persepsi Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Rokok
Merek Gudang Garam Surya Professional Mild (Studi Pada Mahasiswa Jurusan
Manajemen Angkatan 2011/2011 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang). Skripsi.
[internet]. [26 September 2014]. Dapat diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2012/08/Jurnal-Atribut-Produk.pdf
Keller KL dan Kotler P. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas (Alih bahasa dari Bahasa
Inggris oleh Sabran B). Edisi 13. Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. [Judul asli: Marketing
Management, Thirteenth Edition].412 hal.
Kotler P dan Amstrong G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-12 (Alih bahasa dari Bahasa
Inggris oleh Sabran B). Edisi 12. Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. [Judul asli: Principles of
Marketing, Twelfth Edition].
Kotler P. 1995. Manajemen pemasaran: Analisis perencanaan, implementasi dan pengendalian.
Jakarta (ID): Salemba Empat.
Resa R. 2013. Efektivitas komunikasi pemasaran pada produk olahan pertanian Lapis Bogor
Sangkuriang. Skripsi. [internet]. [25 September 2014]. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/65064
Semuel H. 2007.Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, Dan Gender Terhadap
Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk Pariwisata). Jurnal
Manajemen Pemasaran. [internet]. [25 September 2014]. 2(6): 31-42. Dapat diunduh dari:
http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2396.pdf
Siswanta IKA, Sudarsana IK dan Sudipta IGK. 2014.Analisis Sikap Dan Perilaku Konsumen
Terhadap Pemilihan Rumah Tinggal Pada Kawasan Sunset Garden Di Kota Denpasar, Bali.

10

Jurnal Spektran. [internet]. [25 September 2014]. 2(1): 44-51. Dapat diunduh dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/article/download/7902/5985
Zukarnain WY dan Ulfah. 2012.Pengaruh Kemasan, Kualitas, Merek Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Shampoo Pantene Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Media Informasi Manajemen. [internet]. [26 September 2014]. 1(4): 1-12.
Dapat diunduh dari: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmim/article/view/2373

Anda mungkin juga menyukai