PEMBAHASAN
2.1 Definisi
paru
kehilangan
keelastisannya.
Gejala
terminal
dengan
desruksi
dindingnya.
(Robbins.1994.253).
3. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat
kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.
(Corwin.2000.435).
4. Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal
di
mendapatkan
paru-paru.
oksigen
Akibatnya,
yang
tubuh
diperlukan.
tidak
Emfisema
terdapat
dalam
paru-paru.
Pada
penderita
(tiga)
jenis
emfisema
utama,
yang
ditemukan
pada
sekelompok
kecil
penderita
berat
badan.
Tipe
ini
sering
disebut
tersebut
kembali
menyempit,
sehingga
1. Faktor Genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit
emfisema. Faktor genetik diantaranya adalah atopi yang
ditandai dengan adanya eosinifilia atau peningkatan
kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper
responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada
keluarga, dan defisiensi protein alfa 1 anti tripsin. Cara
yang
tepat
bagaimana
defisiensi
antitripsin
dapat
elastase
yang
dan
penting
marofag
alveolar macrophage-PAM).
alveolar
Rangsangan
(pulmonary
pada
paru
banyak. Aktivitas
antielastase, yaitu
inhibitor terutama
sistem enzim
enzim
alfa
alfa
sistem
1-protease-
1-antitripsin
menjadi
alveolar,
menyebabkan
hipertrofi
dan
enzim
protease
(proteolitik),
dan
polusi
udara
seperti
halnya
asap
terjadi
kerusakan.
Perubahan
keseimbangan
Pemeriksaan Fisik
Pada klien emfisema paru akan di temukan tanda dan gejala seperti berikut ini.
1.
2.
3.
Pada auskultrasi terdapat penurunan suara napas meskipun dengan napas dalam
4.
5.
6.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan jantung
Tidak terjadi pembesaran jantung.Kor pulmonal timbul pada stadium akhir
Riwayat merokok
Biasanya didapatkan, tetapi tidak selalu ada riwayat merokok. (Suradi. 2004.
60).
Emfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi sedikit
bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada
umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas kecil dan fungsi paru.
Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak
nafas, hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada korpulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan nafas dan meninggal dunia.
2.5 Komplikasi
5. Pneumonia
6. Atelaktasis
7. Pneumothoraks
8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.
9. Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernapasan
2.6 Pemeriksaan Penunjang
dalam
menegakkan
diagnosis
dan
terlihat
datar,kadang-kadang
diafragma
terlihat
yang
konkaf.
rendah
dan
Oligoemia,
2.
penurunan
(emfisema);
peningkatan
tanda
tanda
vaskularisasi/bula
bronkovaskuler
adalah
obstruksi
atau
restriksi,
untuk
memperkirakan
derajat
disfungsi
dan
untuk
e)
k)
Aerosolisasi dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk
membantu dalam bronkodilatasi.
Aerosol yang dinebuliser menghilangkan brokospasme, menurunkan edema
mukosa, dan mengencerkan sekresi bronchial. Hal ini memudahkan proses
pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki
fungsi ventilasi
3. Terapi infeksi
Pasien dengan emfisema rentan terjadap infeksi paru dan harus diobati pada
saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi.
4. Kortikosteroid
Digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan membuang
sekresi.
5. Terapi oksigenasi (Suradi. 2004. 60).
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian
1.
Aktivitas/Istirahat
Gejala:
Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
Sirkulasi
3.
Makanan/Cairan
Gejala:
4.
Hygiene
5.
Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma),
rasa dada tertekan,
Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun)
selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (hijau, putih, dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis)
Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat
terjadi produktif (emfisema)
Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema): menyebar, lembut
atau krekels, ronki, mengi sepanjang area paru.
6.
Keamanan
Gejala:
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
7.
Seksualitas
8.
Interaksi sosial
9.
1. Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan serta penggunaan obat bantu napas. Pada infeksi, klien biasanya tampak
mempunyai bentuk dada barrel chest (akibat udara yang terperangkap), penipisan
masa otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak
efektif dan pengunaan otot-otot bantu napas (sternokleidomastoideus). Pada tahap
lanjut, dispnea terjadi saat aktifitas bahkan pada aktifitas kehidupan sehari-hari
seperti makan dan minum. Pengkajian batuk produktif dengan spuktum purulen
disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernapasan.
2. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan tatil fremitus biasanya menurun.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menurun
4. Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas bronki dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkeolus. Pada pengkajian lain didapatkan kadar oksigen
yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi (Hiperkapnea) terjadi
pada tahap penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekali pun,
mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispneaeksersional). Paru yang mengalami
emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosongkan
secara efektif dan sekresi yang dihasilkannya. Klien rentan terhadap reaksi inflamasi
dan infeksi akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, klien mengalami
mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat badan, dan
kelemahan merupakan hal yang umum terjadi. Vena jugularis mungkin mengalami
distensi selama ekspirasi.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
suplai
oksigen.
2.8.5 Intervensi
b.
c.
Rasional:
a.
b.
Evaluasi:
a.
b.
c.
d.
b.
c.
Rasional:
a.
Evaluasi:
a.
dalam aktivitas
c.
b.
batuk.
c.
d.
Instruksikan pasien untuk menghindari iritan, seperti asap rokok, aerosol, dan
asap pembakaran.
f.
Rasional:
a.
pengeluaran.
b.
Evaluasi:
a.
b.
Batuk berkurang.
c.
4.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
b.