Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang

cara-cara pekerjaan

pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan suatu titik atau
penggambaran situasi / keadaan secara fisik yang terdapat diatas permukaan bumi, yang
pada dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan porosnya. Pergerakan bumi tersebut
menyebabkan dislokasi bumi dan perubahan tempat, oleh karena itu ilmu ukur tanah
diperlukan sebagai kontrol dari pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar
pergeseran yang terjadi dimuka bumi. Kemudian ilmu ukur tanah juga umum digunakan
sebagai dasar dari perencanaan pembangunan.
Selain yang digunakan diatas, ilmu ukur tanah banyak diperlukan dalam
pertambangan maupun dalam pemetaan. Dalam pembangunan misalnya, ilmu ukur tanah
diperlukan sebagai penentu dimana bahan tambang tersebut ada. Tanpa adanya ilmu ukur
tanah maka akan terjadi banyak kesalahan penentuan letak dari bahan tambang dan
menyebabkan kerusakan lingkungan dari kesalahan penetuan letak tambang.
Dalam pemetaan, ilmu ukur tanah diperlukan dalam penyusunan pembuatan peta yang
apabila telah menjadi peta, akan sangat bermanfaat bagi seluruh disiplin ilmu, mulai dari
pengairan, perencanaan pembangunan, sampai pertanian. Jadi ilmu ukur tanah tersebut
sangat diperlukan dalam berbagai disiplin ilmu sebagai faktor penunjang yang sangat
penting dalam terlaksanakannya suatu proyek.
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang digambar pada
permukaan datar, dan diperkecil dengan skala tertentu dan juga
dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta
dengan berbagai pengertian, namun pada dasarnya peta mempunyai
arti yang sama. Berikut pengertian peta dari para ahli.
1. Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta

adalah

gambaran

atau

representasi

unsur-unsur

ketampakan abstrak yang dipilih dari pemukaan bumi yang


ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu
bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
2. Menurut Aryono Prihandito (1998)
Peta adalah gambaran permukaaan bumi dengan skala
tertentu, digambar pada bidang datar melalui system proyeksi
tertentu.
3. Menurut Erwin Rainsz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang
diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada
bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
4. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal
2005)
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi
lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan
pengambilan keputusan pada tahapan pada tingkatan pembangunan.
Dewasa ini sudah dikenal adanya peta digital (Digital Map), yaitu peta yang berupa
gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Biasanya peta
digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information System).
Ilmu yang mempelajari tentang peta dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang
yang ahli dalam bidang peta dan pemetaan yang disebut kartograf.
Jenis-jenis Peta
1) Berdasarkan Sumber Datanya
a. Peta Induk (Basic Map)
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta
topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map).
Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta
lainnya.
b. Peta Turunan
2

Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang
sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta
turunan ini tudak bisa digunakan sebagai peta dasar.
2) Berdasarkan isi Data yang disajikan
a. Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di
permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta
menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan.
Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut.
Peta Topografi : peta yang menggambarkan permukaan bumi
lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi
ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur
yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian yang sama

Peta Chorografi : peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian


permukaaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala

sedang. Contoh peta Chorografi adalah Atlas


Peta Dunia : Peta umum yang berskala sangat kecil dengan

cakupan wilayah yang sangat luas.


b. Peta Tematik
Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema
tertentu/khusus. Misal peta Geologi, peta pegunungan lahan, peta
persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Salah
satu contoh peta Tematik yaitu peta pegunungan lahan.
Peta ini merupakan peta yang khusus menunjukan persebaran
penggunaan lahan suatu wilayah yang dipetakan. Perhatikan contoh peta
penggunaan lahan di bawah ini.

3) Berdasarkan Skalanya
a. Peta Kadaster/teknik.
Peta ini mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 - 1 : 5.000 peta
kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan
teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan
sebagiannya.
b. Peta skala besar.
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000.
Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.
c. Peta skala sedang
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
d. Peta skala kecil
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
e. Peta Geografi/Dunia
Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
Fungsi Pembuatan Peta
Menunjukkan posisi atau lokasi relatif ( letak suatu tempat dalam

hubungannya dengan tempat lain ) di permukaan bumi


Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi

(misalnya bentuk benua dan gunung) sehingga dimensi terlihat dari peta.
Menyajikan data tentang potensi suatu daeah.
Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah
dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.

BAB II
LATAR BELAKANG

Sistem koordinat polar (sistem koordinat kutub) dalam matematika


adalah suatu sistem koordinat 2-dimensi di mana setiap titik pada
4

bidang ditentukan dengan jarak dari suatu titik yang telah ditetapkan
dan suatu sudut dari suatu arah yang telah ditetapkan.
Titik yang telah ditetapkan (analog dengan titik origin dalam sistem
koordinat Kartesius) disebut pole atau "kutub", dan ray atau "sinar" dari
kutub pada arah yang telah ditetapkan disebut "aksis polar" (polar
axis). Jarak dari suatu kutub disebut radial coordinate atau radius, dan
sudutnya disebut angular coordinate, polar angle, atau azimuth.
Konsep sudut dan jari-jari sudah digunakan oleh manusia sejak
zaman purba, paling tidak pada milenium pertama SM. Astronom dan
astrolog Yunani, Hipparchus, (190120 SM) menciptakan tabel fungsi
chord dengan menyatakan panjang chord bagi setiap sudut, dan ada
rujukan

mengenai

penggunaan

koordinat

polar

olehnya

menentukan posisi bintang-bintang. Dalam karyanya

untuk

On Spirals,

Archimedes menyatakan Archimedean spiral, suatu fungsi yang jarijarinya tergantung dari sudut. Namun, karya-karya Yunani tidak
berkembang sampai ke suatu sistem koordinat sepenuhnya.
Dari abad ke-8 M dan seterusnya, para astronom mengembangkan
metode untuk menghitung arah ke Mekkah (kiblat) dan jaraknya dari
semua lokasi di bumi.

Sebuah grid polar dengan beberapa sudut yang diberi label dalam
derajat.
Koordinat radial sering dilambangkan dengan r, dan koordinat
angular dilambangkan dengan , , atau t. Koordinat angular ditetapkan
sebagai oleh standar ISO 31-11.
Sudut dalam notasi polar biasanya dinyatakan dalam derajat atau
radian (2 rad sama dengan to 360). Derajat biasanya digunakan
dalam navigasi, surveying, dan banyak bidang, sementara radian lebih
umum dalam matematika dan fisika.
Dalam banyak konteks, suatu koordinat angular positif berarti sudut
diukur berlawanan dengan jarum jam dari aksis.
Dalam literatur matematika, aksis polar sering digambar horizontal
dan mengarah ke kanan.
Konversi dari atau ke koordinat Kartesius

Sebuah diagram menggambarkan hubungan antara sistem koordinat


Kartesius dan polar.

Sebuah kurva dalam bidang Kartesian dapat dipetakan ke dalam


koordinat polar. Dalam animasi ini,

dipetakan kepada

. Klik gambar untuk detail.


Koordinat polar r dan dapat dikonversi ke dalam sistem koordinat
Kartesius x dan y menggunakan fungsi trigonometri sinus dan kosinus:

Koordinat Kartesian x dan y dapat dikonversi ke dalam koordinat


polar r dan dengan r 0 dan dalam interval (, ] dengan:[5]
(sebagaimana

dalam

teorema

Pythagoras

atau

Euclidean norm), dan


di mana atan2 merupakan variasi umum pada fungsi arctangent yang
didefinisikan sebagai

Nilai di atas adalah principal value dari fungsi bilangan kompleks


arg yang diterapkan pada x+iy. Suatu sudut dalam rentang [0, 2)
dapat diperoleh dengan menambahkan 2 pada nilai sudut itu jika
nilainya negatif.

BAB III
PELAKSANAAN

Theodolite adalah suatu alat untuk mengukur sudut (horizontal dan


vertikal) dan arah, karena alat ini dilengkapi dengan piringan
horizontal maupun piringan vertikal. Selain itu theodolite juga
dilengkapi dengan sumbu I (vertikal) dan sumbu II (horizontal),
sehingga sumbu teropong dapat diarahkan ke segala arah.
Theodolite dibagi atas 3 bagian, yaitu :
a) Bagian bawah, terdiri dari 3 sekrup penyetel yang menyangga
tabung dan plat yang berbentuk lingkaran.
b) Bagian tengah, terdiri dari sumbu yang dimasukkan ke dalam
tabung bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu I (vertikal),
terdapat lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran dan
mempunyai jari-jari yang lebih kecil daripada jari-jari plat
bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat
pembaca radius.
c) Bagian atas, terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu II
diletakkan diatas kaki penyangga kedua (sumbu II). Pada
8

sumbu

II

ini

ditempatkan

teropong

yang

mempunyai

diafragma dan demikian mempunyai garis bidik gambar. Pada


sumbu ini diletakkan plat yang berbentuk lingkaran dan
dilengkapi dengan skala lingkaran.
Pada waktu melakukan pengukuran, bagian-bagian theodolite harus
dalam keadaan baik, seperti :
Sumbu I vertikal
Sumbu II horizontal
Garis bidik tegak lurus pada sumbu II
Kesalahan indeks vertikal
Maka dari pada itu, theodolite memerlukan pengaturan lebih dahulu
agar dapat memenuhi persyaratan diatas
THEODOLITE

1. Lensa Okuler
Berfungsi untuk mengatur / memperjelas bayangan obyek
2. Teleskop Lensa Mata

Berfungsi untuk melihat obyek / target yang akan diukur


3. Lensa Optik Mikrometer
Berfungsi untuk melihat hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal
4. Krap Mikrometer Optis
Berfungsi untuk mengatur bacaan sudut horizontal dan vertikal
sehingga mendapat sudut yang tepat
5. Sentering Optis
Berfungsi untuk melihat senter point berupa paku dan untuk
menyetel posisi senteringnya
6. Piringan Sudut Horizontal
Berfungsi sebagai tempat bacaan sudut horizontal

7. Tanda Derajat Nol


Berfungsi sebagai penanda bahwa posisi sudut horizontalnya 00 00
8. Nivo Kotak
Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I tetap tegak lurus dengan
bidang horizontal
9. Tribrach memperbaiki tuas
Berfungsi untuk mengunci / melepas pesawat teodolit
10. Landasan
Berfungsi sebagai plat penyangga seluruh bagian alat
11. Sekrup ABC
Berfungsi untuk meletakkan gelembung nivo agar sumbu horizontal
theodolite sejajar dengan garis arah nivo
12. Sekrup Penggerak Teropong vertikal

10

Berfungsi untuk menggerakkan teropong secara vertikal


13. Sekrup Penguci Vertikal
Berfungsi untuk mengunci teropong

PEMBACAAN SUDUT VERTIKAL DAN HORIZONTAL

90

2006

H
0

25 12
25 18
25 24

Keterangan :
1. Skala Vertikal
2. Garis Indeks
3. Skala Horizontal
4. Skala Mikrometer
11

5. Garis Indeks Mikrometer


Sudut Pembacaan
Sudut Horizontal dapat dilihat pada skala horizontal dan diikuti
pembacaan skala mikrometer (gambar 1)
Contoh : gambar 1.3 Sudut horizontal 00 20 06
Sudut Vertikal daapat dilihat di nonius, skala vertikal yang
kemudian diikuti pembacaan mikrometer sudut vertikal 900 20
06

Waterpass adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong


dengan dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong
dapat berputar ke arah horizontal, karena alat ini hanya dilengkapi
dengan sumbu horizontal saja. Alat ini tergolong alat penyipat datar
kaki tiga atau Tripod level, karena alat ini apabila digunakan harus
dipasang diatas kaki tiga atau statif. Waterpass sendiri berfungsi untuk
mengukur jarak optis dan mengukur beda tinggi. Bila kita mengukur
dengan menggunakan alat waterpass, maka kita akan mendapatkan
hasil berupa data jarak mendatar.

8
6

7
9
1
5
3
2
4

12

Keterangan :
1. Lensa Objektif
Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek yang kemudian
diteruskan menuju lensa okuler
2. Skala Piringan Horizontal
Berfungsi sebagai tempat pembacaan sudut pada waterpass,
akan tetapi sudut yang terbaca kurang teliti karena ketelitiannya
hanya mencapai derajat
3. Sekrup Penggerak Halus Horizontal
Berfungsi menggerakkan teropong secara halus kekiri dan
keimanan
4. Sekrup ABC
Berfungsi untuk menempatkan letak gelembung nivo agar
sumbu horizontal waterpass sejajar dengan garis arah Nio
5. Nivo Kotak
Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I (vertikal) tetap tegak
lurus dengan bidang horizontal
6. Lensa Okuler
Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek dari lensa objektif
dan diteruskan ke mata pembidik
7. Sekrup Penjelas Benang Silang
Berfungsi sebagai penjelas bayangan benang silang pada
teropong
8. Visir
Berfungsi untuk membidik secara kasar ke titik objek, dalam hal
ini rambu ukur didirikan pada suatu titik
9. Sekrup Penjelas Bayangan Obyek
Berfungsi untuk memperjelas bayangan obyek, dengan cara
kerja mengubah jarak fokus pada lensa
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur waterpas :
Syarat Utama : Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis
arah Nio
Syarat Kedua : Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu I
Syarat Ketiga : Garis mendatar difragma harus tegak lurus
dengan sumbu I

13

Sebelum alat ukur waterpass digunakan untuk mengukur, maka


syarat-syarat tersebut harus dipenuhi terkebih dahulu dengan kata
lain alat ukur waterpass tersebut harus diatur dahulu supaya ketiga
syarat tersebut terpenuhi.
Statif / Tripod merupakan alat bantu ukur tanah tempat kedudukan
theodolit atau waterpass yang diletakkan diatas kepala datar statif. Statif
terdiri dari tiga buah kaki yang dapat digerakkan dan diatur panjangpendeknya dengan sekrup pengunci sehingga kedudukan theodolit atau
waterpass dapat sempurna.

Bidang Level / Kepala


Statif
Sekrup Pengunci

Tali Pembawa

Sekrup Penyetel

Kaki Statif

Rambu ukur / bak ukur, merupakan alat bantu ukur pada


pengukuran penyipat datar untuk memperoleh beda tinggi antara dua
titik, dan juga merupakan alat bantu ukur untuk memperoleh jarak secara
optis dengan menggunakan alat Theodolit. Alat ini terbuat dari kayu atau
alumunium dan anjangnya antara 2-5 meter. Skala rambu dibuat dalam
skala sentimeter (cm), tiap-tiap sentimeter adalah blok.

14

Skala Pembacaan

Pengunci
Batang Rambu

Merah, putih atau hitam, tiap meter diberi warna hitam berlainan,
merah putih dan hitam putih untuk memudahkan pembacaan
meter
Unting unting berfungsi untuk membantu menempatkan alat ukur
Waterpass dan Theodolit berdiri tepat diatas titik patok yang telah
ditentukan.

Dalam

melakukan

centering

ada

tahap,

yang

pertama

menyentring lensa pada theodolit ke patok yang ada dibawahnya.


Maka saat meletakan alat theodolit pada statip, usahakan statip tegak
15

lurus pada patok dibawahnya. Yang kedua mengatur apakah alas


theodolit sudah horizontal. Caranya dengan menaik turunkan ketiga
kaki statip. Kemudian centring yang ketiga dilakukan dengan caranya
dengan memutar ketiga skrup yang ada di theodolit. Skrup ini diberi
nama A, B dan C. Skrup AB diputar secara bersamaan, jika skrup A
diputar ke dalam maka skrup B pun harus diputar kedalam. Setelah
skrup A dan B, putar skrup C sendiri hingga gelembung berada di
tengah. Kemudian putar alat theodolit kesembarang arah untunk
memastikan bahwa alat sudah benar benar datar dengan melihat
apakah gelembung nivo maih tetap ditengah atau tidak, apabila tidak
ditengah maka ulangi lagi dari awal.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak
hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk
mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat

ketidakpastian,

atau

indeks

kepercayaan

konsumen.

Pengukuran ada beberapa macam alat yaitu: micro meter,jangka


sorong,dial indikator,viler gauge All
Pengukuran sudut adalah pembeda antara dua buah arah atau lebih
dari suatu titik. Pengukuran sudut yang teliti dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur theodolit. Adapun metode pengukuran sudut
dengan alat ukur theodolit, antara lain :

Metode Reiterasi
Pengukuran sudut dengan metode reiterasi disebut juga
pengukuran sudut tunggal, karena pada pengukuran sudut
dengan cara reiterasi hanya mengukur besar sudut satu kali
saja antara dua buah jurusan titik.
A

Keterangan :
= Sudut ABC
A , C = Titik jurusan
B
= Tempat
berdirinya alat

C
16

Metode Repetisi
Pada metode repetisi ini, sudut diukur lebih dari satu.
Pengukuran dilakukan berlawanan arah dengan pengukuran
yang pertama, sehingga pada dua titik jurusan di peroleh dua
sudut, yang mana kedua sudut tersebut besarnya haruslah
sama. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut
:
A

Keterangan :

=
= Sudut ABC
= Sudut CBA

Pengukuran jarak untuk kerangka kontrol peta, dapat dilakukan


dengan cara langsung menggunakan alat sederhana yaitu roll meter /
dengan pipat datar yaitu jarak optis, sedangkan untuk mendapatkan
jarak data yang lebih teliti dibandikngkan dengan dua cara yang ada,
data jarak didapat juga dengan alat pengukur jarak elektronis EDM
(Elektro Distance Measurement).
a. Pengukuran Jarak Langsung
Dalam pengukuran kerangka kontrol horizontal yang digunakan
adalah jarak langsung dalam pengukuran, jarak langsung perlu
dilakukan pelurussan apabila roll meter yang digunakan tidak
menjangkau 2 buah titik yang sedang diukur.

p
17

Keterangan :
1 : 2 = titik kontrol yang akan diukur
1 : 2 = titik bantuan untuk pelurusan
b. Pengukuran Jarak Optis
Pengukuran jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak
langsung, karena di bantu dengan alat sipat datar atau theodolit dan
rambu ukur. Dimana pada teropong alat terdapat 3 benang silang,
benang atas (ba), benang tengah (bt), dan benang bawah (bb) yang
merupakan data untuk mendapatkan jarak.
Pengukuran ini kurang teliti dan menggunakan rumus :
Dm = (ba - bb) . k . sin Z
Dd = (ba - bb) . k . sin Z
Dd = (ba - bb) . k . cos Z
Keterangan :
Dm = Jarak miring

K = Konstanta = 100

Dd = Jarak datar

Z = Zenith

Ba = Benang atas

A = Helling

Bb = Benang bawah
Gambar pengukuran jarak optis

dm
z

Ba
Bt
Bb
B

h
ab

Ti
18
Dd

BAB IV
ANALISA
Berdasarkan data praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :
BA : 1.380
Titik 1

BT : 1.298
BB : 1.215
BA : 1,488

Titik 2

BT : 1.345
BB : 1.200
BA : 1.327

Titik 3

BT : 1.226
BB : 1.121
BA : 1.209

Titik 4

BT : 1.153
BB : 1.093

Sudut Horizontal : 175 36 20


Sudut Vertikal
: 98 03 20
Sudut Horizontal : 129 23 40
Sudut Vertikal
: 90 03 20
Sudut Horizontal : 256 24 20
Sudut Vertikal
: 88 46 0
Sudut Horizontal : 235 48 06
Sudut Vertikal
: 88 52 0

Adapun pengolahan data nya menggunakan rumus sebagai berikut :


DM=BaBb 10 0
DH =DM sin v

y=D H sin H
x=DH cos H
19

X =x+ x
Y= y+ y

Pengolahan data praktikum :


N

Ramb

u
1.380

1.298
1.215
1,488

1.345
1.200
1.327

1.226
1.121
1.209

1.153
1.093

<H

<V

175
3620

980320

129

900320

2340

256
2420
2354806

88460

88520

DM

16,
5
28,
8
20,
6
11,
6

20

DH

16,337

28,799

20,595

11,597

1,2
51
22,
255

y
16,
288
18,

277
-

20,

4,8

018
-

40
-

9,5

6,5

91

18

100,

100,0

00

101,
251

83,12

122,

81,72

255

79,9
82

95,16

90,4

93,48

09

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
2. Data pemetaan yang dilakukan berupa orientasi lapangan,
pengukuran, pemetaan kerangka peta dan pengukuran titik detail.
3. Faktor yang mempengaruhi korelasi perhitungan adalah ketidak
akuratan dalam pengamatan serta ketinggian tempat pada saat
digitasi letak lokasi pengukuran.
4. Sebelum pengukuran dilakukan (menembak target), theodolit harus
di centering terlebih dahulu.

21

Anda mungkin juga menyukai